Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
22
Juli

Pada abad pertengahan, di Barat sedang terjadi pergulatan antara nalar dan agama. Nalar adalah refleksi dari rasionalitas yang terbelenggu oleh dogma gereja yang ambigu. Pada akhirnya Nalar berhasil mengesampingkan keimanan, akibatnya barat menjadi tersekularkan.
Setelah melewati masa Renaissance, periode pencerahan hingga sampai ke zaman modern ini keimanan semakin terbenam dalam kubangan rasionalitas. Nalar dipisahkan dari agama dan keyakinan hanyalah persoalan individu semata yang didominasi oleh kebebasan yang azasi.
Di Amerika, gereja semakin ditinggalkan jamaahnya lantaran rumah ibadah tersebut...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
22
Juli

Sebuah laporan yang dirilis kemarin (21/7) oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa mayoritas Muslim di beberapa negara Timur Tengah percaya bahwa serangan 11 September tidak dilakukan oleh orang Arab. Laporan yang berjudul "Muslim-Western Tensions Persist", berusaha untuk menyelidiki sikap masyarakat tentang hubungan antara dua komunitas global tersebut.
Untuk bagian dari survei yang terkait dengan serangan 11 September, tanggapan dikumpulkan dari umat Islam di Mesir, Turki, Palestina, Yordania, Libanon, Israel, Indonesia dan Pakistan.
Mayoritas responden Muslim di setiap negara-negara ini...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Jauh setelah perang usai, para serdadu satuan tempur khusus Marsose mengenang Aceh sebagai sebuah paradoks; ladang pembantaian musuh sekaligus kuburan yang mereka gali untuk mereka sendiri.
Menjelang tengah malam, Kamis 10 September 1926, Teungku Peukan memanggil tiga panglima perang andalannya; Said Umar, Nyak Walad dan Waki Ali. Ketiganya diminta segera mengumpulkan pasukan di Meunasah Ayah Gadeng Manggeng. Sebuah rencana sudah disiapkan. Mereka akan berperang, menyerbu kompi Marsose di Kota Blangpidie.
Tapi, di meunasah itu, Teungku Peukan tidak menjabarkan strategi serangan frontal yang sudah...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Dalam memburu gerilyawan Aceh, banyak pasukan Belanda yang tewas dalam hutan belantara, bukan oleh perang, tapi karena kelaparan. Kisah pasukan pimpinan Nutter dan pasukan Berger diantaranya.
Nasib tragis pasukan belanda itu terjadi akibat Nutter yang salah perhitungan dalam menjalankan tugasnya. Ia tersesat dan anak buahnya tersesat dalam hutan belantara. Sepanjang jalan yang ditempuh Nutter mayat-mayat bergelimpangan, karena mati kelaparan.
Satu persatu serdadu Belanda tewas karena kelelahan. Ketika mayat-mayat itu ditemukan oleh pasukan Belanda lainnya, hanya tinggal tulang-belulang, yang dagingnya...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Eropa
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Perang di Eropa juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan di India- Belanda. Ketika Napoleon Bonaparte berkuasa di Prancis, Belanda yang kalah perang, berada di bawah kekuasaan Prancis dari tahun 1806 sampai tahun 1813. Napoleon menempatkan adiknya, Louis Bonaparte menjadi Raja di Belanda. Perubahan situasi di Eropa juga berimbas ke kawasan Asia Tenggara, di mana terdapat persaingan dagang antara Belanda dan Inggris.
Louis Bonaparte mengangkat salah seorang perwira tingginya, Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di India-Belanda. Daendels sebenarnya adalah seorang pengacara Belanda...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Perang Aceh melawan Belanda (1873 - 1942) adalah perang terlama yang pernah dialami Belanda di Indonesia. Rakyat Aceh tetap melawan pascaruntuhnya istana Darud-Dunia di Koetaradja. Semangat jihad Fi Sabilillah menggemuruh seluruh tanah Rencong. Istana boleh dikuasai, masjid raya boleh dibakar, sulthan boleh dibuang ke Jawa, namun harkat dan martabat Aceh tetap dipertahankan oleh rakyat Aceh dari Sabang sampai ke Aceh Tenggara.
Pelawanan bangsa Aceh terhadap penjajah memang sangat berbeda dengan perlawan suku bangsa lain di nusantara. Di daerah lain, semua berakhir dengan kekalahan dan takluknya...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli
Mungkin banyak orang yang tidak tahu. Di abad ke-19 KNIL merekrut sekitar 3000 laki-laki Afrika untuk menjadi tentara yang ditugaskan di Indonesia yang ketika itu bernama Hindia-Belanda.
Sejumlah besar dari mereka yang dikenal dengan nama 'Belanda Hitam' ini kembali ke Belanda atau beremigrasi ke Amerika dan Kanada setelah perang usai. Tetapi sekitar 500 orang menetap di Indonesia, menikah dengan perempuan Indonesia dan punya keturunan. Griselda Molemans, yang juga generasi kelima Belanda Hitam di Belanda, mencari dan menemukan sejumlah keluarga keturunan Afrika yang masih di Indonesia, Ghana...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Untuk kita warga Indonesia, sejarah perbudakan mungkin terdengar asing. Banyak yang berpikir perbudakan hanya terjadi terhadap orang-orang dari Afrika saja yang dibawa ke Benua Amerika. Namun, sejarah perbudakan ternyata sangatlah dekat dengan sejarah Bangsa Indonesia.
Pada 1 Juli 1863 Belanda yang pada masa itu menjadi salah satu pedagang budak terbesar di dunia, secara resmi menghapuskan perbudakan di semua wilayah jajahannya. Tanggal 1 Juli menjadi tonggak sejarah bagi para budak Afrika yang dibawa Belanda terutama ke Suriname, bekas jajahan Belanda di Benua Amerika.
Lizzy van Leeuwen, sejarawan...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Indonesia
22
Juli

Bermula dari Pemerintah Kolonial yang begitu pusing menghadapi para pemberontak Nusantara. Juga Perang Aceh yang makan banyak biaya. Banyaknya korban dikalangan KNIL dalam menghadapi gerilyawan pribumi yang hanya bersenjata parang dan minim senjata api itu, maka pemerintah kolonial mencari cara mengalahkan para pemberonak.
Lalu munculah sebuah gagasan membentuk pasukan khusus yang efektif menghadapi gerilyawan. Pasukan yang beradaptasi dengan gaya perang kaum gerilyawan. Jadilah sebuah pasukan antigerilya. Jangan heran bila dalam Marsose penggunaan senjata api sangatlah minim. Prajurit Marsose...
Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
22
Juli

Hamid Karzai barangkali hanya menunggu waktu datangnya ajal. Mungkin lama, dan mungkin sebentar. Taliban semakin menunjukkan kemampuannya. Menghancurkan sekutu-sekutu Amerika Serikat. Orang-orang yang menjadi kunci di pemerintahan Hamid Karzai, satu-satu tewas.
Karzai kehilangan saudara tirinya, Ahmed Wali Karzai, yang menjadi Gubernur Kandahar, tempat kelahiran Mullah Omar, pendiri dan pemimpin Taliban.
Wali Karzai yang sejatinya orang yang paling kuat di Afghanistan, dan menjadi penentu semua kebijakan yang mempunyai hubungan dengan Amerika Serikat. Semuanya berada di tangan Wali Karzai. Bukan...