Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Akhir pekan kemarin, berlangsung aksi demonstrasi di 900 kota di seluruh dunia, yang diikuti puluhan ribu demonstran yang menentang kapitalisme.
Sebuah peristiwa yang sangat menarik dan luar biasa, yang belum terjadi sebelumnya. Situasi ini akan terus berlanjut, dan pasti akan membawa perubahan besar, menjelang akhir abad 21 ini.
Di negara-negara besar, terutama di Barat, situasi politik seperti rumput kering. Mudah terbakar. Semuanya sudah membayangkan malapetaka di hari depan mereka. Perjuangan kekuatan-kekuatan yang ingin mengakhiri kapitalisme, sudah sampai kepada kesimpulan yang tidak lagi dapat ditawar-tawar.
Keserakahan orang-orang kaya, dan korporasi yang dikendalikan para pemilik modal, dan kekuasaan yang terus dikendalikan kaum pemilik modal, menghancurkan mayoritas rakyat di negara-negara Barat. Terutama kelas menengah mereka. Kelas menengah dan kaum buruh dibuat menjadi tidak berdaya menghadapi kondisi yang sangat mencengkeram mereka. Di mana negara pun tidak berpihak kepada mereka, kaum kelas menengah.
Sejumlah besar orang muda menganggur, pemerintah mengeluarkan program penghematan yang mencekik dan tidak populer. Para elit keuangan bertanggung jawab atas krisis ekonomi global. Para ellite global memanjakan para miliarder yang menguasai bank dan industri keuangan, dan mengeluarkan dana talangan, yang mencapai ratusan miliar dan bahkan triliunan dollar. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
Tetapi, pemerintah membiarkan kelas menengah mereka terlempar dalam kesengsaraan, dan mereka kehilangan rumah, pekerjaan, jaminan sosial, dan pendidikan, serta menjadi orang-orang yang putus asa. Sekarang jutaan orang di seluruh dunia, ingin menghancurkan kapitalisme yang serakah, dan membuat sengsara itu.
Untuk memahami potensi gerakan yang ada sekarang ini, ada baiknya membandingkannya dengan gerakan para aktivis kiri secara global dalam setengah abad terakhir.
Terakhir kali lahir gerakan dalam skala besar berlangsung di tahun 1960-an, ketika protes anti-pemerintah pecah dari Berkeley ke Paris, Meksiko City sampai ke Praha.
Apa yang mendorong mereka melakukan protes adalah perang di Vietnam, ancaman bencana nuklir, di mana cara kedua negara adidaya (Uni Soviet dan Amerika Serikat) yang sangat berbeda-dalam menggunakan perang dingin yang tujuannya masing-masing ingin menegakkan pengaruh mereka secara global.
Protes dari akhir 1960-an membantu mengakhiri Perang Vietnam dan mengantarkan berakhirnya era perang dingin, menyusul kekalahan Uni Soviet di Afghanistan. Inilah yang kemudian melahirkan detente, dan berakhirnya era perang dingin, menjelang akhir abad ke 20.
Tapi, di Amerika Serikat, kaum kiri mereka gagal mendorong politik lebih ke kiri. Tetap saja kekuatan kapitalis menguasi sistem ekonomi dan keuangan yang menjadi urat nadi kehidupan di negeri itu.
Nasib rakyat Amerika Serikat dan dunia ditentukan di distrik Manhattan, New York, di mana disitu terdapat pusat keuangan global, yaitu Wall Street. Perjuangan kaum kiri di Amerika Serikat tidak berhasil menggeser Amerika Serikat ke kiri. Bersamaan dengan berakhirnya perang Vietnam dan Perang Dingin.
Salah satu faktor waktu itu, karena keberadaan musuh, komunis yang menjadi kekuatan global, di bawah komando Uni Soviet. Faktor inilah yang sulit bagi paraa aktivis "Kiri Baru" untuk mengkritik kebijakan luar negeri Amerika dan kapitalisme Amerika. Karena mereka yang mengkritik kapitalisme dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, pasti akan dicap sebagai komunis.
Alasan kedua adalah protes di akhir tahun 1960 bertepatan dengan gejolak besar, sedang terjadinya revolusi dalam hubungan antara kulit putih dan kulit hitam, pria dan wanita, gay dan anti gay, tua dan muda, dan memburuknya dalam keluarga Amerika Serikat. Karena para aktivis kiri yang melakukan aksi protes di akhir 1960-an menjadi simbol ancaman yang melampaui tuntutan mereka yang sebenarnya yaitu tuntutan politik.
Demonstran yang terkait dengan gerakan menduduki Wall Street di Zuccotti Park 14 Oktober 2011 di Manhattan, New York City, menandai kembali kekuatan kiri, yang sekarang mendapatkan momentumnya dengan krisis keuangan global, akibat utang yang dilakukan para pemilik korporasi keuangna secara global, yang akhirnya menghancurkan negara, dan berdampak terhadap kelas menengah.
Protes akhir 1960-an berulang, dan ini merupakan sejarah gerakan kiri, yang masih memiliki akar sejarah, dan kekuatan mereka kini nampak bangkit lagi, di saat seluruh dunia menghadapi krisis keuangan. Para demonstran sayap kiri itu mengecam kapitalisme Amerika.
Orang-orang Amerika mulai kesal terhadap pajak dan peraturan yang telah berkembang sejak New Deal, di mana orang-orang kaya dibebaskan membayar pajak. Hanya sedikit mereka yang menyadari hal itu, sampai pemilihan Ronald Reagan, hubungan antara ekonomi dan pemerintah di akhir 1960-an dan 1970-an, sebenarnya lebih menguntungkan bagi sayap kanan.
Protes anti-perang dingin tahun 1960-an muncul kembali di awal 1980-an, ketika sayap kiri Eropa memprotes penyebaran rudal Amerika dan sayap kiri Amerika turun ke jalan dalam mendukung pembekuan nuklir.
Tapi gerakan sayap kiri melakukan gerakan protes pertama di pasca era perang dingin adalah gerakan anti-globalisasi, yang pada 1990-an mulai mengepung pertemuan Dana Moneter Internasional, Bank Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia.
Mereka melakukan aksi-aksi protes seperti yang terjadi hari ini. Sebuah gerakan transnasional (non-komunis), dan merupakan pemberontakan terhadap dampak sosial dan lingkungan oleh kapitalisme.
Tapi tahun 1990-an merupakan periode kemakmuran di Barat, yang membantu menjelaskan mengapa banyak kemarahan para demonstran 'difokuskan pada dampak globalisasi di negara berkembang.
Hari ini, sebaliknya, para pemrotes di Amerika dan Eropa terutama difokuskan pada kapitalisme yang tidak dikendalikan oleh negara. Mereka meluapkan kemarahan yang lebih besar dibandingkan pada 15 tahun yang lalu. Disinilah letak potensi gerakan yang lebih besar untuk menciptakan perubahan politik secara global.
Yang paling penting apa yang terjadi saat ini adalah gerakan yang lahir bersamaan dengan terpilihnya Barack Obama tahun 2008. Dimulai dengan kampanye Howard Dean pada tahun 2004, generasi muda yang cerdas melalui web-liberal, dan melaui website itu mengorganisir gerakan seperti DailyKos dan kelompok-kelompok lainnya, seperti MoveOn, mulai menggunakan kemarahan mereka terhadap Perang Irak untuk menciptakan sebuah gerakan aktivis sayap kiri dalam Partai Demokrat.
Apa yang membedakan "netroots" aktivis anti kapitalis ini dengan aktivis anti-globalisasi adalah kesediaan mereka untuk bekerja di dalam sebuah partai politik besar. Bahwa pragmatisme (yang berasal sebagian dari memori tahun 2000 kampanye presiden independen Ralph Nader, yang telah membantu kampanye George W. Bush), adalah sumber kekuatan gerakan itu. Dan dalam kampanye itu bahwa aktivis muda banyak belajar keterampilan organisasi yang membantu kampanye kekuatan Barack Obama pada tahun 2000.
Ketika Obama gagal mengartikulasikan tentang krisis finansial, dan mengapa sistem regulasi Amerika dan negara kesejahteraan yang diperlukan untuk dibangun kembali-yang bisa bersaing dengan narasi Tea Party, kemudian tumbuh begitu besar kepengapan kalangan muda. Kemudian mereka mencari jalan sendiri dengan melakukan gerakan besar, dan berkembang secara global.
Sekarang mereka menghadapi orang-orang kaya di Wall Street, dan ini akan menciptakan energi populis bago Obama, sehingga pemimpin yang berkulit hitam ini tidak lagi merasa tidak sendirian.
Pendudukan Wall Street mewakili kekuatan sayap kiri Partai Demokrat yang mengusung pandangan-pandangan Obama, sesuatu yang akan menjadi gerakan bersifat global, dari sekedar gerakan yang hanya akan memperkuat posisi Obama kaum Republikan yang sangat konservatif, yang banyak disetir oleh kepentingan Yahudi.
Apa yang kita saksikan di Taman Zuccotti sebenarnya merupakan perbaikan atas kampanye Obama, yang akan memasuki pemilihan presiden tahun depan. Obama harus diberikan energi menghadapi Tea Party, yang dikuasi dan menjalankan kepentingan kelompok "Hawk" (elang), dari kalompok kapitalis, Yahudi kaya yang terus menggerogoti kehidupan rakyat Amerika dan menjerumuskan kepada utang dan perang. Itulah yang ingin mereka akhiri.
Gerakan itu dibelakangnya adalah George Soros, seorang philantropis, yang menggunakan "The Open Society Insitute", yang ingin menggusur kaum kapitalis secara global. Mungkin Soros ingin membuat wajah kaum Yahudi, tidak lagi merupakan kelompok yang haus dengan perang, dan menumpahkan darah.
Selama pemerintahan dipegang kaum Republikan, dan menjadikan tulang punggung mereka adalah kelompok "Neo-kon", terus mengobarkan perang, sembari meniadakan pajak bagi kaum kaya, dan meningkatkan utang. Inilah yang sekarang dibenci kelompok kaum kiri diseantero dunia. (mashadi)
Sumber: http://www.eramuslim.com
Artikel Lainnya:
No Response to "Pemberontakan Kaum Kiri Melawan Kapitalisme"
Posting Komentar