Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:
Kelirunya “kita”, kita sudah membuat stempel bahwa seandainya tidak ada ilmuwan yahudi, maka dunia tidak semaju ini. Inilah mental yang terkena virus yang memblokir pikiran kita. Padahal jelas sekali ilmuwan dunia yang bukan Yahudi jumlahnya sangat melimpah, dan tanpa ilmuwan Yahudi pun, dunia tetap bisa maju bahkan dunia juga mendapatkan perdamaian lebih tenang, tanpa ancaman perang apapun.

Tetapi kalau memang mereka tidak membutuhkan pengguna yang anti-zionis, silakan tarik balik semua produk yang diciptakan ilmuwan Yahudi, tutup semua MC.Donald, Tutup halaman Facebook,  pabrik intel proccesor tidak usah memproduksi lagi.

Penulis memperkirakan akan banyak ilmuwan bukan Yahudi yang tampil menciptakan proccesor baru yang bukan Intel, menciptakan blog baru yang bukan blogger.com, atau menciptakan aplikasi baru selain Google, menciptakan social media baru yang bukan Facebook, yang semuanya setara dan bahkan lebih hebat dari ciptaan ilmuwan Yahudi

Jika dalam tulisan ini menyebut Amerika, maka maksudnya personifikasi elite politik Amerika yang berkiblat ke Zionis, dan tidakah menuju kepada seluruh penduduk Amerika.

Tanggal 6 Agustus 2010 dan tiga hari berikutnya, sekitar 65 tahun yang lalu, Nagasaki dan Hiroshima lebur hancur oleh serangan senjata nuklir tentara Amerika Serikat. Seiring hancurnya kedua kota tersebut maka secara berurutan, perjanjian perdamaian terbentuk dan mulailah dunia menata kembali mambangun puing kehancuran akibat perang, baik infrastruktur maupun sumber daya manusianya. Harapan perdamaian tumbuh terbit dan semua bangsa di dunia ini segera bangkit membina diri.

Pertanyaannya, apakah bom di Nagasaki dan Hiroshima itu merupakan awal sebuah alaf baru yang menjanjikan bagi kehidupan manusia yang layak? Apakah tidak ada lagi peperangan selanjutnya yang mengiringi kehancuran kedua kota tersebut?

Banyak pujian dan sanjungan atas kemenangan Amerika dalam Perang Dunia II ini. Taburan bunga dukungan untuk Amerika menebar di seantero dunia.

 
Membangun dominasi lewat perang dan ancaman senjata nuklir.

Tetapi, sungguh di luar dugaan. Rupanya masyarakat dunia harus menarik kembali ucapan terima kasih kepada Amerika yang telah memenangi perang besar tersebut, masyarakat dunia harus menarik kembali rasa kebanggaannya terhadap Amerika. Senyum kemanusiaan dari pejabat Amerika tidaklah semanis dalam pencitraannya, yang mencita-citakan untuk mengakhiri segala perang setelah Perang Dunia II usai. Perlu diketahui, sejak tahun 1945 hingga kini, tercatat sekitar 40 kepala negara dunia yang digulingkan oleh AS, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Senjata nuklir di Nagasaki dan Hiroshima kenyataannya menjadi awal sebuah tirani dan imperium dunia baru. Setelah meraih kemenangan hampir mutlak tersebut, tumbuhlah ambisi untuk menguasai dunia, memaksa diri untuk menjejakkan kakinya ke negara-negara lainnya dan menjadiknnya wilayah jajahan baru, dengan cara apapun, termasuk melibatkan diri dalam kudeta, pembunuhan, agen intelejen rahasia, dan mengacaukan ekonomi sebuah negara sasaran.

Dunia perlu melihat, memandang, menyaksikan dan memperhatikan secara seksama, nyata dan sejujurnya, bahwa setelah beberapa dekade berlalu, “ideologi” imperium Amerika sudah memberi angin penderitaan baru.  Bermula dari ambisi menguasai dunia, maka tidak hanya menggunakan kekuatan militer, tetapi memberdayakan potensi ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, sains, dan sebagainya. Yang tidak kalah hebatnya adalah “film” pencitraan Amerika di mata dunia, sehingga mata dunia mejadi kabur dan silau, dengan gemerlapnya Proccesor Intel, kabur dengan adanya Google, kabur dengan adanya teknologi software. Banyak masyarakat dunia menjadi memuji dan memberi sanjungan semati-matinya terhadap Amerika, berkat “kebaikan” Amerika yang dinikmati juga oleh sebagian besar masyarakat dunia, sehingga Amerika dinilai dan dianggap sebagai negara pelopor demokrasi, pelopor penyelamatan lingkungan hidup, pelopor sains, pelopor teknologi Informasi dan komunikasi, pelopor nilai-nilai kemanusiaan,  yang “manfaatnya” ikut dirasakan oleh dunia internasional. Silau terhadap citra tersebut, maka banyak yang lupa bahwa semua itu hanyalah sebagai siasat dan taktik menarik dukungan dunia, sehingga mendapatkan legitimasi dan pengesahan atas kejahatannya terhadap kemanusiaannya.

