Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
1. Korea (1950-1953)
Selandia Baru terlibat secara militer dalam konflik Korea antara tahun 1950 sampai 1957, pertama adalah sebagai bagian dari “aksi polisi” Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menghentikan invasi Korea Utara kepada negara tetangganya di selatan, dan juga sebagai markas utama setelah perjanjian damai di bulan Juli 1953.
Meskipun kontribusi Selandia Baru kepada pasukan PBB tidaklah besar, krisis tersebut berdampak besar bagi pendekatannya dalam hubungan internasional. Di Selandia Baru, seperti negara lainnya, dapat diasumsikan bahwa Korea Utara bertindak sebagai perwujudan Uni Soviet, dan pengadaan perlawanan perkembangan komunis sangat diperlukan.
Peristiwa di Korea Utara menyediakan kesempatan bagi Selandia Baru dalam rangka usahanya mendapatkan komitmen Amerika Serikat untuk keamanan negerinya. Traktat ANZUS pada tahun 1951 adalah sebuah kesuksesan atas target tersebut, dan menjadi sebuah pencapaian jangka panjang yang baik bagi pola hubungan internasional Selandia Baru.
Limabelas petugas Selandia Baru tewas di Malaya selama krisis, tiga diantaranya disebabkan aksi musuh. Bagi angkatan darat Selandia Baru, yang pengalamannya dalam medan hutan terbatas pada beberapa aksi selama Perang Dunia II, operasi di Malaya memberikan kontribusi baru. Terdapat beberapa tingkat pergerakan dalam pasukan militer Selandia Baru mulai dari kerangka kerja organisasi non-regular sampai pada yang regular. Ketentaraan Selandia Baru kemudian mulai membangun keahlian yang lebih profesional, yang mendasari efektivitas tugas mereka di Perang Vietnam.
Antara tahun 1940-an sampai awal tahun 1970-an, pasukan Selandia Baru turut berperang dalam konflik di Korea, Malaka, Kalimantan, dan Vietnam. Konflik-konflik ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara kekuatan adidaya dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang Dunia Kedua telah membuktikan kepada Selandia Baru bahwa mereka tidak dapat lagi sepenuhnya bergantung pada pelindung tradisionalnya, Inggris Raya, dalam masa krisis dan konflik pasca Perang Dunia II di Asia, Selandia Baru memposisikan diri sebagai sekutu Amerika Serikat.
Asia Timur setelah Perang Dunia II
Menyerahnya Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945 juga mengakhiri Perang Dunia II. Akan tetapi Asia Timur kemudian segera terjebak dalam masa Perang Dingin.
Konflik Utama:
Selandia Baru terlibat secara militer dalam konflik Korea antara tahun 1950 sampai 1957, pertama adalah sebagai bagian dari “aksi polisi” Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menghentikan invasi Korea Utara kepada negara tetangganya di selatan, dan juga sebagai markas utama setelah perjanjian damai di bulan Juli 1953.
Meskipun kontribusi Selandia Baru kepada pasukan PBB tidaklah besar, krisis tersebut berdampak besar bagi pendekatannya dalam hubungan internasional. Di Selandia Baru, seperti negara lainnya, dapat diasumsikan bahwa Korea Utara bertindak sebagai perwujudan Uni Soviet, dan pengadaan perlawanan perkembangan komunis sangat diperlukan.
Peristiwa di Korea Utara menyediakan kesempatan bagi Selandia Baru dalam rangka usahanya mendapatkan komitmen Amerika Serikat untuk keamanan negerinya. Traktat ANZUS pada tahun 1951 adalah sebuah kesuksesan atas target tersebut, dan menjadi sebuah pencapaian jangka panjang yang baik bagi pola hubungan internasional Selandia Baru.
2. Malaya (1948-1960)
Krisis Darurat Malaya (Filipina) dilatarbelakangi usaha Partai Komunis Malaya untuk mengambil alih administrasi kolonial Inggris di Malaysia. Konflik tersebut berlangsung selama dua belas tahun, pasukan darat, laut, dan udara Selandia Baru banyak membuat kontribusi besar dalam usaha Persemakmuran untuk mematahkan ancaman komunis.
3. Malaysia (1963-1966)
Kasus Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia cukup menyita perhatian Inggris. Pada awalnya Inggris telah meminta bantuan pasukan kepada Selandia Baru, namun ditolak dengan alasan bahwa telah terdapat cukup pasukan Inggris dan Malaysia. Penolakan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa jika Selandia Baru terlibat konflik dengan Indonesia, maka hubungan dengan negara-negara tentangga di Asia Tenggara akan terganggu.
Dalam perkembangannya, Presiden Soekarno kewalahan menghadapi perlawanan pasukan Inggris, Malaysia, dan Australia. Pada tanggal 1 September 1964, sekitar 90-an pasukan penerjun diturunkan di Selat Malaka. Selat Malaka merupakan tempat batalion pasukan Selandia Baru, maka kontak senjata tidak dapat dihindari lagi. Peristiwa tersebut merupakan awal keterlibatan Selandia Baru dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia.
4. Vietnam (1959-1975)
Konflik sipil di Vietnam mulai meluas pada tahun 1959. Selandia Baru mengirimkan pasukannya ke Vietnam di tahun 1965 untuk membantu Amerika Serikat. Sama halnya dengan masyarakat di negara lain, banyak warga Selandia Baru juga mempertanyakan persepsi pemerintah mereka yang terlihat mencampuri urusan domestik negara lain. Perang Vietnam merupakan pengalaman militer kontroversial paling lama bagi Selandia Baru di abad keduapuluh dan juga satu-satunya konflik dimana mereka tidak berperang bersama dengan Inggris. Protes dalam negeri mempertanyakan kebikan luar negeri Selandia Baru. Masyarakat Selandia Baru berpendapat bahwa kebijakan pemerintah mereka dalam hal pertahanan via aliansi merupakan sebuah kesalahan fundamental yang kemudian menyeret mereka kedalam perang yang bukan urusan mereka.
Sebelum dan selama Perang Dunia II, Jepang melakukan okupasi pada daerah-daerah yang sebelumnya milik Perancis, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat seperti Indochina, Malaya, Indonesia, dan Filipina.
Okupasi Jepang telah membangkitkan gerakan nasionalisme di daerah-daerah tersebut, akan tetapi, kekalahan Jepang kemudian menjadi tanda kembalinya mereka kepada keadaan sebelum perang, situasi kolonial.
Setelah perang, nasionalisme seringkali dikombinasikan dengan retorika dan organisasi yang bersifat sosialisme dan komunisme untuk perlawanan pengembalian kekuasaan kepada negara penjajah mereka.
Perang Dingin di kawasan Asia Timur terlihat seperti sebuah ‘perang panas’ tradisional dan konsekuensi atas beberapa konflik tersebut menjadi perhatian banyak kalangan. Sebagai contoh adalah Perang Korea, sebanyak 3 juta orang Korea tewas selama konflik di semenanjung, dua sampai tiga dari mereka adalah penduduk sipil, China kehilangan 600.000 prajuritnya, Amerika Serikat kehilangan 54.246 prajuritnya, dan PBB kehilangan sekitar 3.322 orang.
Beberapa langkah signifikan dalam keterlibatan militer Selandia Baru di Asia Timur
1. Kebangkitan Jepang selama Perang Dunia II dan penaklukan Singapura
Pasukan Inggris menyerah kepada Jepang di Singapura pada bulan Februari 1942. Kekalahan di Singapura merupakan kekalahan terbesar dalam sejarah militer Inggris. Kekalahan tersebut secara serius meningkatkan keyakinan dalam Inggris untuk melindungi bagian-bagian kerajaannya.
- Menyadari akan kelemahannya, Selandia Baru mulai melihat kemungkinan lain untuk keamanannya;
- Selandia Baru kemudian mempererat hubungannya dengan Australia melalui Canberra Pact di tahun 1944;
- Pakta tersebut bukalah sebuah aliansi militer, fokus utamanya adalah kerjasama dalam isu-isu yang kepentingan bersama.
2. Selandia Baru bergabung dalam Perserikatan Bangsa Bangsa, Juni 1945
Selandia Baru merupakan salah satu dari 51 negara yang menandatangani Piagam PBB pada bulan Juni 1945, yang kemundian meningkatkan dukungannya pada prinsip keamanan kolektif. Berdasarkan pada prinsip tersebut, Selandia Baru pada tahun 1950 memutuskan untuk mengirim kapal frigate dan Kayforce ke Korea.
3. Hubungan erat dengan Amerika Serikat: ANZUS (1951)
Disamping tawaran keamanan kolektif yang ditawarkan PBB, Selandia Baru juga membutuhkan rekan lain untuk mengimbangi peran Inggris. Pada tahun 1940-an, Amerika Serikat telah menjadi kekuatan dominan di Pasifik. Amerika mengharapkan Jepang sebagai tameng yang kuat bagi penyebaran komunisme di Asia. Sedangkan Selandia Baru dan Australia memfokuskan diri pada prospek untuk memastikan bahwa Jepang tidak akan mengkhianati kawasan lagi.
4. Pakta Pertahanan Kolektif Asia Tenggara (1954)
Ditandatangani oleh: Australia, Inggris, Perancis, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Amerika Serikat. Merupakan awal pembentukan South-East Asia Treaty Organisation (SEATO). SEATO secara umum kemudian menjadi alasan kunci bagi Selandia Baru untuk berpartisipasi dalam Perang Vietnam. AS, Australia, dan Selandia Baru menggunakannya sebagai justifikasi atas keterlibatan mereka, sementara SEATO sendiri dalam hal ini tidak bertindak secara kolektif karena beberapa negara anggotanya yang beroposisi.
5. Mempererat hubungan dengan Inggris
Selandia Baru memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Inggris. Dalam keanggotaannya di Negara Persemakmuran Inggris. Selandia Baru berkontribusi pada Commonwealth Strategic Reserve di Malaya selama tahun 1950-an pertempuran melawan komunis Malaya. Salah satu perjanjian yang dihasilkan adalah ANZAM (Australia, New Zealand, Malaya) pada tahun 1949, yang difokuskan pada perencanaan untuk perlindungan komunikasi laut disaat perang.
Sumber: http://newzeanando.wordpress.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Keterlibatan Pasukan Selandia Baru Di Asia"
Posting Komentar