Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,
Jurnalisme sejati tak bisa dibohongi. Begitu barangkali suara hati para jurnalis akhir-akhir ini yang mulai terbuka untuk berbicara tentang apa yang dilakukan oleh AS. Khususnya setelah serangan terhadap Osama bin Laden di Pakistan pada tanggal 2 Mei 2011.

Serangan ini memicu gelombang besar unjuk rasa di Pakistan dan dunia Arab secara umum. Media massa berusaha mengungkap sebanyak-banyaknya berita dan informasi tentang peristiwa ini. Ternyata hal ini semakin mengungkapkan fakta kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh AS. Akhirnya saat ini banyak seruan yang menyebutkan bahwa The Real Terrorist adalah AS.

Bertolak belakang dengan kebanggaan Obama atas klaim terbunuhnya Osama bin Laden dan sorak-sorai pesta rakyat AS, banyak pihak justru mengecam dengan keras apa yang telah dilakukan oleh AS. Osama diberitakan oleh AS tebunuh dalam serangan diam-diam, melibatkan pasukan khusus US Navy Seals di Abbotabad, sebuah kota yang berjarak 100 km dari Islamabad, Pakistan. Ibarat memasuki rumah orang lain tanpa ijin, mengobrak-abrik sebuah kamar dan membunuh penghuninya, apa yang telah dilakukan AS dianggap telah mencoreng pemerintah Pakistan.

Akhirnya terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran di Pakistan dan beberapa wilayah lainnya. Semua mengecam bahwa apa yang dilakukan oleh AS adalah bentuk terorisme terhadap negara lain. Bahkan Eropa pun mengecam kelakukan negara adidaya ini. Mantan Kanselir Jerman Barat Helmut Schmidt menyebut sebagai pelanggaran hukum internasional.

Di mata dunia, AS yang selama ini sudah dianggap arogan, semakin anjlok reputasinya. TV-TV berita di Indonesia pun mulai menyebut apa yang terjadi dengan bahasa Terorisme AS. Berbagai media telah berani memaparkan kebohongan-kebohongan AS. Jurnalis manapun tentu akan keberatan bila menyiarkan berita yang jelas-jelas bohong. Sementara apa yang dilakukan oleh AS bagaikan matahari di siang bolong. Tidak perlu bantuan alat apapun, fakta kebohongan terang benderang di depan mata.

Media pun mengungkap kejanggalan-kejanggalan. Untuk klaim berita tewasnya Osama saja, sudah beberapa kali AS meralatnya. Yang pertama, AS mengatakan terjadi bentrokan bersenjata di rumah mewah di Abbotabad Pakistan yang diduga rumah Usamah bin Laden, kemudian AS meralat bahwa tidak terjadi bentrokan senjata. Kedua, awalnya AS mengatakan Usamah membawa senjata dan menyerang, ternyata ia tidak bersenjata dan tidak menyerang. Ketiga, AS mengatakan para teroris menggunakan wanita sebagai tameng, ternyata tidak ada tameng wanita. Keempat, AS mengatakan istri Osama terbunuh, ternyata tidak, ia hanya tertembak kakinya. Itupun karena ia mengejar pasukan yang membawa jasad suaminya. Kelima, AS mengklaim jenasah Osama dikubur di laut, ternyata kemudian mereka mengatakan tidak demikian. Ini baru dalam kasus Osama bin Laden.

Sebagaimana fakta peristiwa pemboman gedung Federal di Oklahoma AS pada tahun 1995, AS langsung menyebut pelakunya orang Arab. Dalam arti maksudnya orang Islam. Ternyata pelakunya adalah dua warga negaranya sendiri, veteran Perang Teluk.

Kemudian peristiwa runtuhnya menara kembar WTC akibat serangan pesawat, yang menjadi alasan utama AS menyerang Afghanistan dengan alasan untuk membunuh Osama bin Laden, sebetulnya sudah terbongkar kebohongan kebohongannya. Pakar-pakar konstruksi AS sendiri telah memberikan pernyataan bahwa gedung tersebut runtuh karena ada yang memasang bom, seperti cara meruntuhkan gedung-gedung lama yang memang harus diruntuhkan (Saleem News). Bukan karena ditabrak pesawat. Bagaimana mungkin seekor capung menabrak dinding, menyebabkan dindingnya runtuh rata dengan tanah. Saksi-saksi dari tim pemadam kebakaran juga telah menguatkan fakta ini. Dengan demikian tujuan mencari Osama di Afghanistan itu adalah alasan yang mengada-ada.

Peristiwa penyerangan Iraq dengan alasan adanya senjata pemusnah massal juga telah terungkap kebohongannya. David Kay, ketua tim pencari senjata pemusnah massal (WMD) Amerika Serikat (AS) untuk Irak, mengundurkan diri. Ia tidak yakin bahwa Irak memiliki cadangan senjata kimia dan biologi. Artinya tidak pernah teridentifikasi adanya senjata pemusnah massal di Iraq. Itu hanya alasan Bush untuk menyerang Iraq. Serangan ke Afghanistan dan Iraq sebenarnya hanya alasan ingin merampas kekayaan alam, terutama minyak yang berlimpah di dua negara tersebut.

Kini kebohongan terbukti telah menjadi watak AS. Siapapun yang masih menggunakan akalnya akan percaya bahwa Amerika Serikatlah The Real Terorist.

Sumber: http://mediaislamnet.com
Share to Lintas BeritaShare to infoGueKaskus

1 Response to The Real Terrorist

16 Juni 2011 pukul 11.31

Teroris yang teriak teroris

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments