Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
BBM (Bahan Bakar Minyak) merupakan komoditas paling strategis di era modern ini. Padahal ia baru saja dikenal sejak terjadinya revolusi besar-besaran di bidang industri dan pemikiran pada abad 19. Selain berhasil mengubah wajah bumi tradisional menjadi hamparan yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit, revolusi tersebut juga telah mendongkrak posisi BBM menjadi komoditas puncak perekonomian dunia. Bahkan orang-orang sering menyebut BBM dengan sebutan ‘emas hitam’.
Ketergantungan
Dunia modern tak akan pernah bergerak tanpa BBM. Ketergantungan dunia akan BBM membuat negara-negara gersang di Afrika dan Jazirah Arab (sebagai penghasil utama minyak) menjadi amat disegani negara-negara barat.
Pada masa Turki Ottoman, daerah Timur-Tengah belum dikenal sama sekali, kecuali sebagai tempat ziarah umat beberapa agama besar. Bahkan ketika itu banyak orang yang meremehkan tempat turunnya nabi-nabi tersebut. Pada paruh pertama abad 20, banyak ladang minyak ditemukan di kawasan itu. Setelah dua bom atom mengoyak dahsyat kota-kota vitalnya, Jepang bangkit dengan produksi otomotif. Hal ini juga mewajibkan kepentingan BBM, sehingga makin kokohlah kedudukan negeri-negeri padang pasir di percaturan ekonomi dunia. Sedikit saja para tuan minyak itu mengutak-atik harga minyak, hampir seluruh negara di dunia ini terkena imbasnya.
Generasi milenium ketiga ini mewarisi cadangan minyak yang sangat melimpah. Orang-orang belum berpikir untuk membakar minyak dalam tangki-tangki kendaraan mereka. Mobil-mobil, sepeda motor, bus, truk, dan sebagainya berkeliaran dan senantiasa lalu-lalang di jalanan kota, yang berarti setiap detik cadangan minyak dunia berkurang. Begitupun dengan konsumsi minyak dalam industri, pesawat terbang, dan kapal laut, semuanya mengurangi cadangan minyak. Di sisi lain, di balik tembok-tembok kampus dan pusat-pusat penelitian, para peneliti tengah resah memikirkan apa jadinya kalau BBM di perut bumi ini habis, sedangkan peradaban telah benar-benar tergantung pada minyak. Sebagai bahan bakar utama, minyak adalah barang yang tak bisa diperbaharui. Minyak terbentuk dari sisa-sisa makhluk hidup zaman purba selama jutaan tahun, dan mengendap di dasar bumi dan lautan. Sebab itu, cepat atau lambat, dunia harus hidup tanpa BBM.
Krisis
Ada dugaan bahwa dalam beberapa dekade ke depan, cadangan minyak akan habis. Bayangkan kalau keadaan tersebut benar-benar terjadi. Pabrik-pabrik tutup, kendaraan-kendaraan bermesin: mobil, sepeda motor, perahu, helikopter, kapal pesiar, pesawat terbang, dan bahkan pesawat ruang angkasa hanya akan menjadi barang rongsokan yang tidak ada gunanya lagi. Kegiatan ekonomi mandeg, traktor-traktor tidak bisa membajak sawah, pasar tutup, listrik padam, mobilitas masyarakat akan terhenti, para politikus saling tuding, dan akhirnya dunia akan chaos, anarkisme bertebaran di mana-mana. Kekhawatiran menyelimuti orang-orang di seluruh dunia. Saat ini manusia sedang mengembangkan berbagai cara agar gambaran tersebut tidak benar-benar terjadi.
Solusi
Setidaknya ada tiga cara yang sedang dikembangkan berbagai komunitas dalam bidangnya masing-masing, sebagai berikut:
1. Penghematan
Cara ini dikembangkan oleh komunitas ekonomi dan politik. Sayangnya, segelintir elite sering menyalah-gunakannya sebagai ajang KKN dan manipulasi keuangan negara. Mekanisme ini juga sering digunakan sebagai kampanye utama orang-orang politik untuk memperlihatkan rasa pedulinya kepada rakyat.
2. Mencari ladang baru
Pelaksana mekanisme ini adalah para industrialis dan imperalis. Mereka menelusuri setiap jengkal tanah, menyapu luasan samudera, menembus dataran gersang di Timur-Tengah dan Afrika, dan bahkan memasuki daratan Antartika di kutub selatan. Apa yang mereka kerjakan itu hanya untuk satu tujuan, yakni menemukan ladang minyak.
3. Mencari sumber energi alternatif
Hal ini dikerjakan oleh para ilmuwan dan sarjana di balik tembok kampus dan laboratorium mereka. Mereka meneliti berbagai jenis bahan yang kemungkinan bisa dijadikan sumber baru bahan bakar. Diantara mereka ada yang berinovasi menuju bahan bakar biologi, bahan bakar atomik, dan bahkan gas plasma.
Telah banyak upaya diadakan untuk mengusahakan sumber energi alternatif. Sejauh ini, telah banyak pula sumber ditemukan. Namun, diantara sekian banyak itu, belum ada satu pun alternatif yang dianggap sanggup menggantikan BBM. Diantaranya: BBG, hidrogen cair, biofuel, dan fusi nuklir. Di Indonesia dan negara-negara Asia Timur sekarang ini sedang menggalakkan apa yang disebut Program Langit Biru. Program ini mengetengahkan bahwa BBG dijadikan sebagai alternatif utama pengganti BBM. Selain lebih irit dan murah, BBG tidak menimbulkan polusi berat. Akan tetapi, program ini mengalami kendala besar pada sektor infrastruktur. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa BBG kurang aman digunakan, karena sangat mudah bereksplosif. Jadi, meskipun cadangan gas sangat berlimpah, masyarakat konsumsi kurang berminat.
Sumber Lain
Ada lagi suatu jenis sumber energi alternatif yang telah didapatkan, yaitu hidrogen cair. Dalam proses-proses kimiawi, apabila hidrogen direaksikan dengan oksigen, maka akan dihasilkan air dan suatu bentuk energi panas (reaksi eksoterm). Para ilmuwan mencoba memanfaatkan energi panas tersebut agar bisa digunakan untuk memutar piston pada mesin kendaraan dan industri. Sumber alternatif yang satu ini memang sangat baik digunakan: aman, efektif, dan ramah lingkungan. Yang menjadi kendala, siklus produksi bahan bakar ini juga melibatkan BBM. Untuk memisahkan hidrogen dan oksigen pada senyawa air, butuh energi yang besar, sedangkan energi tersebut didapatkan dengan cara membakar BBM. Oleh karena itu, selain untuk bahan bakar roket pendorong pesawat antariksa tradisional, hidrogen tak layak menggantikan BBM untuk konsumsi sehari-hari
Para peneliti dari barat juga telah menemukan suatu sumber energi luar biasa dalam inti atom. Sebelum perang dunia I, tahun 1905, Einstein menemukan suatu formulasi konversi material. Einstein menemukan bahwa kuantitas massa dapat hilang dan berubah menjadi energi, ataupun sebaliknya, dengan nilai yang bersesuaian dengan persamaan E=mc2. Awalnya, orang-orang menganggap konsep tersebut hanyalah pepesan kosong saja. Namun tak dapat dipungkiri, ternyata semakin hari semakin banyak saja bukti didapatkan yang ternyata membenarkannya.
Para fisikawan mendapati bahwa proses-proses yang terjadi dalam inti atom memuat konversi materi menjadi energi seperti dituliskan Einstein. Ada dua cara untuk mendapatkan energi dalam inti atom: dengan pemecahan (fisi) atau dengan penggabungan (fusi). Tahun 1934, Leo Szilard memperkenalkan gagasan tentang fisi nuklir, beberapa dekade kemudian menyusul John A. Wheeler mengajukan gagasan fusi nuklir untuk diterapkan pada proses pembuatan bom hidrogen.
Masyarakat awam antipati terhadap kajian-kajian mengenai energi atom. Citra negatif itu timbul setelah sekutu, Amerika Serikat dan kawan-kawan, pada tahun 1945 meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom, sehingga mengakhiri Perang Dunia II. Saat ini para ilmuwan terus mengembangkan cara bagaimana menggunakan energi atom untuk maksud damai. Hasilnya, tenaga fisi nuklir sekarang telah banyak digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik. Dan sebagai kandidat yang sangat diandalkan, fusi hidrogen, saat ini sedang dikembangkan sebagai bahan bakar utama pengganti BBM.
Selain itu, para ilmuwan juga telah mengupayakan apa yang disebut bahan bakar biologi atau biofuel, dan alkohol. Semuanya terlihat menarik, aman, efisien, dan sebagainya, namun tetap saja ada semacam kendala yang menghambatnya. Dan sering kali kendala-kendala tersebut menjadi alasan mengapa mereka menjadi tidak layak menggantikan BBM. Itu menjadi tantangan berat generasi kita sekarang.
Sumber: http://netsains.com
Artikel Lainnya:
No Response to "Saat Manusia "Berjibaku" Mengatasi Krisis Energi"
Posting Komentar