Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
,
Perang di Asia
Pandangan Zionis bahwa kembalinya orang Yahudi ke Palestina merupakan sebuah “tujuan suci” dan bahwa perang yang dilancarkan untuk mencapai tujuan ini adalah sebuah “perang suci.” Gagasan ini memainkan peran penting dalam pendidikan orang-orang Israel. Menurut fakta yang ada, pemimpin-pemimpin utama Israel ada kalanya memberikan pandangan mereka bahwa anak-anak harus disuruh menjalani suatu pendidikan “Zionis.”
Misalnya, Menteri Pendidikan Israel Limor Livnat memberikan pernyataannya tentang salah satu dari hari-hari terkeras selama Intifadah al-Aqsa bahwa “mengingat keadaan ini, anak-anak bangsa diminta untuk menerima pendidikan Zionis-Yahudi” dan bahwa “Sekolah-sekolah adalah bagian dari keamanan internal negara Israel." Perjanjian Lama mempunyai satu tempat khusus dalam sistem pendidikan ini, yang dirancang para Zionis untuk berpusat pada ayat-ayat tertentu. Kitab ini mengajak dengan penuh kebanggaan untuk melakukan tindakan kejam yang dilakukan (atau harus dilakukan) oleh Bani Israel, dibawah pimpinan Yosua, atas pribumi Palestina.
Sumber: http://www.tragedipalestina.com/
Misalnya, Menteri Pendidikan Israel Limor Livnat memberikan pernyataannya tentang salah satu dari hari-hari terkeras selama Intifadah al-Aqsa bahwa “mengingat keadaan ini, anak-anak bangsa diminta untuk menerima pendidikan Zionis-Yahudi” dan bahwa “Sekolah-sekolah adalah bagian dari keamanan internal negara Israel." Perjanjian Lama mempunyai satu tempat khusus dalam sistem pendidikan ini, yang dirancang para Zionis untuk berpusat pada ayat-ayat tertentu. Kitab ini mengajak dengan penuh kebanggaan untuk melakukan tindakan kejam yang dilakukan (atau harus dilakukan) oleh Bani Israel, dibawah pimpinan Yosua, atas pribumi Palestina.
Dalam karya klasiknya The Case of Israel: A Study of Political Zionism, Roger Garaudy menerangkan sikap tersebut seperti berikut:
Menurut pihak berwenang Israel, anak-anak harus diajarkan ideologi Zionis dari usia muda. Akibatnya, anak-anak dibesarkan dengan keyakinan bahwa mereka memiliki ras unggul. Perlakuan brutal tentara Israel atas warga Palestina adalah akibat langsung ajaran ini. |
Kitab Yosua, yang seringkali diejawantahkan hari ini oleh para rabbi tentara di Israel untuk menganjurkan perang suci, dan juga dalam banyak pengajaran-pengajaran sekolah, bersandar pada keharusan sakral adanya pemusnahan atas penduduk yang ditaklukkan, menumpas dengan “mata pedang” segala sesuatu “baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda,” (Yosua, 6:21), seperti kita baca dalam cerita Jericho dan begitu banyak kota-kota lainnya.
Perilaku yang ditunjukkan tentara-tentara Israel yang dibina dengan gagasan seperti ini sejalan dengan sikap ini. Saat ini dalam pendudukan Palestina, kejadian-kejadian mengerikan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari: Bayi berusia 18 bulan yang meninggal di tempat tidurnya ketika rumah-rumah mereka diserang oleh tembakan helikopter Israel, gadis remaja yang bekerja di kebun zaitun tertembak dan terbunuh tanpa alasan apa pun, dan anak-anak yang kembali ke rumahnya dari sekolah dengan luka dan lumpuh seumur hidupnya. Sistem pendidikan Zionis adalah akar dari masa tak berprikemanusiaan dan menghalalkan semua cara ini. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan cuci otak ini sangat berhasil guna. Dalam sebuah pengujian yang dilakukan oleh ahli psikologi Tel Aviv University G. Tamarin, sebuah pernyataan yang menggambarkan pembantaian Jericho dari Kitab Yosua dari Perjanjian Lama dibagi-bagikan kepada murid-murid kelas empat dan delapan. Mereka ditanya: “Anggaplah Tentara Israel menduduki sebuah desa Arab dalam sebuah pertempuran. Apakah kalian berpikir perlu, atau tidak, untuk bertindak melawan para penduduk seperti yang dilakukan Yosua kepada penduduk Jericho?” Jumlah yang menjawab “Ya” beragam dari 66% hingga 95% menurut sekolah yang didatangi atau kibbutz atau kota tempat anak-anak tinggal.
Pandangan tentang “janji”, bersama-sama dengan makna perwujudannya (sebagai pemimpin Zionisme politik yang berasal dari Kitab di mana Yosua menceritakan takdirnya untuk memusnahkan penduduk sebelumnya, yang ia lakukan berdasar perintah Tuhan dan dengan pertolongannya) ditambah ungkapan “orang-orang terpilih” dan “Israel yang lebih agung” dari Nil hingga Eufrat, membentuk dasar-dasar ideologi Zionisme politik.
Penembak jitu Israel menembak warga sipil Palestina tak bersenjata, termasuk wanita dan anak-anak. |
Buku harian seorang tentara Israel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Davar adalah contoh penting untuk hal ini. Tentara yang kita bicarakan ini ikut serta dalam sebuah operasi untuk mengepung desa Palestina Ed-Dawayma pada tahun 1948, dan menggambarkan kejadian kejam yang ia saksikan:
Mereka membunuh antara delapan puluh hingga seratus lelaki, wanita, dan anak-anak Arab. Untuk membunuh anak-anak, mereka (para tentara) mematahkan kepala mereka dengan tongkat. Tidak ada satu rumah pun tanpa mayat. Para wanita dan anak-anak di desa tersebut dipaksa tinggal di dalam rumah tanpa makanan dan air. Kemudian, para tentara datang untuk meledakkan mereka dengan dinamit.
Seorang komandan memerintahkan seorang tentara untuk membawa dua wanita ke sebuah bangunan tempat ia menembaki mereka… Tentara lainnya bangga karena telah memerkosa seorang wanita Arab sebelum menembak mati dirinya. Wanita Arab lainnya yang mempunyai bayi disuruh membersihkan tempat itu selama beberapa hari, kemudian mereka menembaknya berikut bayinya.
Para komandan yang terdidik dan sopan yang dianggap sebagai “orang baik” …. menjadi pembunuh tak berprikemanusiaan, dan ini tidak terjadi dalam sebuah pertempuran, melainkan hanya sebuah cara pengusiran dan pemusnahan. Semakin sedikit orang Arab yang tertinggal, semakin baik.
Ini hanyalah salah satu dari banyak peristiwa kejam lainnya yang telah terjadi selama 50 tahun terakhir.
Sebelum pemerintahan Israel didirikan, kelompok Haganah, Irgun, dan Stem bertanggung jawab atas pengusiran orang-orang Palestina dari tanah mereka. Organisasi teroris sebelum 1948 dan tentara Israel setelah 1948 ini melakukan suatu kampanye teroris atas penduduk sipil Arab. Menachem Begin, pemimpin Irgun, kelak menjadi perdana menteri, menerangkan strategi mereka: "Orang-orang Arab berjuang dengan gigih dalam mempertahankan rumahnya, para wanita dan anak-anak mereka." Dengan kata lain, perang Zionis akan dilakukan melawan orang-orang tak berdosa.
Dan memang, semenjak tanggal tersebut orang-orang Palestina telah berjuang melindungi rumah mereka, para wanita, dan anak-anak dari kebijakan resmi Israel menteror seluruh orang-orang Palestina. Wartawan surat kabar dan ahli Timur Tengah Flora Lewis menerangkan kekejaman gaya Israel ini dalam artikelnya di International Herald Tribune:
Pihak berwenang Israel sekarang telah mengakui di depan publik sebuah kebijakan “serangan terarah” atas orang-orang Palestina yang dipercaya akan terlibat dalam terorisme. Ini merupakan pembunuhan politis terencana, yang sangat tepat disebut “tindak kriminal… pembunuhan” oleh Moshe Neghi, seorang jurnalis Israel terkemuka… Wakil Menteri Pertahanan Ephraim Sneh menyebutkan di radio bahwa kebijakan ini tegas. "Jika ada orang yang melakukan atau berencana melakukan serangan teroris, dia harus dipukul… Inilah yang efektif, tepat, dan adil."
HUKUMAN MATI DI JALANAN…
DAN PENJAGAL
Hampir tidak ada hari tanpa darah tertumpah dari orang yang tak bersalah di Palestina. Tentara Israel secara terencana menghancurkan orang-orang Palestina. Desa-desa dibom, rumah-rumah dimusnahkan, dan ladang-ladang dibakar. Sementara kekejaman ini muncul di media internasional dari waktu ke waktu, yang menyedihkan, pemimpin dunia masih belum cukup bertindak. Sebuah artikel dalam Crescent International dengan jelas menampilkan keadaan ini ketika menyatakan: “Palestinian deaths mount as Israelis given freedom to commit atrocities (Kematian warga Palestina memuncak ketika Israel memberi kebebasan melakukan pembantaian).” The Washington Report on Middle East Affairs, dalam artikelnya “In Gaza, Israeli Rockets Replace Human Rights (Di Gaza, Roket-roket Israel Menggantikan Hak Azazi Manusia)” memberi peringatan bahwa kekerasan di Palestina hanya akan makin memburuk. Berita lain di media Turki juga mencerminkan parahnya keadaan. |
Harus ditekankan bahwa, seperti disebutkan Sneh, upaya Israel ini tidak terbatas pada unsur-unsur teroris, melainkan juga mentargetkan seluruh orang.
