Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Afrika
Charles Taylor, mantan presiden Liberia, dalam persidangannya di The Hague, mengklaim bahwa dirinya didakwa atas kejahatan perang yang merupakan bagian dari rencana pergolakan rezim yang dirancang AS untuk mengendalikan cadangan minyak yang terdapat di Afrika Barat.
Taylor mempertanyakan keadilan dalam persidangannya yang dilakukan oleh Pengadilan Khusus Sierra Leone yang didukung oleh PBB, yang menyidang dirinya atas tuding pengendalian dan pemberian dukungan terhadap orang-orang yang membantai dan memutilasi ribuan warga sipil dalam perang sipil Sierra Leone pada tahun 1991 hingga 2002 silam.
"Saya sudah dinyatakan bersalah (sebelum persidangan)," katanya kepada tiga orang hakim internasional, pada hari terakhir penyampaian kesaksian langsung untuk membela diri setelah 13 minggu berada dalam posisi saksi.
Mantan pemimpin Liberia berusia 61 tahun tersebut telah berulangkali menyerang Washington dengan ucapannya, ia menuding AS telah berupaya untuk menggulingkannya. Ia juga menyatakan bahwa AS adalah negara munafik dalam hal penegakan hak asasi manusia.
Dalam kesaksiannya, yang jika dijumlahkan mencapai total 250 jam, Taylor secara kronologis menceritakan kembali hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya.
Taylor mengisahkan kembali latar belakangnya yang memiliki orangtua campuran serta masa kecilnya di Liberia, masa-masanya sebagai seorang mahasiswa di AS, kala menjadi pimpinan gerilyawan Liberia, masa kepresidenan dan akhir peranannya sebagai pemimpin.
Charles Taylor menghadapi 11 tuduhan, termasuk pembunuhan, perkosaan, dan perekrutan tentara di bawah umur di Sierra Leone, namun semua tuduhan tersebut dibantahnya.
Taylor justru menyampaikan versinya mengenai hal-hal yang membuat ia berhenti dari jabatan sebagai presiden Liberia pada bulan Agustus 2003, diasingkan di Nigeria dan ditangkap tiga tahun kemudian.
Kepada para juri, Taylor mengatakan bahwa AS menganggap dirinya sebagai faktor perusak stabilitas di Afrika Barat, sebuah kawasan yang diteropong Washington karena kemungkinan memiliki cadangan minyak untuk masa depan.
Dia mengatakan bahwa AS tidak menginginkan ada seorang pimpinan di Liberia yang tidak sejalan dengan tujuan-tujuan AS.
Taylor mengatakan bahwa Olusegun Obasanjo, mantan presiden Nigeria, meyakinkan dirinya bahwa Dewan Keamanan PBB akan mencabut dakwaan jika dia mau meninggalkan Liberia, namun dia mengatakan bahwa Obasanjo pada akhirnya tunduk pada tekanan internasional untuk menyerahkan Taylor.
Taylor membantah laporan yang menyebutkan bahwa dirinya ditahan pada awal tahun 2006 kala berupaya untuk meninggalkan Nigeria dengan mengantungi uang tunai jutaan dollar.
"Semuanya bohong," katanya. Di hadapan juri, Taylor menyampaikan bahwa dirinya hanya berencana untuk mengunjungi Chad, dan hanya membawa uang tunai sebanyak $50.000 untuk membayar biaya hotel dan pengeluaran lainnya.
Dalam kesaksiannya, Taylor membantah tudingan-tudingan yang diarahkan kepadanya – bahwa dirinya memberika perlindungan kepada anggota-anggota Al-Qaeda ketika masih menjabat sebagai presiden. Ia menyebut hal tersebut sebagai upaya lain AS untuk menjelekkan pemerintahannya.
"Saya memiliki hubungan dengan Al-Qaeda dan memberikan perlindungan di Liberia, lalu pemerintah AS hanya melihat saja? Itu tidak pernah terjadi," kata Taylor.
"Hal ini menunjukkan betapa putus asanya mereka dalam upaya untuk menghancurkan saya," tambah Taylor.
Masih belum jelas mengeenai siapa yang akan menjadi saksi dalam persidangan selanjutnya.
Taylor kemungkinan akan menghadapi berondongan pertanyaan selama berminggu-minggu karena para jaksa penuntut berupaya untuk mencari celah dalam klaim Taylor yang menyatakan tidak pernah mendukung milisi Sierra Leone.
Para jaksa penuntut mengatakan bahwa Taylor mempersenjatai dan mengarahkan para militan revolusioner untuk mengendalikan tambang intan di Sierra Leone dan merusak stabilitas pemerintahan yang berkuasa untuk meningkatkan pengaruh regionalnya.
"Kami akan menanyai Taylor dalam tiga cara, mengenai akurasi, kebenaran dan kelengkapan testimoninya," kata Joseph Kamara, seorang jaksa.
Taylor juga menyangkal klaim yang menyebutkan bahwa dirinya mengubur hidup-hidup seorang wanita hamil di kediamannya di Monrovia dalam sebuah ritual yang dilakukan untuk menjaga agar dirinya tetap berkuasa.
Dia juga membantah tudingan keterlibatan dalam kanibalisme organ tubuh manusia.
Persidangan Taylor merupakan persidangan terakhir di Persidangan Khusus Sierra Leone. Delapan orang pemimpin militan lainnya telah disidang, didakwa dan dijatuhi hukuman penjara yang berkisar dar 15 hingga 52 tahun. (dn/jz)
Sumber: http://suaramedia.com
Artikel Lainnya:
No Response to "Mafia Hitam Bongkar Rencana Licik Amerika untuk Incar Minyak Afrika"
Posting Komentar