Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Fakta Perang
Perbedaan masa antara Dzulqarnain yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim dan Alexander yang dekat dengan zaman Nabi Isa terpaut 2000 tahun lebih. Berikut ini adalah beberapa fakta yang dapat membuktikannya:
1. Yang menunjukkan bahwa Dzulqarnain lebih dulu masanya dari Alexander adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Fahiki dari jalan ‘Ubaid bin ‘Umair bahwa Dzulqarnain menunaikan haji dengan berjalan kaki. Hal ini kemudian didengah oleh Ibrahim Alaihissalam sehingga beliau menemuinya.
2. Juga diriwayatkan dari jalan ‘Atha dari Ibnu Abbas bahwasanya Dzulqarnain masuk ke Masjidil Haram lalu mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim.
3. Juga dari Utsman bin Saj bahwasanya Dzulqarnain meminta kepada Nabi Ibrahim untuk mendoakannya. Nabi Ibrahim lalu menjawab: “Bagaimana mungkin, sedangkan kalian telah merusak sumurku?” Dzulqarnain berkata: “Itu terjadi di luar perintahku.” Maksudnya, sebagian pasukannya melakukannya tanpa sepengetahuannya.
4. Ibnu Hisyam menyebutkan dalam At-Tijan bahwa Nabi Ibrahim berhukum kepada Dzulqarnain pada suatu perkara, maka dia pun menghukumi perkara itu.
5. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad bahwa Dzulqarnain datang ke Mekah serta mendapati Ibrahim dan Ismail sedang membangun Ka’bah.
Dzulqarnain adalah seorang Arab, sedangkan Alexander/ Iskandar adalah orang Yunani. Bangsa Arab seluruhnya merupakan keturunan Sam bin Nuh, adapun bangsa Yunani adalah keturunan Yafits bin Nuh menurut pendapat yang kuat. Sehingga keduanya adalah pendapat yang berbeda. Kisah Dzulqarnain telah diterangkan Al-Qur’an secara panjang lebar dalam Surat Al-Kahfi ayat 83-98, sebagai berikut:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’ Berkata Dzulqarnain: ‘Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami’.” (Al-Kahfi: 83-88 )
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kamu yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji dari Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 89-98 )
(sumber: Majalah Asy Syariah Vol IV/2008 )
Punya Cerita Tentang Perang?
Atau Pun Anda Ingin Menyarankan Sesuatu??
Please, Contact Me In Here
Selama ini banyak disalahpahami bahwa Dzulqarnain adalah Alexander Agung atau Alexander the Great, seorang penakluk asal Macedonea. Padahal yang dimaksud Al-Qur’an, Dzulqarnain adalah seorang shalih yang hidup di masa Nabi Ibrahim, bukan seorang kafir yang merupakan anak didik filosof Yunani, Aristoteles.
1. Yang menunjukkan bahwa Dzulqarnain lebih dulu masanya dari Alexander adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Fahiki dari jalan ‘Ubaid bin ‘Umair bahwa Dzulqarnain menunaikan haji dengan berjalan kaki. Hal ini kemudian didengah oleh Ibrahim Alaihissalam sehingga beliau menemuinya.
2. Juga diriwayatkan dari jalan ‘Atha dari Ibnu Abbas bahwasanya Dzulqarnain masuk ke Masjidil Haram lalu mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim.
3. Juga dari Utsman bin Saj bahwasanya Dzulqarnain meminta kepada Nabi Ibrahim untuk mendoakannya. Nabi Ibrahim lalu menjawab: “Bagaimana mungkin, sedangkan kalian telah merusak sumurku?” Dzulqarnain berkata: “Itu terjadi di luar perintahku.” Maksudnya, sebagian pasukannya melakukannya tanpa sepengetahuannya.
4. Ibnu Hisyam menyebutkan dalam At-Tijan bahwa Nabi Ibrahim berhukum kepada Dzulqarnain pada suatu perkara, maka dia pun menghukumi perkara itu.
5. Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad bahwa Dzulqarnain datang ke Mekah serta mendapati Ibrahim dan Ismail sedang membangun Ka’bah.
Dzulqarnain adalah seorang Arab, sedangkan Alexander/ Iskandar adalah orang Yunani. Bangsa Arab seluruhnya merupakan keturunan Sam bin Nuh, adapun bangsa Yunani adalah keturunan Yafits bin Nuh menurut pendapat yang kuat. Sehingga keduanya adalah pendapat yang berbeda. Kisah Dzulqarnain telah diterangkan Al-Qur’an secara panjang lebar dalam Surat Al-Kahfi ayat 83-98, sebagai berikut:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’ Berkata Dzulqarnain: ‘Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami’.” (Al-Kahfi: 83-88 )
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kamu yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: “Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji dari Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 89-98 )
(sumber: Majalah Asy Syariah Vol IV/2008 )
Punya Cerita Tentang Perang?
Atau Pun Anda Ingin Menyarankan Sesuatu??
Please, Contact Me In Here
Artikel Lainnya:
No Response to "Nabi Dzulqarnain Bukan Alexander Agung?"
Posting Komentar