Perincian yang diberikan di sini hanyalah sebagian kecil dari kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Namun ini adalah sebuah tindakan yang dikenal baik oleh orang-orang Muslim Palestina, karena ada kemiripan yang erat antara penggambaran Al-Qur'an tentang Firaun dengan apa yang telah dilakukan pemimpin Israel Zionis kepada orang-orang Palestina tak berdosa. Dalam masanya, Firaun menetapkan sasaran orang-orang Yahudi yang lemah, tak punya pelindung dan dengan kejam membunuh mereka. Juga, pemimpin kaum Firaun mempunyai keterikatan yang kuat akan tanah mereka, sehingga Firaun berkata bahwa Musa "ingin mengusir kamu dari tanahmu” (Al-Qur'an, 7: 110) Wartawan Israel Uri Avnery menyoroti kemiripan ini. Dalam artikel “Pembunuhan Arafat,” ia mengingatkan kita bahwa salah satu keyakinan dasar Yudaisme adalah bahwa masa perbudakan Yahudi di Mesir tidak akan pernah terlupakan. Menurutnya, apa yang dilakukan orang-orang Israel atas Palestina saat ini hanyalah suatu bentuk kekejaman yang ditimpakan kepada leluhur Yahudi mereka oleh Firaun:
Dalam mitos baru yang terlahir di depan mata kita, Sharon adalah Firaun dan kita adalah orang-orang Mesir kuno. Dalam cerita tentang Keluaran, Alkitab menyebut firman Tuhan: “Aku telah mengeraskan hati (Firaun) dan hati budak-budaknya.” Setelah musibah yang menimpanya, Firaun melanggar janjinya untuk membebaskan orang-orang Israel… Dia (Tuhan) ingin bangsa Israel dikeraskan oleh kekerasan, sebelum mereka memulai perjalanan panjangnya. Inilah yang terjadi kepada bangsa Palestina sekarang.
Ayat berikut ini menggambarkan bagaimana Firaun membunuh orang-orang yang tak berdaya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Qur'an, 14:6-7)
Dengan bantuan Allah, Bani Israil akhirnya keluar dari kekejaman dan tidak berprikemanusiaannya Firaun. Pada masa sekarang, radikalisme Israel ada pada kedudukan Firaun dan menganjurkan kekejaman. Orang-orang Palestina harus mengikuti himbauan Allah kepada Bani Israel pada saat itu: Sabarlah, percayalah kepada Allah, dan tetaplah di atas jalan-Nya yang benar.
SEORANG TENTARA ISRAEL MELUKISKAN KEKEJAMAN Serangan Libanon pertama saya adalah pada tahun 1986. Saya wajib militer Israel berusia 19 tahun, dan peleton penerjun payung saya dikirim ke suatu desa yang saya lupa namanya…. Kami mendobrak pintu sebuah rumah, memeriksa keluarga di dalamnya, dan mengeluarkan seorang pria berusia separuh baya. Setelah menutup matanya dan mengikat tangannya di belakang punggungnya, kami membawanya ke sebuah jalanan sepi, memaksanya berlutut, dan menaruh senjata di kepalanya, mengancam menembak jika ia tidak bicara. Seorang petugas perdamaian PBB muncul dan mengakhiri insiden itu, tapi masih akan ada lagi yang terjadi. Hari berikutnya kami melakukan hukuman mati yang tidak masuk akal atas seorang anak Libanon berusia 10 tahun. Kami memaksa keluarganya masuk dapur dan menyeretnya ke samping kebun. Letnan saya memasukkan kepalanya ke dalam kotoran dan saya memukulkan senapan saya ke kepalanya. Meskipun tentara itu mengancam menembak kepalanya, bocah itu tidak menjawab, tetap membisu… Saya adalah prajurit pindahan dari satuan lain, dan rekan saya lebih terbiasa dengan aksi seperti ini… Orang desa yang sudah tua, wanita, dan anak kecil dijebak di rumah mereka, diperintah menjalani jam malam 24 jam. Para lelaki mereka dikumpulkan di suatu ruangan terpusat, mata ditutup, dan diseret untuk disidik. Kebrutalan tak bertanggung jawab ini tak terbatas pada prajurit berpendapatan rendah. Omri, anak seorang pejabat terpandang, suka menembak dengan memberondong orang-orang desa yang mengintip melalui pintu-pintu… Selama serangan bulan-bulan pertama, Israel membunuh 12.000 hingga 15.000 orang dan kehilangan 360. Meskipun korban di pihak Israel itu adalah para prajurit, sebagian besar korban mereka justru orang-orang sipil. James Ron, penulis artikel ini, asisten profesor sosiologi pada John Hopkins University, adalah seorang penyidik lapangan sebuah kelompok hak asasi manusia. (Boston Globe, 25 Mei 2000) |
Sumber: http://www.tragedipalestina.com/
Artikel Lainnya:
No Response to "Teror Zionis"
Posting Komentar