Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Sebelum Sekigahara

Bentrokan Senjata
Pada tanggal 2 Juli 1600, Ishida Mitsunari membujuk Ōtani Yoshitsugu yang bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Lihat Bagian 1 Terlebih Dahulu

Pada hari berikutnya (12 Juli), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi bergabung dengan Pasukan Timur.

Pada tanggal 17 Juli, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah. Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Juli. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro. Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Agustus.

Selanjutnya, basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturut-turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Agustus.

Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui jalur Tōkaido tanpa dipimpin Tokugawa Ieyasu yang sedang berada di Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan Pasukan Timur berhasil menaklukkan Istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Agustus. Ieyasu sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Tōdō Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia pada Toyotomi agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.

Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menaklukkan Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.

Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan karena dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.

Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.

Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada tanggal 29 Agustus tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September, sehingga keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).

Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini disebut Pertempuran Sungai Kuise.

Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.

Formasi Pasukan
Posisi pasukan pada pertempuran Sekigahara.

Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat dan Pasukan Timur saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.

Penasehat militer dari Jerman bernama Klemens Wilhelm Jacob Meckel yang didatangkan pemerintah Jepang zaman Meiji mengatakan Pertempuran Sekigahara pasti dimenangkan oleh Pasukan Barat setelah melihat peta formasi pasukan di Sekigahara. Pasukan Timur dalam keadaan terkepung dan kemenangan Pasukan Barat sudah di depan mata jika melihat posisi pasukan Mitsunari di gunung Sasao, pasukan Ukita Hideie di gunung Temma, pasukan Kobayakawa Hideaki di gunung Matsuo, dan garis pertahanan pasukan Mōri Hidemoto di gunung Nangū.

Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.

Pertempuran Dimulai

Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat. Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran Sekigahara.

Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak. Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari 6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.

Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri dari 5.400 prajurit dan pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan besar - besaran. Pasukan Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan ditengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas ke sana kemari."

Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Hal ini dilakukan agar pasukan Shimazu tidak banyak menelan korban jiwa . Mōri Terumoto juga tidak bisa ikut bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie dan terpaksa balik ke tanah asalnya. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.

Pembelotan Kobayakawa Hideaki


Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.

Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur. Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah dimenangkan Pasukan Timur. Kobayakawa Hideaki hanya berdiri di gunung Matsuo pada saat pasukannya menyerang pasukan Mitsunari,dan sama sekali tidak ikut perang.


Pasukan Barat Tercerai-Berai
 
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka. Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh dan menderita luka-luka.

Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur mati-matian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai.

Sumber: http://id.wikipedia.org Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

No Response to "Pertempuran Sekigahara Bagian 2"

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments