Previous Next
  • Perang Teluk

    Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990...

  • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II

    Negara yang terpecah adalah sebagai akibat Perang Dunia II yang lalu di mana suatu negara diduduki oleh negara-negara besar yang menang perang. Perang Dingin sebagai akibat pertentangan ideologi dan politik antara politik barat dan timur telah meyebabkan negara yang diduduki pecah menjadi dua yang mempunyai ideologi dan sistem pemerintahan yang saling berbeda dan yang menjurus pada sikap saling curiga-mencurigai dan bermusuhan. Setelah perang dunia kedua, terdapat empat negara yang terpecah-pecah, antara lain:

  • Serangan Sultan Agung 1628 - 1629

    Silsilah Keluarga Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Dilahirkan tahun 1593, merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyokrowati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banowati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan. Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat. Yang menjadi Ratu Wetan adalah putri dari Batang keturunan Ki Juru Martani, melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I)...

  • Perang Dingin

    Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut...

  • Perang Kamboja-Vietnam

    Pada tahun-tahun terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut...

Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Sejarah mencatat, perang Vietnam berlangsung mulai tahun 1959 hingga 30 April 1975. Selama itu telah jatuh korban tiga hingga empat juta rakyat Vietnam, satu setengah hingga dua juta rakyat Laos dan Kamboja serta 58.159 pasukan Amerika. Banyaknya nyawa yang hilang menunjukan bagaimana hebatnya perang tersebut.



KEHEBATAN perang Vietnam juga ditunjukran oleh beragam persenjataan yang digunakan kedua belah pihak. Dari persenjataan primitif hingga bom udara canggih digunakan untuk menjebak, membunuh dan mengalahkan musuh. “Sangat tidak seimbang bila dilihat dari persenjataan tentara Utara dan Selatan namun dari semangatlah faktor yang menentukan. Terbukti Amerika meninggalkan Vietnam dan tentara Utara dapat melenggang masuk ke Selatan.


Hutan belantara menjadi medan tempur yang mematikan bagi pasukan AS.

Setidaknya Amerika “terpaksa” terlibat lebih dalam di Perang Vietnam ini, manakala kekuatan udara yang bermarkas di Jepang dilibatkan untuk bergerak maju dan menyerang sasaran di Utara. Diawali pengerahan kekuatan udara dan pangkalan di Okinawa, Jepang untuk bergerak maju ke Danang, Vietnam Selatan pada 31 Januari 1965, Amerika mulai melibatkan jet tempur jenis F-105. Pengerahan kekuatan udara dari Tactical Fighter Wing ke 18 ini menunjukan kekhawatiran Amerika dalam menghadapi Utara yang bersemangat bergerak ke Selatan.



Operasi yang diawali jam tiga pagi dalam pengerahan kekuatan udara beserta logistiknya secara cepat ini sebagai awal operasi yang disandikan Operation Flaming Dart. Baru sejak saat itu Amerika terang-terangan melewati garis batas paralel Tujuh Belas yang selama ini ditabukan untuk dilewati. Keberanian Amerika melanggar garis ini merupakan keputusan strategis, dari pada Utara mulai menyerang ke Selatan akan menambah repot pasukan Amerika yang bertahan.

Pasukan ARVN berparade setelah memenangkan perang melawan Viet Cong. ARVN menang berkat dukungan pasukan AS. 

Tidak tanggung tanggung, satu minggu setelah sampai di Danang sebanyak 47 pesawat F-105 mulai beraksi dengan menjatuhkan bom di Utara, kebijakan yang akhirnya mengobarkan perang darat berlanjut di Vietnam. Guna melindungi pangkalan udara di Selatan, Amerika perlu menambah kekuatan darat. Pada 8 Maret 1965, sebanyak 3.500 pasukan Marinir Amerika mendarat di Vietnam Selatan. Mulai saat itulah secara langsung Amerika terlibat perang darat yang berlarut di Vietnam.

Arsitek tempur NVA/Vietcong, Ho Chi Minh (bertopi) yang sukses menggempur pasukan Perancis dan AS.

Keterlibatan pasukan ini sangat didukung masyarakat Amerika dalam upaya memerangi komunis internasional. Slogan yang sama pernah dipakai Perancis dua dekade sebelumnya saat masih bercokol di Vietnam. Setidaknya semangat Amerika untuk melawan komunis di Vietnam mendapat angin segar termasuk pendanaannya dari Senat AS. Tindakan Amerika ini mendapat reaksi pedas dari Utara. Pemimpin Utara, Ho Chi Minh, mengatakan secara resmi, “Bila perang ini akan berlangsung selama 20 tahun kita siap mengadapi, bila mau damai nanti sore kita sudah bisa minum teh bersama.” Makna sesungguhnya adalah bahwa Utara sanggup menghadapi tantangan Amerika baik dengan jalan perang ataupun jalan damai. Vietnam sangat percaya diri karena perang ini akan berlangsung di wilayahnya, secara geografis dan cultural terdukung oleh rakyat.

Bagi Amerika perang darat di Vietnam akan memakan biaya tinggi selain medan yang tidak dikuasai secara penuh. Belum faktor masyarakat yang tidak dikenal serta perbedaan budaya yang menonjol. Pengerahan kekuatan udara yang besar dan mahal bukan solusi karena Utara sangat menghendaki perang darat yang berlarut, dan itu terjadi selama 10 tahun ke depan. Selama itu pula lebih 50.000 pasukan Amerika terbunuh di hutan Vietnam.

Pasukan AS memeriksa gerilyawan Viet Cong yang terbunuh.

Bila ditelaah secara cermat, perang ini akibat dari perbedaan dua kubu antara Utara dan Selatan. Pihak Utara menghendaki agar tercipta penyatuan Vietnam dalam pemerintahan yang merdeka. Sedang Selatan menghendaki agar tercipta pemerintahan non kumunis di Asia Tengara. Dari sinilah keberpihakkan Amerika dalam memerangi komunis dunia terlihat dengan melibatkan diri secara nyata dalam perang ini.

Tiga langkah

Untuk membuktikan keberpihakkan Amerika dalam memerangi komunis, ditunjukkan dengan pengiriman pasukan darat secara besar ke Vietnam. Dari awal 3.500 pasukan marinir di bulan Maret 1965, pada akhir tahun kekuatan ini telah mencapai 200.000 marinir. Yang tadinya pasukan ini dirancang hanya untuk mempertahankan pangkalan udara dan bersifat defensive akhirnya terpaksa” masuk ke Utara dan offensive.

Mei 1966 pasukan darat pemerintah Selatan Army of the Republic of Viet Nam -ARVN) mengalami kekalahan besar dalam perang di Binh Gia. Kekalahan berikut terjadi pula di Dong Xoai pada Juni tahun yang sama. Pasukan Amerika yang berpihak ke Selatan sangat gusar akan kekalahan di kedua front ini. Konsep membela Selatan harus dilakukan dengan nyata. “Pasukan Amerika yang mempunyai mobilitas, energi dan daya gempur harus dimanfaatkan secara nyata,” pinta Jenderal William Westmoreland kepada atasannya, Admiral Grant Sharp (Commander of U.S Pacific Force) yang berkedudukan di Hawai.

Gerilya Viet Cong sedang bertempur dengan taktik pasukan reguler

Izin khusus untuk inisiatif perang di Vietnam harus mendapat political will dari pusat. Dalam konsepnya Jenderal Westmoreland akan melakukan perang dalam skala besar terbagi tiga tahap yaitu: Tahap 1, komitmen Amerika dengan negara pendukungnya untuk menetralisir kekuatan lawan hingga akhir tahun 1965. Tahap 2, Amerika dengan negara pendukungnya berinisiatif mengurangi aksi gerilyawan dan memisahkan kekuatan lawan dan penduduk. Tahap 3, bila musuh sulit dikalahkan setelah operasi berlangsung selama satu hingga setengah tahun, sisa kekuatan musuh yang terpisah dihancurkan dengan kekuatan penuh.

Tahapan perang di Vietnam yang diajukan sangat didukung Presiden Johnson sembari memberi penekanan agar pemerintahan Vietnam Selatan dapat terselamatkan dan serangan para gerilya apapun caranya. Westmorland bahkan memperkirakan perang di Vietnam akan berakhir tahun 1967 dengan kemenangan di pihak Amerika.

Nyatanya tidak, bahkan perang berlarut makin menjadi yang menyeret Amerika lebih jauh di Vietnam Dalam kajian yang dilakukan oleh Letkol (ret) Dave Grosman dan Killology Research Group (1995) dalam bukunya On Killing: The Psychological Cost of Learning to Kill in War and Society ditengarai kegagalan akibat dua hal pokok.

Pertama tentang umur pasukan yang relatif masih muda dan yang kedua masalah keterlibatan pasukan dalam mengonsumsi obat bius. Rata-rata umur pasukan yang diterjunkan di Vietnam berumur 22 tahun setelah mengikuti pendidikan dasar kemiliteran selama satu tahun. Bandingkan dengan umur pasukan yang terlibat PD II dan Perang Korea, mereka rata-rata berumur 26 tahun dengan rotasi penugasan setiap tahun. Dari data yang tewas di Vietnam rata-rata mereka 22,8 tahun, sangat terlalu muda untuk tugas yang berat dan melawan pasukan berpengalaman.

Selain pasukan gerilya yang terlatih pasukan Viet Cong juga memiliki pasukan khusus, Sapper Batalyon yang memiliki semangat tempur tinggi dan berani mati.

Selain itu para pasukan muda ini terlibat dalam pemakaian obat bius yang berlebihan. Memang mereka dilengkapi dengan obat bius guna mengurangi rasa sakit saat terkena peluru, tetapi banyak juga yang dikonsumsi guna mengurangi rasa tegang. Hal inilah yang menjadi persolan utama dan berakibat semangat tempur menurun drastis.

Idealnya pasukan ini dirotasi setiap tahun dengan masa tugas kemiliteran selama 10 tahun. Namun mereka mengatakan, “Kami bertugas sepuluh kali dalam setahun.” Idiom yang sangat menurunkan moral pasukan yang terlibat perang. Perang darat berlarut ini melibatkan sekutu Amerika masuk ke dalam kancah perang. Beberapa negara seperti Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, Thailand dan Filipina mengirimkan pasukan. Bahkan Thailand mengizinkan beberapa pangkalan udaranya dipakai sebagai operational base.
Bukan hanya negara yang tergabung dalam SEATO (South East Asian Treaty Organization) yang melibatkan diri. Beberapa negara anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization) juga melibatkan diri. Inggris dan Kanada bahkan terlibat aktif dalam operasi di Vietnam diantaranya dalam operasi Masher, Attleboro, Cedar Falls dan Jungtion City. Dari berbagai operasi darat inilah gerak maju pasukan sekutu menjadi nyata, stabilitas pemerintahan Selatan menjadi terdukung.

Inilah propaganda yang mencuat keluar, Amerika mengalami kemenangan dan pemerintah Selatan menjadi bertambah baik. Pemberitaan yang sangat dikontrol oleh Pentagon ini toh bocor juga, berbagai kekalahan di medan perang terkuak. Alhasil, rakyat Amerika mulai melancarkan demonstrasi dan menayakan kapan berakhirnya perang ini.

Akhir 1967 terjadi demonstrasi antiperang di depan Pentagon. Ratusan pendemo mulai protes dan meneriakan slogan “Ho, Ho, Ho Chi Minh! Sang pemenang,” dan juga slogan “Hey, hey LBJ ! Berapa pemuda mati hari ini?” LBJ merupakan kependekan dari Lyndon Bines Johnson sang presiden Amerika kala itu.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label: ,

Mungkin benar bahwa dalam Perang Vietnam yang berlangsung dari tahun 1959 sampai jatuhnya Saigon tahun 1975, tentara Amerika selalu menang dalam setiap pertempuran besar melawan pasukan Vietnam Utara dan Viet Cong. Namun tragisnya, kesudahan perangnya menunjukkan Amerika lah yang justru mengalamai kekalahan perang terbesar sepanjang sejarahnya. Mengapa tragedi seperti itu dapat terjadi?

JAWABAN atas pertanyaan itu adalah dengan merunut latar belakang sejarah yang mengantar terjadinya Perang Vietnam. Kenyataan menunjukkan, sebelum AS mchbatkan diri dalam perang di Asia Tenggara ini, orang Amerika dari rakyatnya hingga para ilmuwan, kaum militer, dan para politisinya, praktis sama sekali tidak mengenal Vietnam. Perhatian dan pengetahuan mereka tentang negeri itu, termasuk kondisi fisik, sejarah, dan kultur rakyatnya, adalah nol besar!


Vietnam atau Indochina semasa jajahan Perancis
Vietnam atau Indochina semasa jajahan Perancis

Orang Barat memang sudah lama mengetahui keberadaan Asia Timur termasuk Asia Tenggara. Namun kesadaran mereka barn terbuka pada abad ke-19 tatkala politik kolonialisme mereka mulai menjamah wilayah itu, khususnya oleh Perancis di kawasan yang mereka namakan ‘Indochina’. Namun orang Perancis dikenal amat protektif terhadap wilayah kolonialnya. Mereka tidak man orang lain mengetahui, apalagi mencampuri urusan wilayah jajahannva. Akibatnya, orang Barat lainnya tidak peduli dan tidak banyak tahu mengenai kawasan Asia Tenggara yang dikuasai Perancis.

Oleh karena itu, sewaktu Amerika menjelang berakhirnya Perang Dunia II mulai merasakan kepentingan untuk mengetahui persoalan di Asia Tenggara, khususnya kawasan Indochina, mereka tak tahu apa-apa. Misalnya atlas atau peta wilayah itu pun tidak menunjukkan adanya negeri yang bernama Vietnam. Sebab nama itu disembunyikan di bawah sebutan “French Indochina”, atau Indochina-nya Perancis! Istilah “Indochina” sendiri membingungkan, karena menimbulkan kesan sepertinya sebagai kawasan tambahannya China. Padahal tak ada sangkutan meskipun pada zaman dahulu China pernah menjajah Vietnam.

Jenderal Gracey menyambut komandan French Expeditionary Corps, Jenderal Leclerc di Saigon, 5 Oktober 1945
Jenderal Gracey menyambut komandan French Expeditionary Corps, Jenderal Leclerc di Saigon, 5 Oktober 1945

Sehingga dalam Konferensi Yalta awal 1945 sewaktu para pemimpin Sekutu merancang masa depan dunia seusai PD II, Presiders AS Franklin D. Roosevelt bertanya kepada pemimpin China Jenderal Besar Chiang Kai-shek, “Apakah Anda menghendaki wilayah Indochina?” Namun Chiang yang paham betul akan sejarah maupun tradisi bangsa di kawasan itu menjawab, “Tidak, kami tidak menginginkannya. Mereka (rakyat Indochina) bukanlah bangsa China. Mereka tidak akan terasimilasi ke dalam bangsa China.” Tetapi meskipun ada jawaban yang sejelas itu, orang Amerika toh masih memerlukan waktu tiga puluhan tahun lagi, termasuk harus melalui kegetiran perang, guna menyadari betapa tepatnya pemahaman Chiang Kai-shek tadi.

Tiadanya perhatian dari para ilmuwan Barat di luar Perancis dalam mempelajari Indochina/ Vietnam terbukti bahwa buku tentang Vietnam yang pertama kali dalam bahasa Inggris, barulah diterbitkan tahun 1958. Yaitu buku The Smaller.

Dragon yang ditulis oleh Joseph Buttinger. Sebagai akibat ketidakpedulian, ignorance, dari orang Amerika terhadap, Vietnam, maka hal itu nantinya harus dibayar mahal sekali. Karena ketidakpedulian tadi menyebabkan orang Amerika cenderung untuk berpikir bahwa Vietnam hanyalah sebuah “negeri kecil”, sehingga sikap awal adalah menyepelekannya.

Padahal bila dibandingkan dengan Jerman yang merupakan musuh terberat AS dalam dua perang dunia, maka sesungguhnya Jerman pun adalah negeri yang kecil. Gabungan Vietnam Utara dan Selatan luasnya sekitar 127.000 mil persegi, hanya sedikit di bawah Jerman yang mencapai 137.000 mil persegi. Garis pantai Vietnam pun mencapai 1.400 mil, hampir sama dengan garis pantai Atlantik Amerika antara Miami dengan Boston. Jumlah penduduknya pun melebihi Inggris atau Perancis.

Persepsi AS lainnya yang keliru tentang Vietnam adalah menganggap seolah-olah Vietnam itu “negeri barn” yang masih gampang diotak-atik. Penjajahan oleh Perancis yang tertutup dan sikap tak peduli terhadap, Asia dan sejarahnya, membuat orang Amerika tidak memahami atau menyadari, bahwa Vietnam adalah salah satu negara yang sudah tua. Jejak sejarahnya yang terekam pun berasal dari tahun 111 sebelum Masehi, atau sekitar 50 tahun sebelum tentara Romawi mendarat di pesisir Inggris. Dalam sejarah awalnya, Vietnam memang lama dikuasai oleh China. Namun tahun 946 memperoleh kemerdekaannya dan menjadi negara berdaulat hingga datangnya kolonialis Perancis pada pertengahan abad ke-19, tepatnya mulai tahun 1884.
Karena lamanya Vietnam dalam kekuasaan orang lain, maka sejak dulu pada bangsa Vietnam terbentuk semacam tradisi kependekaran atau warrior tradition, yang memiliki sikap dan daya juang yang ulet, didasari sikap, nasionalisme yang kuat. Ketidaktahuan Amerika terhadap apa yang melatari Vietnam, baik sejarah, kondisi fisik tanahnya, maupun kultur bangsanya, terbukti berakibat fatal bagi AS seperti ditunjukkan dalam Perang Vietnam.

Bibit-bibit konflik

Vietnam yang mengenyam kemerdekaan dalam tempo yang lama, memang tak Input dari konflik domestik. Artinya acap terjadi persaingan dan perebutan dominasi oleh para tokohnya sendiri, sekalipun misalnya sejak tahun 1802 berdiri dinasti Nguyen yang cukup kokoh. Dalam kaftan dengan konflik internal itulah seorang tokoh pelaku dari kawasan selatan, memakai jasa tentara sewaan Perancis. Penggunaan orang asing dalam konflik internal inilah yang ternyata membukakan pintu bagi masuknya kepentingan Perancis di kawasan ini.

Ho Chi Minh (lingkaran) bersama tokoh komunis Rusia. Ho kemudian menjadi tokoh besar komunis di Asia Tenggara dan kemudian menjadi kunci bagi kemerdekaan komunis Vietnam
Ho Chi Minh (lingkaran) bersama tokoh komunis Rusia. Ho kemudian menjadi tokoh besar komunis di Asia Tenggara dan kemudian menjadi kunci bagi kemerdekaan komunis Vietnam

Dari sedikit akhirnya tahun 1884 Vietnam sepenuhnya berada dalam dominasi Perancis yang sedang bersaing dengan Inggris Berta kekuatan kolonial Eropa lainnya dalam menambah daerah jajahan. Karena An Perancis yang mulai bercokol di Vietnam, melebarkan kekuasaannya hingga Laos dan Kamboja juga. Sedangkan Vietnam sendiri dibaginya menjadi tiga wilayah administrasi, yaitu Cochin China di Vietnam bagian selatan, Annam di tengah, clan Tonkin di utara.

Meskipun Perancis dengan ketat memegang kendali kekuasaan di Indochina, namun bangsa Vietnam tetap bersikap menentang penjajahan asing. Terhadap wilayah Cochin China di selatan yang subur, Perancis memusatkan kepentingannya, balk dengan eksploitasi ekonomi maupun transformasi kultural. Ibukotanya Saigon pun sampai dikenal sebagai “Paris dari Timur”, Paris of the Orient. Sebagai akibatnya, maka di selatan tumbuh elite orang Vietnam sendiri. Kaum borjuis Vietnam yang mengenyam pendidikan Perancis ini kebanyakan berada di Saigon, dengan kekayaan mereka umumnya bersumber dari perniagaan dan selaku tuan tanah.

Lapisan masyarakat ini amat mempengaruhi gerakan nasionalisme Vietnam, yang pada awal abad ke-20 makin berkembang di kalangan bangsa Vietnam yang terdidik. Di satu pihak lapisan ini memiliki naluri nasionalisme yang kuat, bahkanantiasing, xenophobic. Namun di lain pihak mereka pun banyak yang dipengaruhi kultur barn hasil pendidikan modern, sehingga perjuangan mereka adalah reformasi tanpa kekerasan, non-violent reformism. Kalangan Francophile ini misalnya melakukan perjuangan mereka lewat Partai Konstitusionalis, yang menginginkan perubahan politik kolonial Perancis tanpa harus menjadi musuhnya orang Perancis. Sekalipun mereka menghendaki Vietnam yang lebih merdeka, namun mereka pun tetap bersedia menempatkan negara mereka dalam ikatan kuat dengan Uni Perancis.

Tetapi perjuangan kaum moderat tersebut ternyata tidak berhasil, karena penguasa kolonial Perancis tutup mata dan telinga. sehingga lambat faun gerakan ini pun melemah sendiri, dan sekitar tahun 1930-an partai moderat ini pun kehabisan daya. Gagalnya upaya reformasi oleh kaum nasionalis moderat ini menimbulkan reaksi dari lapisan elite Vietnam yang lebih keras, terutama di wilayah tengah clan utara, yaitu di Annam clan Tonkin. Di Hue, Hanoi, dan kota-kota lainnya mulai berkembang gerakan antikolonial di bawah tanah. Gerakan ini dipelopori kaum revolusioner, yang bertujuan segera mengusir penjajah Perancis dan meraih kemerdekaan nasional.

Dari beberapakelompoknasionalis-revolusioner tersebut, maka yang paling menonjol adalah Partai Nasionalis Vietnam atau Viet Nam Quoc Dan Dang (VNQDD), yang dibentuk dengan mencontoh model Partai Nasionalis di China yang didirikan Dr Sun Yat-sen. Partai ini melihat bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh kemerdekaan adalah lewat revolusi bersenjata. Karena itu mereka pun diam-diam berusaha menggalang orang Vietnam yang menjadi anggota tentara Perancis. Tahun 1930 mereka mencoba mencetuskan pemberontakan, namun upaya ini gagal dan VNQDD pun tamat sebagai kelompok nasionalis garis keras yang paling menonjol.

Tumbuhnya dua cara pendekatan, moderat dan revolusioner, nantinya tetap akan terlihat setelah PD II berakhir dengan terbentuknya Vietnam Utara dan Vietnam Selatan serta kecenderungan politik masing-masing. Perbeclaan inilah yang menumbuhkan bibit-bibit Perang Vietnam yang menjadi tragedi bagi bangsa Vietnam sendiri, maupun untuk AS yang berusaha ikut campur, bahkan melibatkan diri sepenuhnya dalam perangnya.

Ho Chi Minh muncul

Sejarah modern Vietnam tidaklah mungkin lepas dari ketokohan seorang pemimpin yang hidupnya sederhana namun penuh semangat dan kemampuan luar biasa bagi pemerdekaan Vietnam. Bahkan dia pula yang mempersatukan Vietnam kembali sebagai satu negara utuh. Sewaktu perjuangan kaum nasionalis Vietnam baik yang moderat maupun bergaris keras sama.sama mengalami kegagalan, maka muncul seorang anak mucla bernama Ho Chi Minh. Pemuda ini dilahirkan tahun 1890 dengan nama Nguyen Sinh Cung. Sejak mula dia telah tergerak hatinya untuk berjuang bagi kemerdekaan bangsanya.

Ho Chi Min saat berada di Perancis dalam rangka memperjuangkan negara Vietnam merdeka. Ho disambut oleh Menlu Perancis Marius Mouted (kanan)
Ho Chi Min saat berada di Perancis dalam rangka memperjuangkan negara Vietnam merdeka. Ho disambut oleh Menlu Perancis Marius Mouted (kanan)

Sewaktu berada di Paris pada saat PD I meletus pemuda ini berkenalan dengan ideologi Marxisme yang kala itu masih baru. Dia pun tertarik dan aktif dalam pergerakan kaum komunis, bahkan ikut mendirikan Partai Komunis Perancis. Selanjutnya dia ke Moskwa dan aktif dalam gerakan komunis internasional (Comintern). Tahun 1930 dia di Hong Kong mendirikan Partai Komunis Vietnam. Dalam semua kegiatannya, Ho Chi Minh selalu menekankan tujuan pemerdekaan Vietnam. Sekalipun dia seorang komunis, namun Ho menyatakan pertama-tama dirinya adalah seorang patriot dan nasionalis. Dan hat itu dia buktikan dalam perjuangan hingga akhir hayatnya.

Ketika PD II merambah Asia Pasifik dan Jepang menguasai Indochina namun tetap membolehkan pemerintahan kolonial Perancis menjadi administrator bonekanya, maka perjuangan Ho kian memperoleh dukungan rakyat. Bersama rekannya yang mantan guru sejarah, Vo Nguyen Giap, diam-diam Ho membangun tentara perjuangan yang dinamakan Viet Minh. Sewaktu Jepang menyerah 15 Agustus 1945, maka Ho clan tentaranya dengan cepat masuk ke Hanoi. Pada 2 September dia memproklarnasikan kemerdekaan Vietnam. AS yang baru mengalahkan Jepang, menyambut baik proklamasi tersebut dengan mengutus sejumlah perwira untuk menghadiri upacara tersebut. Sejumlah pesawat Amerika juga melakukan terbang lintas menghormati proklamasi ini.

Namun hubungan manis itu ternyata tidak berjalan lama. Ho Chi Minh semula memang berharap AS membantunya melakukan konsoliclasi negerinya yang baru merdeka. Harapan Ho bukanlah tanpa dasar. Karena dia tabu bahwa Washington tidak begitu menyukai Perancis yang dianggap logo dalam PD II, dan pemimpinnya selama perang, Jenderal Charles de Gaulle, juga dinilai arogan. Tetapi karena kala itu orang Amerika masih tidak peduli dan tidak mengenal negeri yang disebut Vietnam, maka Washington pun melakukan kekeliruan fatal dalam politiknya. Kekeliruan yang tragic baik bagi bangsa Vietnam maupun nantinya untuk AS sendiri.

Karena nun jauh di Washington sang, para pejabat AS malah sibuk menyiapkan kembalinya bekas penguasa kolonial Perancis ke Indochina. Rupanya pemimpin baru Amerika, Presiden Harry Truman berbeda dengan mendiang Presiden Roosevelt yang kurang menyukai politik kolonial negara-negara Eropa. Truman yang tak memahami kawasan Asia Tenggara dan karena itu juga tidak tertarik, mengizinkan Perancis batik ke Indochina dengan alasan demi hubungan baik guna menghadapi keadaan baru pasta perang. Karena itu tak heran apabila AS juga tak keberatan sewaktu .Inggris clan Belanda ingin menguasai kembali bekas wilayah jajahannya.

Kekalahan Perancis di Dien Bien Phu membuat seluruh warga Perancis di Vietnam harus angkat kaki. Suasana kalut pun terjadi ketika proses eksodus mulai dilaksanakan
Kekalahan Perancis di Dien Bien Phu membuat seluruh warga Perancis di Vietnam harus angkat kaki. Suasana kalut pun terjadi ketika proses eksodus mulai dilaksanakan

Tentara Inggris yang didaratkan di Indochina untuk melucuti pasukan Jepang, juga cliboncengi pasukan Perancis. Bahkan Inggris membantu Perancis berkuasa lagi di berbagai wilayah Indochina. Suatu keadaan yang mirip terjadi di Indonesia kala itu. Posisi Ho yang belum kuat, membuatnya tak berdaya menahan tekanan Perancis. Dia terpaksa membolehkan pasukan Perancis masuk ke Vietnam bagian utara guna menggantikan tentara China nasionalis yang juga ditugaskan melucuti Jepang. Dari sinilah niat Perancis untuk menguasai kembali Vietnam dan wilayah Indochina lainnya semakin jelas kelihatan!

Perang Indochina 1946-1954

Melihat maksud Perancis tersebut, Ho Chi Minh yang posisinya belum kuat memilih cara perundingan untuk mercclakan ancaman terhadap kemerdekaan yang barn diproklamasikannya.

Kekalahan Perancis di Dien Bien Phu
Kekalahan Perancis di Dien Bien Phu

Namun jurang perbedaan mereka tak terjembatani dengan perundingan, sehingga September 1946 tercapailah ‘kesepakatan untuk tidak sepakat’. Dengan posisi ini, maka Ho menyimpulkan bahwa satu-satunya cara mempertahankan kemerdekaan clan kedaulatan Vietnam hanyalah lewat senjata. Situasi ini muncul tatkala dalam bulan November 1946 pecah insiden di kota pelabuhan Haiphong antara pasukan Perancis dengan Viet Minh.

Perancis memanfaatkan momentum ini untuk mengenyahkan Ho Chi Minh. Tentara Perancis segera menguasai ibukota Hanoi dan Ho bersama pasukannya mundur ke pedalaman. Pada 19 Desember Jenderal Vo Nguyen Giap mengumumkan perang perlawanan nasional yang melibatkan seluruh rakyat Vietnam. Untuk memperlemah pelawanan tersebut, Perancis melakukan politik divide et impera, termasuk membenuk pemerintahan boneka yang dipegang oleh Raja Bao Dai. Perancis juga meniupkan bahwa perang ini bukanlah sekadar peperangan kolonial, melainkan sudah merupakan bagian dari Perang Dingin melawan ekspansi komunisme. Sehingga AS pun mulai termakan dengan apa yang ditiuptiupkan Perancis itu.

Dalam perang kolonial ini, Perancis memiliki 100.000 pasukan terlatih dengan persenjataan lengkap, termasuk kekuatan udara dan laut, dipimpin oleh Jenderal Jean de Lattre de Tassigny. Sedangkan Viet Minh yang dibantu rakyat terdiri dari sekitar 150.000 orang dengan persenjataan terbatas, namun mulai memperoleh bantuan dari China. Mirip dengan perang kemerdekaan di Indonesia, maka para pejuang Vietnam lebih menguasai wilayah pedesaan atau pedalaman, Sedangkan tentara Perancis menguasai kotakota. Saling serang terjadi, namun tidak banyak mengubah keadaan.

Jatuhnya Dien Bien Phu

Memasuki tahun 1950-an, perang ini kian tidak populer clan di Perancis mulai timbul tuntutan agar tentaranya ditarik dari Indochina. Jenderal de Lattre de Tassigny yang dikenal cerdas dan ulet Serta diidolakan pasukannya, terkena kanker dan meninggal. Penggantinya tidak ada yang semampu dia lagi. Di bidang politik, Uni Soviet yang dari awal tidak mengindahkkan Vietnam dan perjuangannya, baru pada tahun 1950 mengakui eksistensi Vietnam. Sedangkan di pihak lain, Perancis melalui panglima barunya Jenderal Henri Navarre berhasil meyakinkan AS untuk rencana peningkatan militernya, termasuk pembangunan benteng di Dien Bien Phu.

Kehadiran pasukan AS di Vietnam ternyata membuat Perang Vietnam makin runyam. Tentara AS yang kurang paham medan, seperti di Delta Mekong, harus bertempur melawan tantangan alam Vietnam yang sangat ganas.

Benteng tersebut dimaksudkan untuk menangkal infiltrasi pasukan Viet Minh ke Laos yang dikuasai Perancis. Pasukan payung literjunkan di dataran tersebut dan membangun -crbentengan yang kuat, termasuk dua lapangan terbang kecil serta gugusan pusat pertahanan yang dijuluki dengan nama wanita, seperti Ann Marie, Beatrice, Claudine, Dominique, Elaine, Gabrielle, dan sebagainya. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk mempertinggi moril dan semangat tempur sekitar 16.000 prajurit payung Perancis.

Jika Jenderal Navarre berharap pasukan Viet Minh akan terperangkap dan dihancurkan di lembah Dien Bien Phu, maka sebaliknya Jenderal Giap melihat perbentengan Perancis itu harus dibinasakan dan direbut untuk memperoleh momentum yang menentukan dalam perang Indochina. Karena itu diam-diam Giap mengepung Dien Bien Phu, termasuk mengerahkan kekuatan artilerinya. Bulan Maret 1954 peluru meriam mulai menghujani Dien Bien Phu tanpa terduga oleh Perancis. Mereka pun mulai khawatir tatkala melihat bahwa bantuan pasukan maupun logistik ternyata dapat mencapai Dien Bien Phu hanya dengan lewat udara. Apalagi ketika Jenderal Giap mulai merapatkan kepungan untuk selanjutnya mengerahkan pasukannya langsung menyerbu.



Pertempuran sengit dan brutal, sering terjadi satu lawan satu, berkecamuk di Dien Bien Phu. Pasukan Perancis yang mati-matian bertahan, beberapa kali berhasil memukul mundur serbuan ini. Namun bak air bah dari bendungan jebol, akhirnya pasukan Viet Minh tak terbendung dan satu persatu pusat pertahanan Perancis pun mengibarkan bendera putih setelah pertempuran dengan korban besar di kedua pihak. Sesudah benteng Elaine jatuh pada 7 Mei, maka tentara Perancis menyerah. Sekitar 11.000 prajuritnya ditawan oleh Vietnam. Kemenangan besar ini diharapkan meningkatkan posisi Vietnam dalam perundingan di Geneva, sekaligus melenyapkan posisi tawar Perancis.

Dibagi dua

Sekalipun posisi Vietnam berada di atas angin dalam perundingan di Geneva, namun situasi dan kondisi politik internasional sudah berubah. Perang Korea masih kuat membekas dan tetap mengancam, sementara Perang Dingin antara Blok Barat dengan Timur pun semakin menajam. Akibatnya kompromi sulit dilakukan, dan penyelasaian sementara yang dapat dicapai adalah Viet Minh boleh menguasai wilayah Vietnam sebelah utara garis paralel ke-17, sedangkan Perancis di selatan garis tersebut. Persetujuan Geneva ini disepakati Juli 1954.



Mengapa Ho Chi Minh yang cukup berpengaruh di seluruh Vietnam hanya memperoleh separuh dari negerinya? Hal ini disebabkan para peserta konferensi lainnya tidak memberinya alternatif, bahkan berusaha keras memblokirnya untuk menguasai seluruh Vietnam. Terutama AS lewat Menlu John Foster Dulles yang amat antikomunis, mati-matian mencegah seluruh Vietnam dipegang oleh Ho, yang lebih dilihat sebagai komunis daripada patriot Vietnam. Bahkan begitu perjanjian ditandatangani, AS di bawah Presiden Dwight Eisenhower langsung memperkokoh posisi Vietnam Selatan dengan mengucurkan berbagai bantuan ekonomi maupun militer. AS ingin menjadikan Vietsel sebagai basis terdepan untuk melawan ekspansi komunis di Asteng, di samping mendirikan pakta pertahanan Asia Tenggara atau SEATO.

AS ketika itu amat percaya akan apa yang disebut “Teori Domino”, yang pada intinya meyakini jika Vietnam Utara sampai menguasai Selatan, maka satu persatu negara sekitarnya akan jatuh ke tangan komunis. Hal ini seperti kartu domino yang berjajar diberdirikan, pasti ambruk satu persatu dengan cepat manakala salah satu dari kartu itu jatuh dan menimpa yang lainnya. Karena kecemasan akan kemungkinan jatuhnya Vietsel, maka AS yang melihat kepemimpinan Raja Bao Dai tidak begitu meyakinkan, diam-diam mencari pemimpin baru bagi Vietsel. Tokoh baru yang ditemukan adalah pada diri Ngo Dinh Diem, mantan PM-nya Bao Dai.
Untuk menjadikan Ngo sebagai penguasa baru Vietsel, maka tahun 1955 dilakukan referendum, untuk memilih monarki di bawah Raja Bao Dai ataukah republik yang dipimpin Presiden Ngo Dinh Diem. Referendum ini dimenangkan Ngo yang kemudian dilantik sebagai presiden. Pada awalnya kepemimpinannya memberi harapan, dengan perbaikan ekonomi dan sosial rakyat Vietsel, termasuk penanganan terhadap ratusan ribu pengungsi dari wilayah Utara. Namun makin lama terasa bahwa pemimpin barn ini semakin otoriter, kaku, sulit berkompromi, sehingga politik di Vietsel semakin bergejolak, termasuk dari kaum Budhis yang merasa tersisihkan.

Sementara itu keinginan Ho Chi Minh untuk menyatukan Vietnam yang terbelah, juga tetap membara. Dia pernah mendekati Ngo Dinh Diem untuk membicarakan kemungkinan pemilu, namun Saigon menolak. Para kader Viet Minh di Vietsel pun mulai bergerak. Mereka yang menyebut diri Viet Cong (VC) mulai melakukan aksi bersenjata di Delta Mekong seraya mengharap Hanoi segera membantu upaya reunifikasi Vietnam. Bantuan itu `resmi’ datang tahun 1959, ketika Utara menyerukan perjuangan bersenjata di Selatan yang akan dibantu dengan personel maupun logistik dan Utara.

Keterlibatan AS

Infiltrasi ke Selatan dilakukan melalui jalur tikus’ yang panjangnya ratusan mil, yang sebagian terpaksa melewati wilayah Laos. Bantuan tersebut, baik berupa orang maupun logistik, mulai dialirkan lewat Ho Chi Minh trail tersebut. Tentara Vietsel (ARVN, Army of the Republic of Viet Nam) berusaha keras menekan gerakan gerilya VC. Tetapi karena mulai memperoleh aliran bantuan dan Utara, VC pun semakin gigih. Keadaan ini mempersulit posisi Presiden Ngo yang juga harus menghadapi berbagai gejolak politik dan unjuk rasa di Saigon.

Akibat meninggalnya Kennedy dan kemudian digantikan oleh Lyndon Johnson, pasukan AS di Vietnam bukannya dikurangi tapi malam ditambah secara dratis.

Di Washington, John F. Kennedy baru menggantikan Eisenhower sebagai presiden. Sebelum menyerahkan jabatannya, Eisenhower berpesan kepada JFK mengenai vitalnya persoalan Indochina bagi kepentingan global AS dalam Perang Dingin. Apabila Vietsel sampai jatuh ke tangan kaum komunis Utara, maka seluruh Asia Tenggara juga akan ambruk. Para pembantu terdekat JFK kebetulan adalah tokoh bergaris keras, terutama Menlu Dean Rusk, Menhan Robert McNamara, dan Ketua Dewan Keamanan Nasional McGeorge Bundy. Mereka mendesak JFK untuk segera melakukan intervensi milker ke Vietnam. Namun negara sekutu utama, Inggris dan Perancis mengingatkan AS jangan terlalu jauh terlibat di Vietnam. Terutama Perancis yang sudah mengalami sendiri pahitnya menghadapi perlawanan orang Vietnam !

Posisi JFK pun sulit, karena Partai Republik yang merupakan lawan politiknya selalu menekankan bahwa dialah yang `akan paling bertanggung jawab’ apabila Asia Tenggara sampai hilang. Kennedy yang baru mengalami pukulan sebagai akibat kegagalan CIA dalam peristiwa penyerbuan Teluk Babi di Kuba, tidak mau mengulang kekalahan tersebut. Karena itu sekalipun dia masih sungkan untuk melakukan intervensi militer langsung, namun akhirnya JFK mulai mengirim personel militer Amerika ke Vietsel, dengan tugas utama sebagai penasihat/ pelatih.

Tetapi karena pasukan VC semakin kuat dan menyebar ke seluruh Vietsel, maka jumlah personel AS itu pun terus ditambah, dan tugas mereka bukan lagi hanya sebagai penasihat melainkan sering ikut bertempur langsung melawan VC. Menjelang akhir 1963, jumlahnya sudah melonjak hingga 16.000 orang. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan, Presiden Kennedy mengirim penasihat Gedung Putih Walt Rostow dan penasihat milker Jenderal Maxwell D. Taylor ke Vietsel. Dalam laporannya, misi pencari fakta itu menunjukkan betapa situasi sebenarnya sudah kritis, baik kemiliteran di lapangan maupun politik di Saigon.
Mereka mengusulkan pengiriman 8.000 pasukan infanteri untuk langsung membantu menumpas gerilyawan VC di Delta Mekong yang strategis.

Namun jumlah ini dianggap terlalu kecil. Menhan McNamara tak tanggung-tanggung mengusulkan pengiriman 200.000 pasukan. Dalam situasi seperti ini, Kennedy pun mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai “Doktrin Kredibilitas”, untuk memperlihatkan kepada kawan maupun lawan bahwa AS akan konsekuen dengan semua komitmen dan melaksanakannya secara tegas, sehingga AS dapat diandalkan. Doktrin ini sekaligus menegaskan bahwa determinasi AS untuk mempertahankan Vietsel sungguh-sungguh akan dijalankan. Dengan demikian kredibilitas AS di kancah internasional dapat diandalkan.

Namun dalam pikiran JFK, doktrin ini tidaklah serta merta harus berupa terlibat langsung dalam perang, melainkan membantu dengan nasihat kemiliteran, meningkatkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, mengisolasi kaum komunis agar tidak dapat berbaur ke masyarakat dengan memindahkan penduduk ke daerahdaerah aman. Namun hal ideal ini tidaldah menjadi kenyataan, karena situasi di Vietsel sudah parah. Presiden Ngo Dinh Diem dengan sikapnya yang semakin keras dan jauh dari rakyatnya sendiri, malah menjadi rintangan bagi AS. Karena itu, tiga minggu sebelum JFK tewas terbunuh di Dallas pada 23 November 1963, dia mengizinkan dilancarkannya kudeta milker terhadap Ngo pada 1 November. Presiden Vietsel itu dan adiknya yang sekaligus penasihatnya, Ngo Dinh Nhu, terbunuh.

Masuknya Johnson

Presiden Kennedy digantikan wakilnya, Lyndon B. Johnson (LBJ), yang dari awal menyadari bahwa konflik di Vietnam akan menyita perhatian politik luar negerinya. Berbeda dengan JFK, maka LBJ lebih tegas dalam masalah Vietnam. Kepada para pembantunya, dia menggariskan harus memenangkan perang di Vietnam ini. Dia mengirim Menhan McNamara ke Saigon karena rejim baru di sana tampaknya semakin lemah dalam menghadapi VC maupun infiltrasi Utara. Akhirnya Jenderal Duong Van Minh (Big Minh) yang mengkudeta Presiden Ngo, digusur dalam kudeta tak berdarah pada awal 1964. Dia digantikan oleh Jenderal Nguyen Khanh. Dapat diduga bahwa AS berada di belakang peralihan rejim Saigon ini.

Paska Perang Vietnam, Departemen Pertahanan AS mengadakan perjanjian damai dengan Vietnam. Tujuannya adalah agar para tawanan perang bisa dipulangkan dan yang hilang bisa dicari dan dikubur di AS secara layak. Suasana ketika para tawanan pasukan AS sedang dipulangkan.

Tetapi Nguyen Khanh pun terbukti tidak mampu mengalahkan VC dan infiltran Utara. Karena itu Washington membuat rencana operasi yang dinamakan Oplan 34-A, yang intinya antara lain meningkatkan upaya menekan musuh, termasuk `memberi pelajaran’ terhadap Vietnam Utara agar menghentikan politik agresinya ke Selatan. Rencana operasi ini berarti apabila perlu, maka AS akan meluaskan peperangan hingga wilayah Vietnam Utara. AS kemudian menyiapkan din untuk melaksanakan Oplan 34-A, seraya menyerukan para sekutunya untuk membantu dengan mengirim pasukan ke Vietnam. Hanya sedikit yang bersedia, yakni Australia dan Korea Selatan. Sedangkan lainnya sekadar simbolik atau menolak. Thailand dan Filipina menyediakan pangkalan udara seperti di Utapao dan Clark.



Rencana LBJ untuk membawa perang ke wilayah Vietnam Utara, didukung sepenuhnya oleh Saigon. Pada akhir Juli 1964, pemerintahan Nguyen Khanh mencetuskan dua alternatif: berunding dengan Front Pembebasan Nasional yang merupakan induk politik VC, atau menyerang Vietnam Utara untuk menghentikan dukungan Hanoi terhadap VC. Sesuai dengan niat Johnson meluaskan perang hingga wilayah Vietnam Utara, maka alternatif yang dipilih adalah yang kedua. Pilihan ini berarti diam-diam mulai melaksanakan Oplan 34-A. Dubes AS di Saigon Jenderal Taylor walau ketika itu belum punya bukti menyusupnya tentara reguler Vietnam Utara ke Vietsel, namun dia mengusulkan kemungkinan pengeboman atau bombing raids terhadap sasaran-sasaran tertentu di Utara.

Dicetuskan di Teluk Tonkin

Pada tahap awal, satuan komando Vietsel dengan penasihat militernya melakukan raids terhadap sasaran-sasaran di pantai Vietnam Utara, yang dicurigai menjadi basis infiltrasi ke Selatan. Kapal perang AS juga mulai aktif berpatroli di Teluk Tonkin, dalam jarak yang dianggap cukup aman dari pantai Vietnam Utara. Operasi laut yang diberi kode De Soto ini, bertujuan untuk mencegah infiltrasi Utara lewat laut, sekaligus melakukan pengintaian elektronik. Sedangkan pesawat terbang AS juga mulai banyak melakukan pengintaian hingga wilayah Laos yang diduga dilalui Ho Chi Minh trail, jalan tikus infiltrasi ke Vietsel. Para pilot dibekali instruksi, jika terancam mereka harus membalas menyerang.

Semakin banyaknya kapal perang AS di Teluk Tonkin memang semakin membuka kemungkinan timbulnya insiden dengan kapal Vietnam Utara. Akhirnya hal itu terjadi juga pada 2 Agustus 1964, tatkala kapal perusak Amerika USS Maddox yang berlayar di lepas pantai diserang oleh kapal patroli torpedo Vietnam Utara. Diduga kapal patroli tersebut mengira Maddox tengah membantu suatu serangan komando di pantai. Dua hari kemudian kapal perusak USS Turner Joy juga melaporkan diserang kapal patroli Vietnam Utara, walau laporan ini sebenarnya dinilai meragukan.
Tetapi seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam tiba, maka kejadian ini pun dibesar-besarkan menjadi apa yang terkenal sebagai “Insiden Teluk Tonkin”.

Presiden Johnson dengan dukungan Pentagon, langsung memanfaatkan momentum ini dengan memerintahkan serangan udara balasan terhadap Vietnam Utara. Dua kapal induk yang juga berada di Teluk Tonkin, USS Constellation dan USS Ticonderoga, mengerahkan pesawat pengebom-tempur mereka untuk menghancurkan berbagai sasaran di Vietnam Utara, seperti pangkalan laut, kapal-kapal serta instalasi vital lainnya. Dua pesawat AS ditembak jatuh dari darat, dua lainnya rusak.

