Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Melarikan diri dari negaranya karena gelombang protes setelah 23 tahun kekuasaan besi, Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali menemukan tempat berlindung di Arab Saudi, sebuah negara yang memiliki sejarah panjang melindungi para pemimpin yang digulingkan. Riyadh mengumumkan Sabtu dini hari bahwa "Pemerintah Saudi telah menyambut Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan keluarganya di kerajaan."
Dalam pernyataan istana yang dikeluarkan oleh oleh kantor berita resmi SPA, itu mengatakan langkah sebagai sesuatu "yang keluar dari kepedulian terhadap keadaan yang luar biasa menghadapi orang-orang Tunisia sepersaudaraan dan dalam mendukung keamanan dan stabilitas negara mereka."
Pesawat Ben Ali mendarat beberapa jam lalu di kota Laut Merah, Jeddah, demikian sebuah sumber Saudi mengatakan sebelumnya. Dengan melindungi Ben Ali, Saudi tampaknya ingin "meredakan" ketegangan di jalanan Tunisia. Mustafa Alani, direktur riset di Teluk Research Centre, mengatakan bahwa Ini sebenarnya sama sekali tak ada hubungan apapun dengan "simpati" untuk Ben Ali.
Saudi memiliki dua pilihan; "berkontribusi untuk memecahkan masalah dengan memberinya perlindungan" atau "membiarkan dia tinggal di negara itu yang akan membuat segala sesuatu yang buruk menjadi lebih buruk," kata Alani. Ben Ali, terkenal karena berlaku kejam kepada para aktivis Islamis, akhirnya harus menetap di Arab Saudi, sebuah negara yang ultra-konservatif karena oleh Prancis—negara yang selama ini ia jadikan sebagai sekutu terdekatnya—suaka Ben Ali ditolak.
"Ironis sekali; orang yang memereangi jilbab sekarang harus dilindungi oleh suaka sebuah negara Islam," kata Riad Kahwaji, kepala Institute for Near East and Gulf Military Analysis yang berbasis di Dubai. "Istrinya harus hidup terselubung dalam kain menurut hukum di sana."
Dalam sebuah situs berita Saudi, seorang pembacanya menulis: "Baru sekaranglah seorang diktator yang memerangi Islam, menginjakkan kakinya di tanah dua tempat suci (Mekkah dan Madinah) ... Anda dan istri Anda tidak diterima (di sini)!" "Kami berharap kerajaan (Saudi) ini akan membantu kami menggiring orang ini (Ben Ali) ke pengadilan, jika diperlukan," kata yang lain di situs berita Arab lainnya.
Namun, Ben Ali harus menerima "daftar panjang syarat" sebelum pemimpin sekuler itu diberikan suaka di Arab Saudi, termasuk menjadi "menutup akses ke media dan menjauhdari politik," menurut Alani. Beberapa pemimpin lain yang menemukan perlindungan di Arab Saudi juga diberi syarat dan kondisi yang sama, kata Abdul Aziz al-Sager, ketua Gulf Research Centre.
Sampai kematiannya pada tahun 2003, mantan Presiden Uganda Idi Amin menghabiskan lebih dari dua dekade di pengasingan di kerajaan yang kaya minyak itu, dijauhkan dari politik dan media. Arab Saudi, yang hukumnya memungkinkan untuk memberikan suaka politik dalam kasus-kasus kepentingan publik, juga memberikan suaka kepada mantan perdana menteri Pakistan Nawaz Sharif, yang digulingkan oleh Pervez Musharraf dan dikirim ke pengasingan pada tahun 2000 sebelum kembali pada tahun 2007.
"Sharif tidak diizinkan untuk melakukan kegiatan politik di Arab Saudi. Ketika ia memutuskan untuk kembali ke politik, ia meninggalkan Arab Saudi," kata Sagr. Baik Ani dan Sagr setuju bahwa presiden yang terguling dan keluarganya tidak akan tinggal lama di monarki Teluk. "Gaya hidupnya tidak akan cocok dengan kerajaan," kata Sagr. (sa/afp)
Sumber: http://www.eramuslim.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Arab Saudi: Surga Para Pemimpin yang Digulingkan"
Posting Komentar