Kejahatan Amerika terhadap nilai-nilai kemanusiaanya adalah sangat jelas. Ketika Amerika menyerang sebuah negara, maka ditulislah bahwa alasan penyerangan adalah untuk melindungi dan membantu menyelamatkan rakyat negara tersebut dari tirani penguasanya. Di Irak, Afghanistaa, Korea Utara, semuanya dicitrakan untuk memerdekakan rakyat negara bersangkutan dari kekejaman rezim Saddam, Taleban, dan Kim Jong Il, bahkan Iran juga “direncanakan” diserang untuk memberikan kebebasan untuk rakyat Iran yang “menderita” di bawah kepemimpinan Ahmadinejad.

Polisi Amerika yang tidak bermaksud benar-benar menjunjung nilai kemanusiaan bagi seluruh umat manusia adalah terlihat jelas terhadap rakyat Palestina.  Mengapa Amerika tidak menyerang negara Israil dengan alasan untuk membebaskan rakyat Palestina dari kekejaman rezim Israil?  Mengapa ada pengecualian untuk rakyat Palestina, bukankah mereka juga memiliki hak kemanusiaan sebagaimana rakyat di Irak, Afhganistan, Iran dan Korea Utara, serta sudah jelas-jelas banyak resolusi PBB yang dilanggar secara sengaja oleh Rezim Israil? Inilah yang menegaskan dan informasi konfirmatif bahwa semua apa yang diberikan oleh tokoh-tokoh dan ilmuwan yahudi termasuk produk Intel Proccesor, Google, dan sebagainya itu bukan bertujuan damai dan kemashlahatan umat manusia, tetapi sebagai upaya mendapatkan legalisasi dari banyak manusia yang mendapatkan manfaat dari produk-produk tersebut, sehingga pada akhirnya pelanggaran dan kekejaman zionis yahudi tidak diusik sama sekali, sejahat apapun rezim Israil melakukan kejahatan kemanusiaan. Kemudian ditambah provokasi bahwa semua kehebatan teknologi adalah berasal dari ilmuwan yahudi. Sasarannya jelas, untuk mendapatkan dukungan bagi kekejaman zionis.

Kemudian, api demokrasi dan kebebasan dihembuskan di seantero jagad, menampilkan diri sebagai pembela kebebasan hidup manusia dan hak azasi manusia, tetapi kenyataannya, setelah bangsa lain memperoleh kebebasan tersebut, maka diancam dengan senjata dan penyerangan, apalagi jika berani mengusik kebijakan Amerika terhadap rezim Israil. Banyak ilmuwan dan tokoh dunia “diadili” sendiri di pengadilan Amerika, kemudian berbagai dalih diciptakan untuk membenarkan tindakannya menyerangan dan membunuh semaunya sendiri. Tentu saja, karena dunia sudah mendapatkan kenyamanan menjadi user-user produk-produknya, maka dunia justru mendukung kebijakan tersebut.  Inilah yang dinamakan dengan politik legalisasi.

Perlu kita rasional menilai, bukanlah Yahudi yang membuat dunia ini maju dengan teknologi canggih, tetapi semua ilmuwan secara umum. Ilmuwan Yahudi menjadi seolah “paling” membantu umat manusia atas sebab keberhasilan politik legalisasi Amerika seperti di atas, yang driver-nya menggunakan senjata dan ancaman perang. Jadi, jernihlah kita memandang, menilai dan menyimpulkan.

Sumber: http://suaramuhibbuddin.wordpress.com Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

1 Response to Zionis Amerika Membangun Dominasi Lewat Ancaman Perang Dan Pembunuhan

23 Maret 2014 pukul 14.27

allahuakbar

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments