Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Kerajaan-kerajaan zaman dulu di tanah air mempunyai ensiklopedia klenik yang menarik. Seperti kisah Sultan Agung dengan Ki Juru Taman, abdinya yang berwujud raksasa siluman. Karena kesaktiannya, Juru Taman selalu mendapat kepercayaan dari Sultan Agung untuk melaksanakan tugas-tugas yang penting dan berat. Tugas-tugas ini adalah tugas negara yang rahasia. Juru Taman itu dulunya abdi Kanjeng Panembahan Senapati, kakek Sultan Agung. Ketika terjadi peperangan di Pajang, Juru Taman berhasil membunuh sultan Pajang. Itulah sebabnya Panembahan Senapati sangat senang kepadanya. Sultan Agung menerima Juru Taman sebagai suatu wasiat yang diwariskan kakeknya almarhum.
SUATU ketika Sultan Agung bermaksud akan pergi ke Banten, jajahannya yang belum takluk. Ia ingin melihat dari dekat wilayah bakal medan perangnya ini. Karena itu, kepergiannya haruslah diam-diam, tidak diketahui orang. Sultan Agung memanggil Juru Taman dan bermaksud menggunakan kesaktian abdi setianya ini untuk tugas rahasia Itu. Setelah sembah hormat, dengan cekatan Juru Taman mengangkat singgasana lalu membumbungkannya ke angkasa, sementara Sultan Agung masih duduk di atasnya. Dengan masih bersinggasana ini, Sultan Agung melesat ke angkasa secepat kilat menuju kerajaan Banten.
Sungguh takjub Sultan Agung dengan kesaktian abdi gaibnya ini karena dalam waktu sekejap saja telah sampai ia di angkasa kerajaan Banten. Dari atas, Sultan Agung dapat dengan jelas melihat keadaan kerajaan di jauh sebelah barat Mataram ini, dengan tanpa diketahui oleh siapapun. Ketika itu di istana Banten sedang berlangsung pertunjukan wayang kulit dengan meriahnya. "Turunkan aku ke bawah, Ki Juru Taman," perintah Sultan Agung tiba-tiba. "Aku ingin melihat wayang Banten apakah sama dengan wayang Mataram," begitu titah raja yang agung ini.
Kemudian Sultan Agung diturunkan oleh Ki Juru Taman di pendapa istana itu. Sultan Agung masih tetap duduk di singgasananya. Sementara Juru Taman dengan wujud gaibnya berjaga demi keselamatan sang raja junjungannya.
Mendapati seorang priyayi yang hadir tiba-tiba di tengah pertunjukan wayang, orang-orang yang ada di pendapa itu terkejut dibuatnya. Mereka heran bagaimana cara datangnya priyayi ini. Apalagi kedatangannya disertai bau harum bagai wangi gunung bunga. Dan yang lebih mengherankan lagi, priyayi ini masih duduk di singgasananya dengan segala kebesaran seorang raja.
Serta merta yang hadir menundukkan muka kena pengaruh wibawa dari wajah Sultan Agung yang bersinar bak rembulan. Raja Banten pun datang dengan sikap sangat hormat dan serta merta menyatakan baktinya. Sultan Agung menaklukan kerajaan Banten tanpa peperangan.
Karena merasa rajanya akan aman di tempat itu, Juru Taman pergi menemui teman-temannya, bangsa siluman di negeri Banten. Sepeninggal Juru Taman, Sultan Agung berpamitan kepada raja Banten. Segera Sultan Agung turun dari singgasananya dan memangil Juru Taman. Yang dipanggil tentu saja tidak datang karena memang sudah tidak ada di tempat itu. Sultan Agung merasa khawatir, sudah ia putari pendapa itu tapi tetap tidak dapat ia temukan abdinya.
Sesudah menemui teman-temannya, Juru Taman segera kembali ke pendapa. Juru Taman terkejut melihat junjungannya tidak berada di tempatnya lagi, kecuali tinggal singgasananya saja. Ia mengira Sultan Agung telah kembali ke Mataram seorang diri dengan cepat. Segera saja Juru Taman menyusul rajanya ke Mataram dengan menjunjung singgasana itu.
Melihat singgasana Sultan Agung yang tiba-tiba hilang lenyap dalam tempo sekejap mata, sultan Banten beserta rakyatnya melongo. Tidak habis rasa heran mereka bagaimana seorang raja yang mampu datang secara tiba-tiba, masih dengan singgasananya pula, dan ketika pulang singgasannya bisa hilang pula dalam sekejap.
Sumber : metro balikpapan
SUATU ketika Sultan Agung bermaksud akan pergi ke Banten, jajahannya yang belum takluk. Ia ingin melihat dari dekat wilayah bakal medan perangnya ini. Karena itu, kepergiannya haruslah diam-diam, tidak diketahui orang. Sultan Agung memanggil Juru Taman dan bermaksud menggunakan kesaktian abdi setianya ini untuk tugas rahasia Itu. Setelah sembah hormat, dengan cekatan Juru Taman mengangkat singgasana lalu membumbungkannya ke angkasa, sementara Sultan Agung masih duduk di atasnya. Dengan masih bersinggasana ini, Sultan Agung melesat ke angkasa secepat kilat menuju kerajaan Banten.
Sungguh takjub Sultan Agung dengan kesaktian abdi gaibnya ini karena dalam waktu sekejap saja telah sampai ia di angkasa kerajaan Banten. Dari atas, Sultan Agung dapat dengan jelas melihat keadaan kerajaan di jauh sebelah barat Mataram ini, dengan tanpa diketahui oleh siapapun. Ketika itu di istana Banten sedang berlangsung pertunjukan wayang kulit dengan meriahnya. "Turunkan aku ke bawah, Ki Juru Taman," perintah Sultan Agung tiba-tiba. "Aku ingin melihat wayang Banten apakah sama dengan wayang Mataram," begitu titah raja yang agung ini.
Kemudian Sultan Agung diturunkan oleh Ki Juru Taman di pendapa istana itu. Sultan Agung masih tetap duduk di singgasananya. Sementara Juru Taman dengan wujud gaibnya berjaga demi keselamatan sang raja junjungannya.
Mendapati seorang priyayi yang hadir tiba-tiba di tengah pertunjukan wayang, orang-orang yang ada di pendapa itu terkejut dibuatnya. Mereka heran bagaimana cara datangnya priyayi ini. Apalagi kedatangannya disertai bau harum bagai wangi gunung bunga. Dan yang lebih mengherankan lagi, priyayi ini masih duduk di singgasananya dengan segala kebesaran seorang raja.
Serta merta yang hadir menundukkan muka kena pengaruh wibawa dari wajah Sultan Agung yang bersinar bak rembulan. Raja Banten pun datang dengan sikap sangat hormat dan serta merta menyatakan baktinya. Sultan Agung menaklukan kerajaan Banten tanpa peperangan.
Karena merasa rajanya akan aman di tempat itu, Juru Taman pergi menemui teman-temannya, bangsa siluman di negeri Banten. Sepeninggal Juru Taman, Sultan Agung berpamitan kepada raja Banten. Segera Sultan Agung turun dari singgasananya dan memangil Juru Taman. Yang dipanggil tentu saja tidak datang karena memang sudah tidak ada di tempat itu. Sultan Agung merasa khawatir, sudah ia putari pendapa itu tapi tetap tidak dapat ia temukan abdinya.
Sesudah menemui teman-temannya, Juru Taman segera kembali ke pendapa. Juru Taman terkejut melihat junjungannya tidak berada di tempatnya lagi, kecuali tinggal singgasananya saja. Ia mengira Sultan Agung telah kembali ke Mataram seorang diri dengan cepat. Segera saja Juru Taman menyusul rajanya ke Mataram dengan menjunjung singgasana itu.
Melihat singgasana Sultan Agung yang tiba-tiba hilang lenyap dalam tempo sekejap mata, sultan Banten beserta rakyatnya melongo. Tidak habis rasa heran mereka bagaimana seorang raja yang mampu datang secara tiba-tiba, masih dengan singgasananya pula, dan ketika pulang singgasannya bisa hilang pula dalam sekejap.
Sumber : metro balikpapan
Artikel Lainnya:
2 Response to Kesaktian Sultan Agung Mampu Menghilangkan Singgasana
Pertanyaannya, kenapa tidak menggunakan kesaktian ini untuk mengusir penjajah ?
Atributnya 'pulang' diantar Kunci Keuntungan, sementara Ruhani Tokoh_nya masih di pendopo 'Calon Sekutu' buat ékspansi Bataaf_via cara hérméneutik rupa, nya?.
Posting Komentar