Tetapi serangan udara hebat ini ternyata tidak membuat Ho Chi Minh takut dan menghentikan infiltrasi bantuan ke Selatan. Bahkan bulan Oktober pasukan VC membalaskan serangan udara tadi dengan menyusup ke pangkalan udara Bien Hoa di dekat Saigon, menghancurkan enam pesawat pengebom B-57 Canbera dan menewaskan sejumlah personel Amerika. Sebaliknya AS juga mengirim pasukan khususnya untuk melakukan supervisi di medan Vietnam, sehingga akhir tahun 1964 jumlah personel militer AS telah mencapai 23.300 orang, sedangkan Vietsel juga meningkatkan jumlah tentaranya hingga dari 500.000 orang.

Memasuki tahun 1965, maka situasi perang semakin menghebat. USAF melancarkan berbagai operasi dengan nama sandi Barrel Roll, Flaming Dart, Rolling Thunder dan sebagainya untuk menggempur sasaran-sasaran khusus di Utara, Selatan, maupun Laos. Presiden Johnson yang baru terpilih kembali pada pilpres November 1964 memerintahkan penambahan terus pasukan AS, dan 8 Maret pasukan tempur pertamanya didaratkan, termasuk marinir. LBJ menyatakan tidak yakin bahwa kekuatan udara saja akan mampu memenangkan perang di Vietnam, sehingga dia siap mengirim lebih banyak pasukan darat lagi. Dia juga memberi izin bagi panglimanya di Vietnam, Jenderal William Westmoreland untuk meninggalkan sikap bertahan, dan mulai melancarkan ofensif search and destroy terhadap musuh.

Pasang-surut di Vietnam

Dengan demikian cepat atau lambat, konflik di Vietnam telah menjadi perangnya Amerika, dan hal ini tampak dan terus meningkatnya jumlah kekuatan militer Amerika yang bertugas di Vietnam. Pada akhir 1969 jumlahnya mencapai 475.200 orang, dan sampai saat itu prajurit Amerika yang tewas telah mencapai 40.024 orang. Jumlah pasukan negara-negara sekutu AS mencapai puncaknya, 70.300 orang. Sedangkan dari angkatan bersenjata Vietsel sendiri 897.000, dengan korban tewas sampai saat itu telah mencapai 110.176 orang.

Pesawat pemborn B-52 sedang menjatuhkan bomn-bom mautnya dalam operasi militer yang terusberlanjut di Vietnam, seperti Barrel Roll, Flaming Dart, dan Rolling Thunder.

Namun perang Vietnam semakin tidak populer di kalangan rakyat Amerika sendiri serta di dunia internasional, sehingga memaksa Presiden Richard Nixon yang menggantikan LBJ tahun 1969, secara diam-diam memulai perundingan perdamaian di Paris. Namun di lapangan, perang terus berlangsung. Korban tewas di pihak AS sampai akhir 1970 telah mencapai angka 44.245, sementara Vietsel kehilangan 133.522 pasukannya yang tewas.

Akhir 1971 jumlah korban tewas Amerika tercatat 45.626, sementara Vietsel 156.260. Nixon juga memerintahkan pengurangan pasukan AS di Vietnam sejalan dengan kemajuan perundingan di Paris. Sehingga pada akhir 1972 jumlahnya tinggal 24.200, sementara yang tewas sampai saat itu tercatat 45.926 personel. Sedangkan Vietsel terus melakukan mobilisasi kekuatan sehingga mencapai lebih dari sate juta orang. Pada akhir 1972 Vietsel telah kehilangan 195.847 pasukannya tewas.

Pada 27 Januari 1973 perjanjian perdamaian ditandatangani di Paris oleh AS, Vietsel, Vietnam Utara, dan Viet Cong, dan sebulan kemudian perjanjian perdamaian juga tercapai di Laos. Bulan Maret 1973 penarikan pasukan Amerika dinyatakan telah selesai, dan semua markas MACV (US Military Assistance Command Vietnam) ditutup. Pada waktu bersamaan pihak komunis membebaskan 590 tawanan Amerika. Akhir tahun itu jumlah kontingen militer AS di Vietnam dibatasi hanya 50 orang. Tercatat pada saat itu 46.163 personel AS killed in action di Vietnam, sedangkan Vietsel sudah mencapai lima kali lipatnya atau 223.748 yang tewas. Tahun itu semua pasukan asing lainnya juga telah ditarik dari Vietnam.

Sekalipun Perjanjian Paris sudah diteken, namun di lapangan pasukan Vietnam Utara/VC tetap bertempur dengan pasukan Vietsel. Awal Januari 1975 Hanoi memerintahkan ofensif besarbesaran untuk `membebaskan’ Vietsel. Pasukan Vietnam Utara terang-terangan menyerbu lewat perbatasan. Bulan Maret Presiden Vietsel Nguyen Van Thieu yang berkuasa sejak 1967 memerintahkan pengunduran din pasukannya dan kawasan dataran tinggi di Vietnam Tengah. Maksudnya untuk memusatkan pertahanan Vietsel di wilayah sekitar Saigon. Namun ternyata pengunduran diri itu menjatuhkan moril tentara Vietsel, sehingga satu persatu wilayah kekuasaan Vietsel dengan cepat jatuh ke tangan Vietnam Utara, seperti Quang Tri, Hue, Da Nang, Qui Nhon, Nha Trang, dan lain-lainnya.

Pasukan NVA mengibarkan bendera kemenangan ketika mereka berhasil merebut bunker AS dalam pertempuran di Phuoc Binh, Januari 1975.

Pada 12 April Nguyen Van Thieu mengundurkan diri, digantikan oleh Jenderal Duong Van Minh sebagai presiden sementara. “Big Minh” didampingi Marsekal Nguyen Cao Ky yang tetap menjadi wapres. Keadaan bertambah kacau. Pesawat AS mengungsikan anak dan bayi yatimpiatu dalam operasi kemanusiaan. Pengungsian juga dilakukan oleh Kedubes AS serta keluarganya dengan helikopter dari Saigon ke kapal-kapal induk AS yang menunggu di Laut China Selatan. Semula akan dilakukan dengan pesawat C-130 Hercules yang disiapkan di pangkalan udara Tan Son Nhut dekat Saigon. Tetapi karena pangkalan ini mulai terjangkau tembakan meriam Vietnam Utara yang sempat mengenai sebuah Hercules, maka Dubes Graham Martin terpaksa memerintahkan semua Hercules terbang dan sebagai gantinya dipakai helikopter.

Pada 29 April tentara Vietnam Utara mencapai Saigon. Dua kopral marinir yang menjadi anggota kontingen AS di Saigon terkena pecahan roket pasukan Utara. Mereka adalah anggota militer AS terakhir yang tewas di bumi Vietnam. Pertempuran dan pertumpahan darah hebat memperebutkan kota ini praktis tidak terjadi sebagaimana ditakutkan. Tentara Vietsel sudah jatuh semangat dan morilnya. Tanggal 30 April pasukan Vietnam Utara dengan tank-tanknya mendobrak gerbang istana kepresidenan, dan tragedi perang Vietnam pun berakhir. (rb)
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

AFRIKA - Nama Rommel berkibar di medan tempur padang pasir di front Afrika Utara
AFRIKA - Nama Rommel berkibar di medan tempur padang pasir di front Afrika Utara
 

Selama PD II Jerman memang banyak memiliki panglima perang berkualitas jempolon. Salah satunya adalah adalah Erwin Rommel.  Kehebatan taktik perang pria asli Jerman ini membuat Jenderal yang disegani baik oleh Inggris maupun AS. Lahir di Heidenheim, sekitar Ulm Jerman, Erwin Rommel bukan keturunan militer. Ia berasal dari rakyat sipil kalangan menengah. Perjalanan militernya dimulai saat Rommel mendaftar sebagai kadet pada sekolah infanteri di Danzig (Danzig Infan School) pada tahun 1910.


Dua tahun kemudian Ia ditempatkan dalam unit operasional dengan pangkat letnan. Seperti umumnya perwira-perwira muda jaman itu, Letnan Erwin Rommel juga ikut terlibat dalam PD I. Antara tahun is ditempatkan di Perancis dan dianugerahi medali Iron Cross kelas satu. Prestasi yang lumayan menyolok justru diperlihatkan menjelang akhir PD I di Italia. Kala itu la berhasil memimpin kompinya merebut posisi yang diduduki musuh dan menawan personel plus 80 pucuk beragam persenjataan. Atas keberaniannya pemerintah Jerman kembali memberi bintang jasa yaitu Sebuah penghargaan tertinggi.


Masa damai antara PD I dan PD II di­gunakan Rommel untuk menulis buku tentang taktik pertempuran inf anteri. Buku ini diberi judul Infanterie Greift (Infantry Attack). Buku tersebut menarik perhatian Adolf Hitler yang mulai muncul sebagai penguasa barn Jerman dengan partai Nazi­nya. Lantaran dianggap cukup berbakat, sang Fuhrer kemudian merekrut Erwin Rommel sebagai komandan pengawal pribadinya. Posisi tadi tetap dipegang hing­ga Jerman rampung menggelar invasi ke Polandia, Kesuksesan operasi ke Polandia rupa­nya menarik hati Rommel untuk kembali ke medan tempur. la langsung meminta Hitler untuk menempatkan dirinya ke he­satuan operasional.

Ketika Jerman me­lancarkan serbuan ke Perancis (Mei 1940), Erwin Rommel resmi mengepalai Divisi Lapis baja ke-Tujuh (7 Panzer Division). Prestasi besar langsung ditunjukkan dalam penugasan pertama ini. Divisi yang dipim­pinnya ikut ambil bagian dalam serbuan melalui Sungai Meuse. Pasukan Rommel menerobos hutan di kawasan Ardennes, dan akhirnya memotong kekuatan pasukan Inggris-Perancis di Selatan dan Utara sampai ke Somme. Dalam serbuan ini Rom­mel berhasil menawan 100.000 prajurit lawan plus 450 unit tank. Sementara ia sendiri menderita kerugian 2.500 prajurit gugur dan 42 tank hancur.

Kaca mata anti-debu plus teropong jadi ciri khas Rommel saat bertugas di Afrika. Kelengkapan tadi sekaligus menandakan Ia selalu berada di garis depan memimpin langsung gerak maju pasukannya. Lambang Afrika Korps (DAK)
Kaca mata anti-debu plus teropong jadi ciri khas Rommel saat bertugas di Afrika. Kelengkapan tadi sekaligus menandakan Ia selalu berada di garis depan memimpin langsung gerak maju pasukannya. Lambang Afrika Korps (DAK)

Rampung di Eropa, Hitler memu­tuskan menggeser Rommel ke Afrika Utara. Di sini ia ditugaskan mendukung pasukan Italia yang telah terdesak oleh Inggris. Di bawah benders Afrika Korps DAK, Rommel bertempur cuma dengan modal dua divisi. Toh kekuatan pas-pasan ia mampu memukul balik Inggris dalam tempo 30 hari. Bahkan lebih jauh lagi sanggup mengepung ke­kuatan lawan di sekitar Tobruk yang terletak 160 km di belakang garis pertem­puran.

Tarik-ulur kekuatan antara Inggris yang kemudian belakangan dibantu AS pun terjadi. Begitu cerdik Rommel di la­pangan, sampai-sampai Inggris mesti rela mengganti panglima. perangnya di front Afrika (Montgomery). Kiprah Rommel di Afrika berakhir Maret 1943 tatkala ia jatuh sakit setelah berhasil menyudutkan pa­sukan Montgomery di sekitar Medenine. Kondisi ini membuatnya mesti pulang ke Jerman.

Begitu sembuh Hitler langsung mem­berinya tugas sebagai komandan grup B AD Jerman (Army Group B). Jabatan ini berada di bawah otoritas salah satu jenderal besar Nazi, Von Rundstedt. Tanggung jawab Rom­mel adalah mengurus pertahanan di wilayah Perancis dalam menghadapi kemungkinan serbuan sekutu. Pada intinya Rommel diserahi tugas mengurus sistem pertahanan Nazi yang diberi label Atlantic Wall. Pada akhirnya Sekutu memang berhasil menggelar pendaratan di Pantai Norman­din, Perancis, 6 Juni 1944. Enam minggu setelah pendaratan, 17 Juli 1944, tanpa disangka kendaraan yang ditumpangi Rommel mendapat serangan dari pesawat pemburu sekutu. Akibat serangan itu ia terluka cukup parah.

Ironisnya, dalam kondisi masih dalam taraf penyembuhan, Hitler malah menuduh Rommel terlibat dalam persekongkolan pembunuhan Hitler. Sang Fuhrer pun pada akhirnya menjatuhkan dua pilihan hukuman beret. Pertama, bunuh diri dan kedua, dipermalukan di depan publik. Rommel memilih jalan pertama. Tubuh jagoan perang ini terbujur kaku setelah racun sianida menjalar ke seluruh organnya. Sebagai imbalan, Hitler menobatkan Rommel sebagai pahlawan dan mendapat upacara penguburan seperti layaknya seorang pahlawan. Secara aktif sebenarnya Erwin Rommel tak pernah terlibat langsung dengan persekongkolan itu. Tapi ia memang sempat mendengar bakal terjadi upaya pembunuhan terhadap Hitler dan info itu tak pernah disampaikan ke Sang Fuhrer.

Reaksi Cepat
Reaksi Cepat

Rommel bukanlah seorang inovator seperti Guderian. Ia bukan pula jenderal yang pernah memimpin pasukan berskala besar macam Manstein. Tapi untuk urusan di lapangan, Rommel tergolong jempolan. Di Afrika Utara ia mampu memompa semangat tempur para prajuritnya melawan musuh yang jumlahnya lebih besar. Kunci kehebatan Erwin Rommel terletak pada kecepatannya bereaksi saat berhadapan dengan suatu masalah.

EL ALAMIEN - Rommel berbicang dengan komandan pasukan payung. General major Rameke, musim panas 1942
EL ALAMIEN - Rommel berbicang dengan komandan pasukan payung. General major Rameke, musim panas 1942

Rommel bersama beberapa stafnya dan perwira-perwira Italia. Berada dibelakang Rommel adalah Oberst Diesener. Sementara pada posisi paling kanan adalah General Gause. Duduk di posisi kanan adalah perwira Italia, General Navarini
Rommel bersama beberapa stafnya dan perwira-perwira Italia. Berada dibelakang Rommel adalah Oberst Diesener. Sementara pada posisi paling kanan adalah General Gause. Duduk di posisi kanan adalah perwira Italia, General Navarini

Rommel bercelana pendek memeriksa pasukan di El Alamien, Agustus 1942
Rommel bercelana pendek memeriksa pasukan di El Alamien, Agustus 1942

IRON CROSS - Rommel menyematkan bintang jasa Iron Cross 2nd pada salah seorang prajurit DAK, 31 Agustus 1942
IRON CROSS - Rommel menyematkan bintang jasa Iron Cross 2nd pada salah seorang prajurit DAK, 31 Agustus 1942

Rommel diatas kendaraan tempur
Rommel diatas kendaraan tempur

Lambang Kesatuan Lapis Baja Rommel di Afrika
Lambang Kesatuan Lapis Baja Rommel di Afrika
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Ada dua kesan yang menyebabkan Salahuddin dipandang sebagai kesatria sejati, baik oleh kawan maupun lawan. Pertama adalah soal kepiawaiannya dalam taktik pertempuran. Kedua tentang kesalehan dan kemurah hatiannya. Bulan Juli 1192, sepasukan muslim menggerebek 12 tenda prajurit kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng kota Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.

Salahuddin al Ayubi
Salahuddin al Ayubi


Salahuddin yang melihatnya, berguman dengan tenang pada saudaranya, al-Malik al-Adil, “Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah, ambil dua kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki.” Fragmen di atas dicatat sejarawan kristen dan muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin Al Ayubi sebagai seorang ksatria. Walau berada di atas angin, dia tetap menginginkan pertempuran yang adil bagi setup musuhnya.

Suriah-Mesir
Salahuddin dalam lukisan kepingan uang Dirham
Salahuddin dalam lukisan kepingan uang Dirham

Salahuddin lahir di sebuah kastil di Takreet, tepi Sungai Tigris di Irak pada tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Name aslinya adalah Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya, Najm ad-Din masih keturunan Kurdi dan menjadi pengelola kastil tersebut bersama adiknya, Shirkuh. Pada saat menjelang kelahirannya, terjadi peristiwa sedih dalam keluarga besarnya. Shirkuh bertengkar dan kemudian membunuh komandan gerbang kastil yang bernama Isfahsalar. Shirkuh mendapat laporan dari seorang wanita yang telah dilecehkan sfahsalar. Akibat peristiwa tersebut, keluarga besar Najm ad-Din diusir.

Mereka kemudian bertolak ke Mosul. Di Mosul, mereka bertemu dan membantu Zangi, seorangpemimpin Arab yang mencoba menyatukan wilayah Islam yang tercerai-berai dalam beberapa wilayah kerajaan kecil seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yerusalem dan Damaskus. Zangi yang beraliran Sunni berhasil menjadi penguasa di seluruh Suriah dan bersiap menghadapi serbuan Tentara Salib dari Eropa yang saat itu sudah mulai memasuki tanah Palestina.

KHARISMA - Walaupun menjadi lawan, orang Eropa mengakui Salahuddin sebagai Sultan yang sangat berkuasa. Dalam gambar yang dibuat pelukis Eropa, tampak Salahuddin menggenggam bola dunia. Lambang bahwa Salahuddin sangat berkuasa
KHARISMA - Walaupun menjadi lawan, orang Eropa mengakui Salahuddin sebagai Sultan yang sangat berkuasa. Dalam gambar yang dibuat pelukis Eropa, tampak Salahuddin menggenggam bola dunia. Lambang bahwa Salahuddin sangat berkuasa

Zangi meninggal tahun 1146 setelah menundukkan Edessa, sebuah propinsi pendukung Eropa, dan kemudian digantikan oleh Nuruddin. Di bawah bimbingan Zangi dan Nuruddin, pelan-pelan Salahuddin yang bertubuh kecil, rendah hati, santun, penuh belas kasih namun juga cerdas ini menemukan jalan hidupnya.
Pada tahun 1163, Nuruddin mengutus Shirkuh untuk menundukkan Mesir yang dipimpin kekhalifahan Fatimah yang beraIiran Syi’ah. Setelah mencoba kelima kalinya, Shirkuh berhasil menundukkan Mesir tanggal 8 Januari 1189. Namun dua bulan kemudian, dia meninggal secara mendadak dan diperkirakan diracun.

Nuruddin kemudian mengangkat Salahuddin menggantikan Shirkuh. Salahuddin dianggap masih sebagai bocah yang lembek dan lemah sehingga mudah dikontrol. Nurruddin tentu tidak mempunyai pesaing kuat yang mempunyai kekuasaan besar di Kairo. Namun prediksi Nuruddin ternyata salah.

Salahuddin segera mengorganisir pasukan dengan mengembangkan perekonomian untuk menghadapi serbuan balatentara Salib yang ingin merebut Mesir. Dalam kurun waktu 1169 hingga 1174 itu, Mesir di bawah pimpinan Salahuddin menjelma menjadi kerajaan yang kuat. Serbuan tentara Salib berkali-kali dapat dipatahkan. Namun kegemilangan Salahuddin malah membuat Nuruddin khawatir. Hubungan keduanya memburuk dan pada tahun 1174 itu Nuruddin mengirim pasukan untuk menundukkan Mesir.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Saat armadanya tengah dalam perjalanan, Nuruddin meninggal dunia pada ranggal 15 Mei. Kekuasaan diserahkan pada putranya yang barn berusia 11 tahun. Pertempuran urung terjadi. Bahkan Salahuddin berangkat menuju Damaskus untuk menyampaikan belasungkawa. Kedatangannya dielu-elukan dan diharapkan mau merebut kekuasaan. Namun Salahuddin yang santun malah berniat menyerahkan kekuasaan pada raja yang masih belia namun sah. Ketika Raja belia tersebut tiba-tiba juga sakit dan meninggal dunia, mau tak mau Salahuddin diangkat menjadi Sultan bagi kekhalifahan Suriah dan Mesir, pada tahun 1175.

Hattin


Pada waktu Salahuddin berkuasa, Perang Salib telah memasuki fase kedua. Walaupun tentara Salib berhasil menguasai kola suci Yerusalem (Perang Salib fase pertama), namun mereka tidak berhasil menaklukkan Damaskus dan Kairo. Bahkan Zangi berhasil membebaskan Edessa yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Eropa. Kekuatan Muslim sedang menuju (alan kemenangan, menurut sejarawan Arab.
Dengan menguasai Mesir dan Suriah, Palestine. Ketika dinobatkan menjadi Sultan, Salahuddin berujar, ” Saat Tuhan memberiku Mesir, aku yakin Dia juga akan memberiku Palestina! Namun seat itu antara Salahuddin dan Raja Yerusalem, Guy de Lusignan mengadakan gencatan senjata.

Fase ketiga Perang Salib dipicu penyerangan rombongan peziarah dari Kairo yang hendak menuju Damaskus oleh Reginald de Chattillon, penguasa kastil di Kerak yang juga merupakan bagian dari kerajaan Yerusalem. Kafilah yang hendak menunaikan haji ini juga membawa saudara perempuan Salahuddin. Pengawal kafilah dibantai dan anggota rombongan ditahan, termasuk saudara perempuan Salahuddin. Dengan demikian, gencatan senjata berakhir dan Salahuddin sangat murka.

Pada Mares 1187, setelah bulan suci Ramadhan, Salahuddin menyerukan Jihad. Pasukan muslim mulai bergerak, menaklukkan satu persatu benteng-benteng pasukan kristen. Puncak kegemilangan Salahuddin terjadi pada pertempuran di kawasan Hattin.

Tangga13 Juli yang kering, 25.000 tentara muslim mengepung tentara kristen yang berjumlah sedikit lebih besar, di daerah pegunungan Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri dari 12.000 kavaleri dan sisanya infanteri. Kavaleri mereka yang merupakan pasukan utama, menunggang kuda Yaman yang gesit. Mereka juga menggunakan pakaian katun ringan yang disebut kazaghand, untuk meminimalisir pangs terik padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, karena menggunakan bahasa yang same yaitu bahasa Arab. Dengan dibagi dalam skadron-skadron kecil, mereka menggunakan taktik hit and run.

Sementara pasukan kristen dibagi dalam tiga bagian. Bagian depan pasukan terdiri dari ordo (kristen) Hospitaler yang dipimpin Raymond dari Tripoli. Bagian tengah terdiri dari batalion kerajaan yang dipimpin oleh Raja Guy de Lusignan yang membawa Salib Sejati sebagai jimat pasukan. Bagian belakang terdiri dari ordo (kristen) Templar yang dipimpin oleh Balian dari Ibelin. Namun bahasanya bercampur antara lnggris, Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya. Seperti lazimnya tentara dari Eropa, mereka semua mengenakan baju zirah besi.

Salahuddin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya, pasukannya membakar rumpus kering di sekelilingpasukan kristen yang sudah sangat kepanasan dan kehabisan air. Keesokan harinya, Salahuddin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavaleri. Gunanya untuk membabat habis kuda-kuda tunggangan musuh. Tanga kuda dan payah karena kepanasan, pasukan kristen tampak menyedihkan.
Akibatnya sungguh mengenaskan bagi pasukan kristen. Hampir semua pasukan terbunuh. Raymond dari Tripoli dan Balian dari Ibelin berhasil lolos.

Namun Raja Guy dan Reginald de Chatillon berhasil ditangkap. Jimat Salib Suci berhasil direbut pasukan muslim dan dibawa ke Damaskus sebagai barang rampasan. Terhadap semua tawanannya, Salahuddin memberi dua pilihan. Menerima Islam dan dibebaskan atau menolak tapi dieksekusi. Chatillon yang menolak langsung dipancung. Namun pilihan itu tidak herlaku bagi Raja Guy. Salahuddin memberi alasan, “Sesama raja tidak boleh saling membunuh!” Beberapa tahun kemudian, Raja Guy berhasil ditebus oleh pasukan kristen dan dibebaskan.

Yerusalem


Dari Hattin, Salahuddin bergerak membebaskan kota-kota Acre, Beirut dan Sidon di Utara. Dia juga bergerak membebaskan Jaffa, Caesarea, Arsuf hingga Ascalon di Selatan. Sekarang saatnya membebaskan kota impian, kota suci Yerusalem. Dalam membebaskan kota-kota tersebut, Salahuddin senantiasa mengedepankan jalan diplomasi, yaitupenyerahan kota secara sukarela, laripada pasukannya menyerbu kota.

MAKAM SEDERHANA -Sehagai pemimpin besar, Salahuddin terkenal amat sederhana. Saat wafat, ia hanya meninggalkan harta 66 Dirham Nasirian. Makamnya di Damaskus terlihat sederhana
MAKAM SEDERHANA -Sehagai pemimpin besar, Salahuddin terkenal amat sederhana. Saat wafat, ia hanya meninggalkan harta 66 Dirham Nasirian. Makamnya di Damaskus terlihat sederhana

Pasukan Salahuddin mulai mengepung Yerusalem pads tanggal 26 September. Saat itu pasukan kristen di kota suci dipimpin oleh Balian dari Obelin dan mempertahankan kota dengan gigih. Namun pada tanggal 30 September, Salahuddin menerima tawaran perdamaian Balian. Yerusalem diserahkan dan orang kristen dibebaskan dengan tebusan tertentu. (Fragmen ini pernah di filmkan Hollywood dengan judul Kingdom of Heaven)

Salahuddin menunda masuk ke kota suci selama dua hari, menunggu hingga tanggal 2 Oktober 1187 ataubertepatan dengan tanggal 27 Rajah 583 H. Tanggal itu merupakan tanggal saat Nabi Muhammad SAW melakukan mikraj (perjalanan menembus langit untuk bertemu Allah SWT) dari Masjid al-Aqsa yang terdapat di Yerusalem.

Di kota ini, Salahuddin lagi-lagi menampilkan sikap yang adil dan bijaksana. Masjid al-Aqsa dan Kubah Batu (Dome of Rock) yang sempat dijadikan markas Ordo Templar dan gereja kristen, segera dibersihkan. Namun demikian, Gereja Makam Suci tetap dibuka dan ia tetap mempersilahkan umat kristen untuk melakukan ibadah dan aktifitas di situ. Demikian juga – kaum Yahudi tetap dipersilahkan beribadah dan melakukan aktifitas sewajarnya. Kebijakan ini sempat menerima tentangan dari pendukung-pendukungnya. Namun Salahuddin berujar, “Muslim yang bails harus memuliakan tempat ibadah agama lain!”

Kompleks pemakamannya terletak di sebuah masjid Ummayad di sebelah Utara masjid Agung Damaskus
Kompleks pemakamannya terletak di sebuah masjid Ummayad di sebelah Utara masjid Agung Damaskus

Salahuddin sendiri tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di masjid kecil bernama Al-Khanagah di Via (jalan Do-lorossa, dekat Gereja Makam Suci. Kantornya terdiri dari dua ruangan berpene¬rangan minim yang luasnya nyaris talc mampu menampung 6 orang yang duduk berkeliling. Salahuddin sangat menghindari korupsi yang wring menghinggapi pars raja pemenang perang.

Setelah Salahuddin kembali menguasai Yerusalem, maka kota suci dari tiga agama (Yahudi, Kristen dan Islam) ini tidak berpindah tangan dari penguasa muslim hingga abed ke-20, Setelah Perang Dunia I, ketika daerah Palestina dikuasai Inggris dan akhirnya diserahkan pada kaum Yahudi untuk dibentuk negara Israel.
Salahuddin juga berhasil mempertahankan Yerusalem dari serbuan prajurit kristen pimpinan RichardSi Hati Singa“. Richard mengepung Yerusalem dua kali, yaitu bulan Desember 1191 dan bulan Juni 1192. Namun Salahuddin mampu membuat Richard frustasi dan akhirnya kembali ke Eropa tanpa pernah menyentuh tanah Yerusalem.

Salahuddin meninggal pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tidak mempunyai harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham Nasirian (mata uang Suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu.

Peta Emperium Kekuasaan Salahuddin
Peta Emperium Kekuasaan Salahuddin
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Keberhasilan milisi Irak mengusir serombongan helikopter Apache AShanya dengan berondongan AK 47, tak ayal bikin pamor senapan serbu buatan Rusia ini kian mencuat. Lewat drama kontak senjata tak imbang di Baghdad (2003) itu, Kalashnikov pun semakin dikenal sebagai simbol perjuangan dan perlawanan.


Angkasa Edisi Koleksi No.65 Tahun 2010

Akurasinya tak sebaik M-16, namun telah menjadi fakta bahwa 100 juta pucuk telah merembes ke seantero dunia. AK adalah senapan organik andalan 50 angkatan bersenjata dan puluhan kelompok perlawanan yang bersarang di belantara Afrika, Amerika Selatan dan Asia. Perang telah membuat namanya jauh lebih besar dari nama penciptanya sendiri.



AK 47 atau Kalashnikov adalah sebuah fenomena khusus di belantara persenjataan dunia. Mekaniknya tidak  canggih, namun segudang kelebihan telah menjadikannya sebagai senjata pemusnah paling dahsyat di muka Bumi. Dalam warna lain, beberapa senapan juga memiliki predikat dan kisah yang melegenda. Sebut saja 303 Lee Enfield, senapan bolt action yang begitu dihormati karena darinya lahir berbagai senapan andalan sniper sedunia. Juga ada M-16, senapan serbu paling laku kedua setelah AK 47 yang pernah dikagumi lantaran desainnya sangat modern. Lalu M-1, kesayangan Jenderal Patton yang masih terus dikenang sebagai The War Wining Rifle. Dan, tak bias dilupakan: SturmGewehr 44 — embah dari senapan serbu sejagad.

Kekaguman orang terhadap senapan  sesungguhnya telah mencuat sejak abad 14, yakni sejak senapan pertama atau musket diperkenalkan. Kala itu orang disadarkan betapa perancang senjata mampu menciutkan sosok meriam yang sebesar gentong hingga bisa dibawa kemana-mana. Setelah itu, mesin perang andalan para infantri ini terus menerus disempurnakan. Setiap jenis baru merupakan taruhan dari kepandaian, kreativitas dan craftmanship perancangnya. Akibat senapan-senapan ini jualah wajah peperangan di dunia, berubah. Dalam buku Kisah Hebat AK 47 & Lima Senapan Legendaris ini Anda akan kami ajak menjelajah kisah-kisah menarik di seputar perjalanan senapan-senapan ini. Sebuah resume sejarah senapan yang pantas dikoleksi. Jangan lewatkan!
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Perang Dunia II tak ayal menjadi palagan khusus dan terhebat sepanjang masa, khususnya bagi AS. Perang akbar ini mengantar Amerika sebagai negara dengan kemampuan militer terbesar dan terbaik di dunia. Dalam selang waktu paling tidak lima tahun, negara ini mampu menangani dan memenangkan dua perang besar sekaligus, yakni Perang Eropa dan Perang Pasifik, – sebuah prestasi langka yang diidamidamkan banyak negara namun hampir tak mungkin dicapai.



Kemenangannya dalam PD II juga menyuguhkan fakta bahwa AS dikendalikan oleh politisi, teknokrat, dan petinggi militer yang cerdas, cerdik, dan bisa sal­ing bekerjasama untuk mencapai tujuan yang besifat global. Perjalanan PD II memang tak hanya ditentukan oleh kekuatan AS. Di dalamnya juga terlibat cukup dominan Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan Jepang. Namun, lewat editorial kali ini, menarik kiranya jika kita menyoroti ten-tang “kepemimpinan, sportivitas dan fairness” AS yang rasa-ras­anya sudah tidak muncul lagi dalam perang-perang selanjutnya. Kemenangan itu dicapai lewat adu strategi dari jenderal-jenderal yang lebih kurang se-level, dan praktis bukan oleh adu senjata yang tidak imbang.

Kemenangan Sekutu atas Jer­man dalam Perang Eropa sangat ditentukan oleh keberhasilan melancarkan serangan yang teren­cana dan terukur dengan Operasi Overlord sebagai langkah pembu­ka. Serangan yang dimulai dengan pendaratan 165.000 pasukan di Pantai Normandia itu sebenarnya bisa dipatahkan dengan mudah oleh Jerman. Hanya keyakinan se­orang Eisenhower dan keberuntu­ngan AS lah yang bisa membuat serangan itu berhasil. Keberuntungan, belakangan kerap dikedepankan, karena Adolf Hitler, pemimpin Jerman, telah mengubah susunan panglima perang dan hirarki kewenangan pengerahan senjata hingga tidak kondusif untuk mematahkan serbuan Sekutu.

Panglima Sekutu Jenderal Dwight D. Eisenhower sebenarnya lebih mewaspadai langkah yang akan diambil Erwin Rommel, pan­glima tempur Jerman yang pernah bertempur melawan Sekutu di Afrika Utara. “Beruntung” Erwin telah disingkirkan, sementara Field Marshal Gerd von Rund­stedt, penggantinya, tak leluasa menyerang karena terbelit masalah birokrasi pengerahan kekuatan.

Beberapa waktu sebelum serangan Jepang ke Pearl Harbor terjadi, Presiden Franklin D. Roosevelt dan petinggi militer AS pernah bersepakat dengan Inggris soal bagaimana menundukan Jer­man dan mitra aksisnya: Jepang. Sekutu hams mengalahkan Jerman terlebih dulu sebelum melebur Jepang, karena Jerman merupakan negara yang paling kuat dan paling berbahaya.

Demikianlah, “keberuntungan” AS di palagan Eropa pun mem­buka peluang untuk menuntaskan dominasi Jepang di Pasifik.

Dalam buku Perang Pasifik II ini Anda akan kami ajak mengiku­ti langkah catur AS menundukkan Jepang. Untuk menutup dominasi Jepang, secara cerdik Jenderal Douglas MacArthur, Laksamana Raymond Spruance dan Laksa­mana Richmond Turner sepakat untuk lebih dulu menguasai Okinawa dan Iwo Jima. Keberhasi­lan menguasai dua gerbang utama itu akan melapangkan jalan Sekutu ke daratan Jepang.

Tak ayal, Perang Dunia II pun menjadi buku pelajaran tentang taktik dan strategi perang yang talc lekang oleh zaman. Khususnya tentang bagaimana cara memenangkan perang (dan mengatasi konflik) di dua tempat sekaligus — jargon yang kerap dilontarkan panglima militer berbagai negara. Selain itu, kita khususnya juga bisa mempelajari gaya dan teknik manajerial jenderal-jenderal besar dunia.

Kemenangan tersebut toh tidak diraih secara mudah. Franklin D. Roosevelt sempat menghadapi kerepotan dalam menentramkan persaingan antar kesatuan (AD dan Marinir) dan menengahi para jenderalnya agar tetap fokus pada upaya meme­nangkan perang. Kemenangan pada kenyataannya hanya bisa dicapai lewat kerjasama.

“Kompetisi hanya bagus untuk mengerjakan sebuah tugas sampai titik tertentu, tidak lebih. Tetapi, lewat kerjasama, yang sejatinya harus kita perjuangkan setiap hari, untuk bidang pekerjaan apa pun, hanya bisa dimulai setelah kita menanggalkan kompetisi.” Begitu lah sari pati kemenangan yang ditinggalkan Franklin D. Roosevelt.
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Military Assistance Command Vietnam (MACV) dibentuk pada tanggal 8 Februari 1962. MACV berperan sebagai fasilitator bagi pemerintah Vietnam Selatan dan militer AS yang saat itu lebih banyak berfungsi sebagai penasihat. Markas MACV berada di pusat kota Saigon dan menjadi salah satu sasaran utama ketika Viet Cong melancarkan Tet Offensive. Secara institusi MACV memiliki komando sendiri dan bisa mengatur pasukan AS yang ditempatkan di Vietnam. Kendala mulai timbul karena pasukan yang dikirim ke Vietnam berada di bawah komando langsung Presiden AS dan komando berikutnya adalah Departemen Pertahanan AS, bukannya MACV.


