Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Pendahuluan

Setelah Perang Dunia II, dunia ternyata tidak lebih tentram dan aman. Konflik dan pertikaian terjadi dimana-mana, baik dalam skala internal, regional hingga pada yang bersifat internasional yang melibatkan banyak negara. Yang lebih memprihatinkan lagi ternyata dunia tengah berada dalam cengkeraman organisasi swasta yang merupakan perusahaan perekrutan tentara bayaran. Keberadaan PMC atau Private Military Corporations semakin menjamur dengan omset yang sangat menggiurkan.

Ilustrasi (zoldneri.websnadno.cz)
Dalam berbagai konflik bersenjata tidak jarang kita menemukan fakta keterlibatan tentara bayaran. Padahal dalam Protokol tambahan I konvensi Jenewa telah disebutkan bahwa keterlibatan tentara bayaran dalam konflik bersenjata tidak dibenarkan. Namun aturan tinggallah aturan. Penggunaan tentara bayaran semakin menjamur karena berbagai alasan yang bagi sebagian kalangan dianggap sangat efisien dalam memenangkan perang.

Fenomena penggunaan tentara bayaran telah menarik perhatian banyak pihak. Legal atau tidakkah keterlibatan tentara bayaran dalam suatu konflik bersenjata. Dan bagaimanakah bentuk partisipasi mereka adalah beberapa pertanyaan yang melatarbelakangi penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai tentara bayaran, dengan harapan apa yang telah dianalisis dan dituliskan dalam makalah ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan penambah pengetahuan bagi teman-teman pembaca.

Permasalahan

Permata yang berkilau selalu memikat setiap orang yang melihatnya. Wajar saja harganya sangat mahal dan menjadi simbol sebuah kemewahaan. Tapi di balik keindahan itu ribuan nyawa manusia melayang dan lebih dari 250. 000 anak di Afrika dipaksa menjadi tentara.

Pemaksaaan ini dilakukan sebagai aksi nyata dari barisan pemberontakan revolusioner bersatu (RUF) yang menganggap pemerintah setempat telah mengeksploitasi Sumber Daya Alam Sierra Leone yang berupa Berlian yang pada akhirnya mendapat sebutan Blood Diamond.

Di Sierra Leone antara tahun 1995-1996, Executive Outcomes dibayar US$ 1,5 juta sebulan untuk mengalahkan pemberontak Barisan Revolusioner Bersatu (Revolutionary United front). Dalam sebulan setelah pemerintah Sierra Loane mengontrak Executive Outcomes pada Mei 1995, pemerintah dapat mengambil alih Distrik Kono yang penuh tambang intan dan berlian.

Saat itu, Executive Outcomes sudah membuat anak perusahaan di Inggris bernama Sandline, yang memasok tentara Sirra Leone. Belakangan Sandline mendapat masalah karena memasok senjata untuk Sierra Leone padahal PBB melarangnya.

Masalah inilah yang akan berusaha dibahas oleh penulis bagaimana PMC dan tentara bayarannya melakukan penyelundupan Berlian dan menukarkannya dengan senjata. Yang pada akhirnya akan memicu semakin maraknya pertikaian dan konflik bersenjata di daerah itu sendiri.

Pembahasan

Konflik antar negara sejak dahulu ada, bahkan sebelum Masehi pun, pertentangan itu sudah nampak. Hal ini disebabkan perbedaan kepentingan antar pihak-pihak yang terjadi konflik tersebut. Dalam suatu konflik, yang lebih ekstrim lagi adalah perang, dibutuhkan suatu perencanaan dan pemikiran yang benar-benar matang. Karena tanpa adanya suatu perencanaan baik dalam politik yang biasa terjadi merupakan konspirasi tingkat tinggi maupun urusan militer untuk menghadapi kontak yang frontal. Dalam hal ini, tentu saja dibutuhkan banyak dana dan juga tentara untuk perang.

Untuk mengurangi data dari militer lokal atau active duty yang gugur dalam perang, dibutuhkan seseorang yang mempunyai kemampuan militer dan yang bersedia berperang, di luar prajurit atau tentara nasional. Karena seorang pimpinan tentu saja tidak mau dikatakan pembunuh rakyatnya sendiri dan untuk mengurangi protes dari keluarga tentara yang gugur dalam suatu perang. Karena dalam perang tidak hanya ratusan prajurit namun ribuan yang pasti akan menjadi korban perang. Seseorang yang dimaksud dapat menggantikan atau membantu peran prajurit dalam perang inilah yang dinamakan Tentara Bayaran.

Tentara bayaran atau mercenaries, juga populer dengan soldier of fortune adalah tentara yang bertempur dan menyerang dalam sebuah pertempuran demi uang, dan biasanya dengan sedikit penghargaan terhadap ideologi, kebangsaan atau paham politik. (is a soldier who figts, or engages in warfare primarily for money, usually with little regard for ideological, national or political considerations). Dari pengertian itu, sudah sangat jelas bahwa ketika uang telah menjadi tujuan utama dari suatu misi, maka tidak dapat dipungkiri jika ideologi bahkan pemahaman tentang pentingnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam peperangan akan semakin diabaikan.

Umumnya yang menjadi tentara bayaran adalah mantan anggota tentara atau anggota tentara yang telah habis masa dinasnya atau tentara yang terpaksa dikeluarkan dari dinas militer baik karena sanksi personel ataupun karena pengurangan personel dalam tubuh angkatan bersenjata. Untuk menghindari gejolak sosial, khusunya di negara negara maju dibentuklah suatu badan usaha yang bersifat swasta yang bergerak dalam jasa keamanan yang dikenal dengan kontraktor militer swasta (Private Militery Contractors atau PMC) yang sebenarnya bergerak dalam jasa suplai, pelatihan, pengamanan namun juga sering terlibat dalam konflik bahkan aksi militer terutama atas permintaan pemakai jasa (dalam hal ini lembaga pemerintah bahkan unsur pemberontak).

Biasanya personel yang terlibat merasa bahwa dirinya masih dianggap layak untuk berdinas di dalam ketentaraan, juga memiliki keahlian khusus dalam dunia ketentaraan misalnya mantan anggota pasukan khusus yang umumnya disukai karena keterampilannya dan kebiasaan berada dalam unit unit tempur kecil yang mandiri, atau karena keinginan atau jiwa militer yang masih melekat dalam diri para mantan anggota militer, atau karena bayaran yang diperoleh bisa lebih tinggi daripada ketika masih berdinas dalam institusi militer. Aksi mereka terkadang lebih nekad dibandingkan tentara reguler bahkan anggota pasukan khusus, dengan perlengkapan senjata seadanya mereka justru mampu menembus garis depan.

Beberapa hal inilah yang kadang membuat para tentara bayaran melakukan tindakan yang benar-benar di luar nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan beberapa fakta di lapangan membenarkan bahwa para anggota blackwater rela membunuh demi uang.

Tentara Bayaran Menurut PBB

Melalui Konvensi Jenewa 1949, dunia mencoba menggarisbawahi pengertian mercenary (tentara bayaran). Berikut kutipan Protocol Additional dari Geneva Convention (GC) pada tanggal 12 Agustus 1949 dan terkait dengan Protection of Victims of International Armed Conflicts (Protocol I), tertanda 8 Juni 1977.

Pasal 47 Protokol tambahan Konvensi Jenewa, tentara bayaran adalah orang yang:

1. Direkrut secara khusus baik di dalam maupun luar negeri untuk bertarung dalam sebuah konflik bersenjata.
2. Benar-benar mengambil bagian secara langsung dalam konflik-konflik.
3. Mengambil bagian dalam konflik-konflik secara khusus untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan bahkan dijanjikan, oleh salah seorang pihak dalam konflik tersebut, kompensasi materiil yang berjumlah besar, melebihi jumlah yang dibayarkan kepada para pejuang yang berpangkat setingkat di angkatan bersenjata pihak tersebut.
4. Bukan berkewarganegaraan sama dengan salah satu pihak dalam konflik tersebut maupun penduduk suatu wilayah yang dikuasai salah satu pihak.
5. Bukan anggota angkatan bersenjata salah satu pihak
6. Belum pernah dikirim oleh sebuah negara yang bukan salah satu pihak dalam konflik untuk melaksanakan sebuah tugas resmi sebagai bagian dari angkatan bersenjata ini.

Kemudian berdasarkan Konvensi Jenewa III, seorang tentara yang tertangkap harus diperlakukan sebagai Lawful Combatant, dan oleh karena itu, dia termasuk orang yang dilindungi, dengan status Tahanan Perang (PoW) sampai diadili orang Pengadilan (KJ III ps. 5). Pengadilan itu dapat memutuskan bahwa tentara tersebut adalah tentara bayaran dengan menggunakan kriteria dalam Protokol Tambahan Konvensi Jenewa 1977 atau hukum domestik yang relevan. Pada titik ini, tentara bayaran dapat menjadi unlawful combatant, namun harus diperlakukan dengan rasa kemanusiaan, dan hak-haknya harus dijamin.

Jika setelah persidangan, tentara yang tertangkap terbukti sebagai tentara bayaran, dia dapat memohon perlakuan sebagai seorang kriminal biasa dan dapat dituntut secara hukum. Tentara bayaran bukanlah seorang tahanan perang, oleh sebab itu mereka tidak dapat memohon pemulangan ketika perang berakhir. Salah satu contoh yang terkenal setelah Perang Dunia ke II adalah ketika pada tanggal 28 Juni, 1976, Pengadilan Luanda menghukum 3 orang berkewarganegaraan Inggris dan seorang Amerika Serikat dengan hukuman mati, dan sembilan tentara bayaran lainnya dipenjara selama 16 sampai 30 tahun.

Pada 4 Desember 1989, PBB mengeluarkan Resolusi 44/34 tentang International Convention against the Recruitment, Use, Financing and Training of Mercenaries. Dan disahkan pada tanggal 20 Oktober 2001 yang kemudian terkenal sebagai Konvensi PBB tentang Tentara Bayaran. Yang baru diratifikasi oleh 22 Negara antara lain: Azerbaijan, Qatar, Barbados, Arab Saudi, Belarus, Senegal, Kameru, Scycheels, Croatia, Suriname, Cyprus, Togo, Georgia, Tukmenistan, Italia, Ukraina, Libya, Uruguay, Maldives, Uzbekistan, Mauritania, dan Costarica.

Sekilas Tentang Tentara Bayaran di Sierra Leone

Tentara bayaran pada umumnya menawarkan jasanya di Dunia Ketiga, khususnya Afrika. Pada umumnya negara-negara yang menggunakan jasa tentara bayaran adalah negara yang miskin tetapi sangat kaya sumber daya mineral dan minyak. Karena itu, tentara bayaran dibayar dari konsesi minyak, yang pengolahannya kemudian diserahkan kepada perusahaan relasi. Perusahaan relasi itu kemudian membiayai tentara bayaran.

Benua Afrika berpenduduk sekitar 500 juta jiwa ini selain dilanda wabah kelaparan yang menewaskan ratusan ribu hingga jutaan orang, juga diwarnai konflik rasial, kekacauan politik, serta kudeta demi kudeta. Bahkan hal itu telah menjadi rutinatas sehingga dunia tidak lagi melihatnya sebagai hal yang terlalu penting untuk diatasi. Jadi, nasib Afrika memang tampaknya sehitam kulitnya. Ironisnya, tidak sedikit bukti yang memperlihatkan bahwa kudeta dan kekacauan politik itu didalangi juga oleh para tentara bayaran.

Untuk benua Afrika itu sendiri asal mula atau sejarah munculnya tentara bayaran terdapat beberapa alasan tertentu bagi penyedia jasa pasukan bayaran ini. Sebuah alasan utama bagi muncul dan maraknya para tentara bayaran adalah untuk mendapatkan akses ke sumber daya alam yang melimpah.

Afrika Selatan memiliki PMC legendaris bernama Executive Outcomes yang didirikan Luther Eeben Barlow seorang Letkol dari angkatan bersenjata negara Apartheid itu pada tahun 1989. Kiprahnya luar biasa di Afrika. Mulai dari Uganda, Botswana, Zambia, Ethiopia, Namibia, Lesoto, Burundi, dan tentu saja Sierra Leone.

Bagi PMC semacam Executive Outcomes, wilayah Sierra Leone merupakan pelanggan tentara bayaran yang mana pemerintahannya rapuh. Mereka menghadapi ancaman atas kelanggengan kekuasaan sehingga perlu memberikan bantuan pengamanan dan tenaga untuk menghadapi pemberontak agar pemerintahan tersebut tetap berkuasa dan menikmati kekayaan alam.

Tentara Bayaran memanfaatkan situasi konflik antara RUF dan pemerintah Sierra Leone untuk menuai dan berburu uang. Tidak ayal keberadaan PMC tersebut malah menjadi pemicu lahirnya konflik baru. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sandline sebagai anak perusahaan dari Executive Outcomes (EO) yang menjadi pemasok senjata ke wilayah Sierra Leone yang tentunya ditukarkan dengan berlian yang terkenal dengan sebutan Blood Diamond.

Jadi secara historis kekayaan mineral memang menjadi penyebab kudeta dan konflik di kawasan Afrika Barat ini (Sierra Leone). Dimana hal itu sangat menyengsarakan rakyat.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, para tentara bayaran itu dibantu dengan informasi yang dipasok oleh intelijen Afrika Selatan dan Inggris (dan pada tingkat tertentu juga Australia, Kanada, AS, dan Selandia Baru di bawah perjanjian antara Inggris-AS). Kemungkinan hal itulah yang menjadi penjelasan mengapa EO tetap bertahan dan berkembang. Padahal, Afrika Selatan sudah membubarkan EO pada tahun 1999.

Akar Konflik dan Rangkaian Pertikaian di Sierra Leone

“Permata yang berkilau selalu memikat setiap orang yang melihatnya. Wajar saja harganya sangat mahal dan menjadi simbol sebuah kemewahaan. Tapi di balik keindahan itu ribuan nyawa manusia melayang dan lebih dari 250. 000 anak di Afrika dipaksa menjadi tentara”

Kutipan kasus di atas ternyata merupakan akar dan pemicu konflik berkepanjangan antara pemberontak RUF (Revolutionary United Front) dan pemerintah yang berkuasa pada saat itu.

RUF melakukan terror besar-besaran terhadap warga sipil. Hasilnya hampir 2/3 dari penduduk sipil Sierra Leone tercerai-berai atau terpisah dengan keluarganya. Orang-orang dewasa dibuat cacat sehingga anak-anak yang belum dewasa menjadi sasaran perekrutan untuk menjadi tentara RUF.

Teror RUF dimulai sejak tahun 1991, Pada saat itu invasi yang dilakukan oleh RUF mendapat dukungan dari Presiden Liberia yakni Charles Taylor. Invasi RUF dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintahan pusat Sierra Leone. Dalam pergerakannya RUF memaksa warga sipil pedalaman Sierra Leone untuk menjadi pemberontak. Pada tahun 1992, RUF berhasil menduduki kawasan pertambangan Distrik Kono, sehingga mengganggu akses pendapatan negara.

Sejak tahun 1995, RUF menjadi penguasa wilayah pertambangan Kono. RUF menjadi kunci sebuah jaringan panjang dari penyelundupan senjata dan berlian skala internasional. Sungguh tindakan yang melanggar Hukum Internasional.

Kemampuan RUF untuk membiayai persenjataan tentara mereka dari penjualan berlian membuat pemerintah Sierra Leone kewalahan untuk menghentikan kesewenang-wenangan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh kelompok pemberontak tersebut. Keadaan politik dan ekonomi negara juga semakin kacau. Pemerintah akhirnya berfikir untuk mencari alternatif pemecahan lain. Akhirnya konflik antara RUF dan pemerintah melibatkan kekuatan lain yaitu tentara bayaran yang di sewa oleh Pemerintah Sierra Leone untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh RUF. Tentara bayaran itu merupakan tentara yang direkrut dari Perusahaan swasta milik Afrika Selatan yaitu Executif Outcomes (EO).

Perlu diketahui bahwa PMC yang dikontrak oleh pemerintah Sierra Leone merupakan PMC yang telah memiliki hubungan kerjasama dengan Branch Energy Ltd., dimana Tony Buckingham (Senior Eksekutif Branch Energy Ltd.) memegang prinsip kerjasama pemegang saham perusahaan, yang pada akhirnya menjadi konsep kontrak kerja antara Pemerintah Sierra Leone dengan Executive Outcomes (EO).

Pada tahun 1995, pasukan Executive Outcomes (EO) tiba di Sierra Leone dengan perlengkapan yang lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh pasukan RUF. Dalam kurun waktu sebulan, berkat bantuan EO, pemerintah berhasil mendapatkan kontrol atas distrik Kono yang kaya berlian. Distrik ini memproduksi 2/3 berlian di Sierra Leone.

Upaya yang dilakukan oleh tentara bayaran EO tidak tanggung-tanggung turut menjatuhkan korban jiwa yang merupakan masyarakat sipil. Namun keberhasilan pemerintah dalam mengambil alih kontrol distrik Kono, tidak mengubah jumlah senjata ringan yang masuk ke Sierra Leone. Karena ternyata ada konspirasi lain dibalik keberadaan tentara bayaran di Sierra Leone. Dalam hal ini dapat dikatakan, membanjirnya senjata ringan di Sierra Leone merupakan tanggung jawab dari PMC yang dikontrak oleh Pemerintah Sierra Leone sendiri, yang pada dasarnya digunakan untuk operasi pengamanan wilayah Sierra Leone dari pemberontakan RUF. Namun konspirasi selalu saja ada, pengamanan wilayah bukanlah satu-satunya tujuan utama PMC, tetapi mereka lebih tertarik untuk memiliki sejumlah berlian dari pada mengamankan dan menyelamatkan warga sipil dari penindasan RUF.

Dengan demikian telah muncul satu masalah baru yakni keterlibatan berlian Sierra Leone dalam konflik yang sangat kompleks ini. Blood Diamond menjadi pemicu dan bahasan utama yang membuat konflik Sierra Leone semakin memanas. Disisi lain anggota RUF yang mengemban ideology mereka yang tidak ingin jika Berlian dari distrik Kono dieksploitasi malahan menggunakan kesempatan itu untuk membiayai persenjataan mereka untuk melawan pemerintah. Disisi lain pemerintah yang tidak kuasa menghentikan aksi terror RUF menyewa tentara bayaran dari PMC Excecutif Outcomes tidak menyadari konspirasi yang dibawa oleh PMC tersebut. EO membuka jalan masuknya senjata ringan ke Sierra Leone yang menyebabkan kesempatan RUF untuk tetap berjuang semakin besar. Hal ini membawa keuntungan bagi tentara bayaran dan PMCnya. Karena semakin lama perlawanan yang dilakukan oleh RUF semakin lama pula penyelesaian konflik yang berujung pada semakin besarnya nilai kontrak antara Pemerintah dan EO. Artinya jika nilai kontrak mereka semakin besar maka semakin lama pula kerja sama yang dapat mereka peroleh dengan perusahaan penambangan Berlian Kono. Karena pada dasarnya negara-negara Afrika hanya mengandalkan kontrak kerja kekayaan alam berupa bahan tambang dan mineral untuk membayar tentara bayaran yang telah mereka sewa.

Melihat situasi konflik yang berkepanjangan ini, PBB berinisiatif untuk memberlakukan embargo terhadap penjualan berlian berdarah (Blood Diamond) dari Afrika Barat (Sierra Leone). Karena dengan penjualan yang tidak bisa dikendalikan akan mengakibatkan konflik semakin berkepanjangan. Hal ini juga dilakukan untuk mengusahakan adanya upaya perdamaian dan kestabilan keamanan di wilayah Sierra Leone.

Namun demikian upaya yang dilakukan oleh PBB tidak membawa perubahan yang signifikan. Keadaan Sierra Leone masih saja mencekam. Spekulasi antara RUF, Pemerintah dan Tentara bayaran dibalik nama Blood Diamond semakin menjadi-jadi. Hasilnya, warga sipillah yang menjadi korban kebiadaban tindakan mereka.

Konspirasi Tentara Bayaran di Sierra Leone

Menurut Dewan Sosial dan ekonomi PBB penggunaan senjata ringan di wilayah Sierra Leone tidak terlepas dari kontribusi kegiatan penyediaan senjata oleh PMC yang mentransfer senjata secara besar-besaran ke wilayah konflik.

Aktivitas dari tentara bayaran yang memberikan pelatihan bersenjata bagi masyarakat sipil Kamajohs sebagai bentuk perlindungan diri mereka terhadap serangan RUF, merupakan bentuk aktivitas yang secara tidak langsung mendukung peningkatan pengiriman senjata ke wilayah Sierra Leone. Sebenarnya praktik pelatihan yang dilakukan oleh tentara bayaran telah mendapat kritikan dari dunia Internasional, tetapi kritikan tersebut hanya berdiri sebagai wacana biasa yang tidak mendapat perhatian dari pihak tentara Bayaran maupun masyarakat Sierra Leone. Karena pada dasarnya masyarakat sipil setempat menganggap apa yang mereka lakukan penting sekalipun mereka tidak menyadari konspirasi yang berada di belakang hal ini.

Dengan realita seperti di atas, merupakan hal yang wajar jika kita mendapatkan masyarakat sipil memegang senjata dan berkeliaran di wilayah Sierra Leone. Memang selama Executive Outcomes beroperasi di Sierra Leone tidak ada laporan yang mengatakan terjadi operasi penjualan senjata besar-besaran oleh PMC ke masyarakat sipil. Karena pada saat itu, pelacakan terhadap aktivitas PMC masih sangat sulit ditambah lagi situasi politik dan kemanan yang tidak mendukung, yang secara tidak langsung menutup akses wartawan untuk mencari fakta secara leluasa.

Konflik yang terjadi di Sierra Leone mamang merupakan konflik yang sangat rumit. Begitu banyak konspirasi, begitu banyak kepentingan yang memanfaatkan situasi ini.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa EO mampu mengusir RUF dari wilayah Distrik Kono hanya dengan waktu kurang lebih sebulan. Keberhasilan itu, menyebabkan nilai kontrak PMC dengan pemerintah setempat dalam hal pemegang saham pertambangan semakin meningkat. Alhasil perusahaan PMC Executive Outcomes yang bekerjasama dengan Branch Energy Ltd. Semakin diyakini memiliki konspirasi dalam penguasaan sumber-sumber mineral dan tambang berlian diberbagai wilayah Afrika.

Tentu saja EO mengelak anggapan tersebut. Executive Outcomes mengklaim satu-satunya yang menjadi tujuan mereka adalah memberikan kestabilan terhadap wilayah bersangkutan dengan memberikan dukungan terhadap pemerintah resmi dalam melawan pemberontakan bersenjata.

Pertanyaan yang timbul sekarang adalah bagaimanakah kedudukan tentara bayaran dalam kasus ini? apakah tentara bayaran dibenarkan dalam membantu negara mempertahankan pemerintahannya.

Tentunya jawaban atas pertanyaan ini sudah sangat jelas. Apapun itu, Protokol 1 Konvensi Jenewa telah menuliskan larangan perekrutan dan penggunaan tentara bayaran dalam konflik bersenjata. Sekalipun hingga saat ini baru sekitar 22 Negara yang meratifikasi aturan tersebut. Sehingga jika dipertanyakan maka pihak Sierra Leone bisa saja mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang melanggar aturan, karena mereka tidak pernah meratifikasi Protokol tambahan dari konvensi Jenewa tersebut.

Namun bagaimanapun keberadaan tentara bayaran semakin mempersulit situasi di Sierra Leone, upaya tentara bayaran untuk menumpas pemberontakan RUF semakin menambah panjang perjalanan dan usaha RUF untuk melakukan pembangkangan. Tidak hanya itu, sekali menyelam minum air, pembangkangan disertai upaya pemenuhan senjata melalui penjualan Blood Diamond secara Illegal pun mereka lakukan.

Win-win solution, tentara bayaran pun tidak tinggal diam, kesempatan digunakan oleh PMCnya pada waktu itu untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. RUF terus mengiimpor senjata ringan ke Sierra Leone dan mengekspor berlian kepada negara sekutunya yakni tentara Nigeria yang sejak awal telah mendukung pemberontakan RUF di Sierra Leone. Melihat hal ini sangat sulit untuk mencapai suatu kesepakatan damai di Sierra Leone, yah konspirasi yang sangat kompleks antara RUF dan tentara bayaran yang melibatkan benda istimewa Blood Diamond.

Penutup

Benua Afrika berpenduduk sekitar 500 juta jiwa ini selain dilanda wabah kelaparan yang menewaskan ratusan ribu hingga jutaan orang, juga diwarnai konflik rasial, kekacauan politik, serta kudeta demi kudeta. Sering dan bahkan hal itu sudah menjadi hal yang rutin terjadi sehingga dunia tidak lagi melihatnya sebagai hal yang terlalu penting untuk diatasi. Jadi, nasib Afrika memang tampaknya sehitam kulitnya. Ironisnya, tidak sedikit bukti yang memperlihatkan bahwa kudeta dan kekacauan politik itu didalangi juga oleh para tentara bayaran.

Salah satu konflik di Benua Afrika yang melibatkan tentara bayaran adalah Konflik antara RUF (Revolutionary United Front) dan Pemerintah Sierra Leone karena kepentingan akan berlian yang dinamakan Blood Diamond. Konflik yang berkepanjangan membuat pemerintah meminta bantuan PMC Executive Outcomes untuk menangani pemberontakan yang dilakukan oleh RUF.

Memang dalam waktu sebulan wilayah Distrik Kono (pertambangan Berlian) dapat dikuasai oleh pemerintah tetapi tanpa disadari keberadaan tentara bayaran telah membuat babakan konflik baru di Sierra Leone.

Konspirasi dibalik kerjasama tentara bayaran dan pemerintah menyebabkan konflik semakin berkepanjangan, RUF semakin menjadi-jadi dalam melakukan penjualan berlian illegal demi bantuan senjata melawan tentara bayaran. Disisin lain tentara bayaran juga memperoleh apa yang mereka inginkan yaitu penguasaan Sumber daya mineral melalui kontrak kerjasama dengan pemerintah. Siapa yang salah? Tidak ada yang mampu menjawab tetapi yang pasti warga sipil Sierra Loane yang tidak bersalahlah yang menjadi korban dari kobspirasi dan pertikaian ini.

Sumber: http://jannaluchuw.wordpress.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Tentara Bayaran di Sierra Leone - Studi Kasus Tentang Keterlibatan Tentara Bayaran Executif Outcomes (EO) dalam Penumpasan RUF dan Penjualan Senjata di Sierra Leone"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments