Posted by Rifan Syambodo
Categories:
Label:
Perang di Eropa
Statistik
Tanggal : September 52 SM
Lokasi : Alise-Sainte-Reine saat ini (Perancis)
Hasil : Kemenangan menentukan bagi Roma, penguasaan Galia keseluruhan.
Kekuatan
Roma
Pasukan : ~30,000-60,000, 12 Legiun Roma dan sekutunya
Korban : 12.800
Galia
Pasukan: ~330.000 sekitar 80.000 dikepung ~250.000 di luar kepungan
Korban : 40.000-250.000
Pertempuran Alesia atau Pengepungan Alesia adalah konflik yang terjadi pada September 52 SM di sekitar Gallia oppidum di Alesia, pusat kota utama dan kota bukit suku Mandubii, kemungkinan terletak di di Chaux-des-Crotenay (Jura). Penyelidikan awal meletakkan Alesia di puncak Gunung Mont Auxois, di atas Alise-Sainte-Reine modern di Perancis, tetapi lokasi ini tidak sesuai dengan gambaran Caesar mengenai pertempuran tersebut. Alise-Sainte-Reine masih merupakan lokasi resmi Alesia. Pertempuran ini terjadi antara tentara Republik Romawi, dikomandoi oleh Kaisar Julius (Julius Caesar), dibantu oleh komandan kavaleri Markus Antonius, Titus Labienus dan Gaius Trebonius, melawan aliansi suku-suku Gallia yang bersatu di bawah pimpinan Vercingetorix dari Averni.
Alesia merupakan pertempuran utama antara bangsa Gallia dan Romawi dan menandakan titik perubahan dalam Perang Gallia oleh Roma. Pengepungan Alesia dianggap sebagai salah satu pencapaian militer Caesar teragung dan masih merupakan salah satu contoh klasik siegewar. Kejadian ini digambarkan oleh beberapa sejarahwan pada zaman tersebut, termasuk Caesar sendiri dalam De Bello Gallico.
Setelah kemenangan Romawi, Gallia (letaknya di sekitar Perancis masa kini) ditaklukkan dan menjadi provinsi Romawi. Penolakan senat Romawi untuk memberikan Caesar penghormatan bagi kemenangannya dalam Perperangan Gallia akhirnya menjadi salah satu faktor penyebab perang saudara Romawi 50-45 SM.
Awal Peperangan
Julius Caesar telah berada di Gallia semenjak 58 SM. Adalah menjadi kebiasaan bagi konsul, pegawai lantikan tertinggi Romawi, pada akhir tahun jabatannya sebagai konsul, untuk dilantik sebagai gubernur salah satu jajahan Romawi oleh Senat Romawi. Setelah jawatan konsul pertamanya pada tahun 59 SM, Caesar dilantik sebagai gubernur Cisalpine Gallia (kawasan antara Alpen, Apennines dan Adriatic), dan Transalpine Gallia ("Gallia di luar Alps"). Dengan promagistrasi imperium, dia mempunyai kekuasaan mutlak dalam jajahan tersebut.
Caesar mengalahkan suku Gallia satu demi satu seperti Helvetii, Belgae atau Nervii, dan mendapatkan sumpah setia sekutu (pledge of alliance) dari suku-suku lain. Kejayaan dalam Perang Gallia memberi kontribusi besar kekayaan kepada Republik dalam bentuk harta rampasan dan tanah baru untuk dikenakan cukai. Caesar sendiri menjadi amat kaya, kerana sebagai jenderal, dia berhak atas kelebihan dari penjualan tahanan perang.
Tetapi kejayaan dan kemashyuran turut membawa musuh. Triumvirate Pertama, gabungan politik (walaupun tidak rasmi) dengan Pompey dan Crassus, berakhir pada 54 SM, dengan kematian Julia (anak perempuan Caesar dan isteri Pompey) dan Crassus dalam pertempuran Carrhae. Tanpa kaitan politik dengan Pompey, orang-orang seperti Marcus Porcius Cato yang Muda memulai kampanye menentang Caesar, mempropagandakan ketidakpercayaan dan menuduhnya ingin menumbangkan bentuk republik dan memulai kekaisaran Romawi.
Pada musim dingin 54-53 SM, suku Eburones yang sebenarnya patuh, di bawah pemerintahan Ambiorix, memberontak menentang penjajahan Romawi dan memusnahkan Legiun XIV dalam serangan kejutan yang dirancang dengan rapi. Ini merupakan satu pukulan hebat untuk Caesar dari Gallia, karena dia kehilangan seperempat kekuatan militernya, sementara evolusi politik di Romawi membuatnya tidak mungkin meminta bantuan dari senat Romawi. Pemberontakan Eburones merupakan kekalahan Romawi pertama yang nyata dan membuat perasaan kebangsaan Gallia meluas dan memicu pemberontakan lain.
Pertempuran ini memakan waktu hampir setahun, tetapi Caesar berhasil menghancurkan kepungan Gallia dan mengamankan suku-suku di sana. Bagaimanapun, pergolakan di Gallia tidak berakhir. Suku-suku Gallia menyadari bahwa dengan bersatu, kemerdekaan dapat direbut kembali dari Romawi. Persidangan Majelis Utama (general council) kemudian diadakan di Bibracte atas prakarsa Aedui, yang sebelumnya merupakan penyokong setia Caesar. Hanya Remi dan Lingones yang bersikukuh mempertahankan aliansi dengan Romawi. Majelis Dewan (council) melantik Vercingetorix, salah seorang ketua suku Averni, menjadi komandan Aliansi Pasukan Gallia.
Saat hal ini terjadi Caesar sedang menggelar perkemahan pada musim dingin di Cisalpine Gallia. Ia tidak menyadari adanya persekutuan untuk menentangnya. Tanda pertama dimulai dari Carnutes yang membunuh semua penetap Romawi di daerah Cenabum (modern: Orléans). Keganasan ini diikuti pula dengan penyembelihan seluruh warganegara Romawi, pedagang dan penetap di semua daerah utama Gallia.
Mendengar berita ini, Caesar dengan cepat menggerakkan pasukannya menyeberangi Alps, yang masih diselimuti salju, menuju pusat Gallia. Ini dilakukan dalam waktu singkat dan Caesar berhasil mengejutkan semua suku Gallia. Dia memecah tenteranya menjadi empat legion dengan Titus Labienus untuk melawan Senones dan Parisii di Utara. Caesar sendiri mengejar Vercingetorix dengan enam legiun dan kalaveri sekutu Jermannya.
Kedua pihak bertemu di kota bukit Gergovia, di mana Vercingetorix mendapat posisi pertahanan yang kuat. Caesar terpaksa mundur untuk menghindari kekalahan total setelah mengalami beberapa kekalahan kecil dan menyadari posisinya yang buruk. Pada musim panas 52 SM, beberapa pertempuran terjadi antara pasukan berkuda kavaleri, dengan kemenangan di pihak Caesar yang berhasil merusak tentera Gallia. Vercingetorix memutuskan bahwa belum saatnya perang besar terjadi lalu memerintahkan berkumpul di kota Mandubii di Alesia.
Bersambung
Tanggal : September 52 SM
Lokasi : Alise-Sainte-Reine saat ini (Perancis)
Hasil : Kemenangan menentukan bagi Roma, penguasaan Galia keseluruhan.
Kekuatan
Roma
Pasukan : ~30,000-60,000, 12 Legiun Roma dan sekutunya
Korban : 12.800
Galia
Pasukan: ~330.000 sekitar 80.000 dikepung ~250.000 di luar kepungan
Korban : 40.000-250.000
Pertempuran Alesia atau Pengepungan Alesia adalah konflik yang terjadi pada September 52 SM di sekitar Gallia oppidum di Alesia, pusat kota utama dan kota bukit suku Mandubii, kemungkinan terletak di di Chaux-des-Crotenay (Jura). Penyelidikan awal meletakkan Alesia di puncak Gunung Mont Auxois, di atas Alise-Sainte-Reine modern di Perancis, tetapi lokasi ini tidak sesuai dengan gambaran Caesar mengenai pertempuran tersebut. Alise-Sainte-Reine masih merupakan lokasi resmi Alesia. Pertempuran ini terjadi antara tentara Republik Romawi, dikomandoi oleh Kaisar Julius (Julius Caesar), dibantu oleh komandan kavaleri Markus Antonius, Titus Labienus dan Gaius Trebonius, melawan aliansi suku-suku Gallia yang bersatu di bawah pimpinan Vercingetorix dari Averni.
Alesia merupakan pertempuran utama antara bangsa Gallia dan Romawi dan menandakan titik perubahan dalam Perang Gallia oleh Roma. Pengepungan Alesia dianggap sebagai salah satu pencapaian militer Caesar teragung dan masih merupakan salah satu contoh klasik siegewar. Kejadian ini digambarkan oleh beberapa sejarahwan pada zaman tersebut, termasuk Caesar sendiri dalam De Bello Gallico.
Setelah kemenangan Romawi, Gallia (letaknya di sekitar Perancis masa kini) ditaklukkan dan menjadi provinsi Romawi. Penolakan senat Romawi untuk memberikan Caesar penghormatan bagi kemenangannya dalam Perperangan Gallia akhirnya menjadi salah satu faktor penyebab perang saudara Romawi 50-45 SM.
Awal Peperangan
Julius Caesar telah berada di Gallia semenjak 58 SM. Adalah menjadi kebiasaan bagi konsul, pegawai lantikan tertinggi Romawi, pada akhir tahun jabatannya sebagai konsul, untuk dilantik sebagai gubernur salah satu jajahan Romawi oleh Senat Romawi. Setelah jawatan konsul pertamanya pada tahun 59 SM, Caesar dilantik sebagai gubernur Cisalpine Gallia (kawasan antara Alpen, Apennines dan Adriatic), dan Transalpine Gallia ("Gallia di luar Alps"). Dengan promagistrasi imperium, dia mempunyai kekuasaan mutlak dalam jajahan tersebut.
Caesar mengalahkan suku Gallia satu demi satu seperti Helvetii, Belgae atau Nervii, dan mendapatkan sumpah setia sekutu (pledge of alliance) dari suku-suku lain. Kejayaan dalam Perang Gallia memberi kontribusi besar kekayaan kepada Republik dalam bentuk harta rampasan dan tanah baru untuk dikenakan cukai. Caesar sendiri menjadi amat kaya, kerana sebagai jenderal, dia berhak atas kelebihan dari penjualan tahanan perang.
Tetapi kejayaan dan kemashyuran turut membawa musuh. Triumvirate Pertama, gabungan politik (walaupun tidak rasmi) dengan Pompey dan Crassus, berakhir pada 54 SM, dengan kematian Julia (anak perempuan Caesar dan isteri Pompey) dan Crassus dalam pertempuran Carrhae. Tanpa kaitan politik dengan Pompey, orang-orang seperti Marcus Porcius Cato yang Muda memulai kampanye menentang Caesar, mempropagandakan ketidakpercayaan dan menuduhnya ingin menumbangkan bentuk republik dan memulai kekaisaran Romawi.
Pada musim dingin 54-53 SM, suku Eburones yang sebenarnya patuh, di bawah pemerintahan Ambiorix, memberontak menentang penjajahan Romawi dan memusnahkan Legiun XIV dalam serangan kejutan yang dirancang dengan rapi. Ini merupakan satu pukulan hebat untuk Caesar dari Gallia, karena dia kehilangan seperempat kekuatan militernya, sementara evolusi politik di Romawi membuatnya tidak mungkin meminta bantuan dari senat Romawi. Pemberontakan Eburones merupakan kekalahan Romawi pertama yang nyata dan membuat perasaan kebangsaan Gallia meluas dan memicu pemberontakan lain.
Pertempuran ini memakan waktu hampir setahun, tetapi Caesar berhasil menghancurkan kepungan Gallia dan mengamankan suku-suku di sana. Bagaimanapun, pergolakan di Gallia tidak berakhir. Suku-suku Gallia menyadari bahwa dengan bersatu, kemerdekaan dapat direbut kembali dari Romawi. Persidangan Majelis Utama (general council) kemudian diadakan di Bibracte atas prakarsa Aedui, yang sebelumnya merupakan penyokong setia Caesar. Hanya Remi dan Lingones yang bersikukuh mempertahankan aliansi dengan Romawi. Majelis Dewan (council) melantik Vercingetorix, salah seorang ketua suku Averni, menjadi komandan Aliansi Pasukan Gallia.
Saat hal ini terjadi Caesar sedang menggelar perkemahan pada musim dingin di Cisalpine Gallia. Ia tidak menyadari adanya persekutuan untuk menentangnya. Tanda pertama dimulai dari Carnutes yang membunuh semua penetap Romawi di daerah Cenabum (modern: Orléans). Keganasan ini diikuti pula dengan penyembelihan seluruh warganegara Romawi, pedagang dan penetap di semua daerah utama Gallia.
Mendengar berita ini, Caesar dengan cepat menggerakkan pasukannya menyeberangi Alps, yang masih diselimuti salju, menuju pusat Gallia. Ini dilakukan dalam waktu singkat dan Caesar berhasil mengejutkan semua suku Gallia. Dia memecah tenteranya menjadi empat legion dengan Titus Labienus untuk melawan Senones dan Parisii di Utara. Caesar sendiri mengejar Vercingetorix dengan enam legiun dan kalaveri sekutu Jermannya.
Kedua pihak bertemu di kota bukit Gergovia, di mana Vercingetorix mendapat posisi pertahanan yang kuat. Caesar terpaksa mundur untuk menghindari kekalahan total setelah mengalami beberapa kekalahan kecil dan menyadari posisinya yang buruk. Pada musim panas 52 SM, beberapa pertempuran terjadi antara pasukan berkuda kavaleri, dengan kemenangan di pihak Caesar yang berhasil merusak tentera Gallia. Vercingetorix memutuskan bahwa belum saatnya perang besar terjadi lalu memerintahkan berkumpul di kota Mandubii di Alesia.
Bersambung
Artikel Lainnya:
No Response to "Pertempuran Alesia Bagian 1"
Posting Komentar