Jenderal Wesmoreland

Hirarki komando MACV sendiri berada di bawah Commander Chief Pasific yang bermarkas di Hawai. Para jenderal MACV di Saigon hanya merupakan perwakilan dan jarang memiliki inisiatif tempur. Oleh karena itu prajurit yang dipimpin jenderal MACV semangat tempurnya rendah.



MACV bahkan tak memiliki kontrol langsung terhadap semua kekuatan AS dan ARVN di Vietnam Selatan, sehingga saat menjalankan misi tempur unit-unit pasukan AS tak perlu memberi tahu MACV, tapi langsung melakukan by pass. Tanpa pengaruh dan monitor dari MACV, tentara AS ternyata sanggup bertempur lebih baik. Para komandan MACV seperti Jenderal Westmoreland dan Creioghton bahkan dikenal sebagai jenderal yang jarang berkoordinasi dengan pasukan tempur AS.
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Coba Anda bayangkan Sembilan meriam utama 406mm (16 inci) ditembakan secara bergantian dan sebagian secara salvo. Bayangkan impak yang ditimbulkan dan gelegarnya. Peluru-peluru meriam sepelukan prig dewasa dengan bobot di atas satu ton itu bahkan mampu melesat sejauh 30 km, dan membelah serta meremukkan apa saja yang disentuhnya dalam sekejap. Itulah ilustrasi singkat battleship. Fenomena battleship adalah sejarah penuh kegagahan yang pernah bertengger di deretan paling atas dalam daftar mesin perang laut. Kemunculannya dan kemudian perkembangannya yang dramatis sejak kehadiran Gloire dari Perancis pada 1859, telah mengubah jalannya perang laut. Paling kentara tentu saja berubahnya formasi tempur laut sejak battleship mulai mengadopsi meriam-meriam besar berjarak tembak jauh.

Commando Megazine, War Machine Series, Battleships & Battlecruisers, July 2008
Commando Megazine, War Machine
Series, Battleships & Battlecruisers

Selain perkembangan persenjataan berikut kontrol penembakkannya (fire control), material dasar pembuat battleship pun terus ditingkatkan. Namun tidak selamanya negara pengguna seperti Jerman, Italia, Perancis, Inggris, Amerika Serikat maupun Jepang menerapkan pola gelar serupa. Ada yang sepenuhnya mengutamakan daya hantam, ada pula yang lebih condong mempertebal baja kapal yang berujung membengkaknya bobot kapal dan melorotnya kecepatan. Sebaliknya ada pula yang lebih mengutamakan kelincahan kapal bermanuver. Sampai akhir pengabdian battleship pada Perang Teluk I, persoalan pilihan performa ini tidak pernah selesai.

Perang Teluk I (1990-91) merupakan kali terakhir umat manusia menyaksikan aksi battleship. Memang dentuman meriam yang mampu merontokkan jantung seperti duel battleship di Midway sudah berkurang. Sebaliknya dua battleship kelas Iowa yang dikerahkan Amerika Serikat sudah dimodernisasi untuk mengusung rudal jelajah BGM-109 Tomahawk dan rudal antikapal Harpoon. Salah satu kapal, USS Missouri (satu lagi USS Wisconsin), nyaris tersengat rudal antikapal Silkworm yang dilepas Irak.

Battleship adalah monster laut, benar-benar monster laut sebelum era kapal induk mulai menguasai samudera. Hanya saja karena berbagai sebab yang komplek, kehadirannya di samudera lebih banyak menimbulkan musibah. Sejumlah kapal tempur ini terbukti tidak mampu membela dirinya ketika lusinan torpedo dan aksi harakiri (kamikaze) pilot-pilot Jepang menghujam jantung battleship. Tubuhnya jebol di banyak tempat, api membakar ruang mesin, dan ribuan personel mengawakinya terkubur di dasar samudera.

Lepas dari sejarah gemilang yang pernah dilakoninya dan usia pengabdiannya yang relatif singkat, kehadiran battleship pastilah tidak akan pernah terlupakan. Bails dari sisi peperangan maupun dari sisi teknologi galangan kapal saat itu yang mampu mewujudkan battleship. Kami yakin, diskusi Anda bersama sejawat pasti tidak akan pernah selesai.

Bangsa kita memang tidak pernah memiliki battleship, meski lautan kita pernah dijadikan ajang duel battleship Jepang dan Amerika Serikat. Namun dari segi sosok, mungkin para sesepuh TNI AL bisa berbagi cerita ketika mengoperasikan kapal penjelajah KRI Irian. Seiring kuatnya AURI di era itu, kehadiran KRI Irian akhirnya menjadi momok yang menakutkan bagi negara manapun di kawasan Asia Tenggara maupun Pasifik Barat yang ingin “main-main” dengan Indonesia. Selamat menikmati sajian pertama edisi special COMMANDO ini. Mudah dicerna serta penuh dengan foto-foto fantastik dan lusinan ilustrasi. Kami jamin Anda puas.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

Seorang perwira tinggi Marinir TNI AL pernah mengatakan kepada COMMANDO, bahwa dari pengalaman pribadinya sniper yang terbaik itu adalah .308 alias 7,62mm. “Point fifty (.50) terlalu besar dan tidak efektif,” ujarnya. Pendapat ini tentu tidak salah. Karena dari pengalaman TNI, heavy sniper rifle .50 memang tergolong arsenal baru. Sepengetahuan redaksi, baru pada era 2000-an beberapa pasukan khusus TNI mulai mengadopsi senapan sniper berat.

Edisi War Machine Series Commando, 22 Nov 2008
Edisi War Machine Series Commando


Selain itu kontur permukaan Bumi di Indonesia yang tidak rata serta didominasi vegetasi, menjadi tidak efektif untuk penggelaran sniper berat. fika dicarikan benang merahnya dengan perkembangan di mancanegara, sebenarnya tidaklah telat telat amat bagi TNI mengakuisisi sniper berat. Pasalnya popularitas monster senyap satu ini baru mendunia pasta Perang Teluk I.


Adalah pasukan khusus AS Delta Force dan SAS Inggris yang dipercaya menggunakan M82A1 di Irak pada 1990. Tugas mereka sangat spesifik, yaitu disusupkan ke padang gurun Irak menggunakan helikopter untuk kemudian memburu rudal Scud (Scud hunting). Ketangguhan tembakan tunggal jarak jauh .50 lah yang jadi peneguh hati USSOCOM hingga akhirnya merestui mini perburuan ini. Ketika akhirnya AS kembali menginvasi Irak dan Afghanistan, M82A1 kembali menjadi primadona.

Satuan-satuan khusus dibekah senapan sniper berat untuk melumpuhkan target-target penting dan berbahaya dari jarak jauh tanpa musuh sempat menyadari atau membalas. Melihat sejarah kelahirannya, .50 memang awalnya disulap dari senapan antimaterial (antitank) kaliber besar antara 14,5mm hingga 20mm. Jerman yang seperti sudah ditakdirkan sebagai negara pelopor dalam teknologi kemiliteran kembali menjadi rujukkan awal. Pabrikan Mauser lalu menciptakan M1918 kaliber 13mm, senjata antitank khusus untuk melumpuhkan tank-tank Inggris generasi pertama yang memiliki lapisan baja tipis.

Sebaliknya jadi senjata makan tuan ketika senapan jenis ini jatuh ke tangan kelompok bersenjata. Di Afghanistan dan Irlandia Utara, diyakini masih beredar senapan sniper berat standar angkatan bersenjata saat ini yaitu Barrett M82A1. sejarah beredarnya senapan ini di Afghanistan talc lepas dari campur tangan badan intelijen AS CIA yang memasok 25 M82A1 kepada para pejuang Afghanistan. Sebaliknya di Irlandia Utara, pejuang IRA (Irish Republican Army) dengan mudahnya memperoleh M82A1 pada tahun 1986 di Chicago ketika senjata ini belum populer. Sang pengirim, Martin Quigley, memang akhirnya tertangkap oleh FBI. Namun segelintir M82A1 dan dua pucuk M90 sudah keburu lolos ke Irlandia. Inggris sampai harus mengirim SAS guna memburu tim pembunuh senyap IRA yang dijuluki Cullyhanna ini.

Hanya saja dengan bobotnya yang super berat untuk dijadikan senjata, individu, memang tidak mudah untuk menggelar sniper berat di medan operasi. Beratnya saja berkisar antara 13-17 kg. Sosoknya juga boron dengan panjang total bisa mencapai 1.700mm alias setinggi pria dewasa. “Idealnya memang untuk target yang sudah pasti,” ujar Letkol Mar Supriyono, Komandan Batalion IPAM 2, Marinir, Cilandak. Nah, di edisi ini Anda akan menemukan semua jawaban yang tersirat maupun tidak tersirat dari penjelasan di atas. Mulai dari sejarah kelahirannya, kisah-kisah dari medan operasi, cara-cara penggunaannya, metode-metode pelatihan, jenis-jenis amunisinya, ragam senapan sniper berat, serta info-info lainnya yang pasti menarik. seperti edisi pertama War Machine Series, kami berharap sajian kali ini bisa memuaskan keingintahuan Anda. Selamat menikmati.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

INSIDEN Teluk Tonkin yang merupakan per­tempuran kecil di laut yang ternyata dipelintir oleh AS untuk mclancarkan agresi ke Vietnam. Peperangan yang diklaim untuk melawan kekuatan komunis itu mengakibatkan malapetaka yang luar biasa bagi AS.

Lukisan yang dibuat oleh Commander E.J. Fitzgerald (atas) yang menggambarkan USS Maddox (DD-731) sedang menghalau tiga kapal torpedo Vietnam Utara. Asap yang mengepul mengindikasikan kapal torpedo NVA terkena tembakan.

Pada tanggal 2 Agustus 1964 kapal perusak AS, USS Maddox (DD-731), sedang melaksanakan patroli bersandi De Soto di Teluk Tonkin. Perairan internasional di kawasan Asia Tenggara ini diklaim sebagai wilayah yang berada di bawah pcngawasan AS untuk menghadapi komunis. Misi USS Maddox yang berlayar sekitar 45 km dari pantai Vietnam Utara sebenarnya sengaja mengawasi perairan Teluk Tonkin sekaligus melaksanakan misi intelijen tcrhadap Vietnam Utara yang saat itu sudah mulai memerangi Vietnam Selatan. Misi pelayaran USS Maddox yang sengaja mengundang konflik itu berhasil ditangkap radar Vietnam Utara. Tak berapa lama kemudian, tiga unit kapal torpedo Vietnam Utara, P-4 ,tampak meluncur lalu melaju mendekati USS Maddox seolah mau menyerang. /v1elihat manuvcr tiga kapal torpedo Vietnam Utara, komandan USS Maddox, Kapten Herrick, memerintahkan untuk menembaknya. Meriam 5 inci (127 mm) USS Maddox pun menyalak dan membuat tiga kapal torpedo P-4 Vietnam bergerak berpencar lalu menembakkan senapan mesin kaliber 12,7 mm sambil bergcrak zig-zag menjauh.


Profil USS Maddox di perairan Teluk Tonkin

Untuk meyakinkan situasi benar-benar aman dari ancaman P-4, sejumlah pesawat tempur F‑8E Crusader yang berpangkalan di kapal induk USS Ticonderoga (CV-14) diluncurkan dan segera mcakukan pengejaran. Konon sergapan pesawat tempur AL AS itu berhasil menenggelamkan satu unit P-4, merusakkan satu unit P-4 lainya, sedangkan P-4 yang satu lagi berhasil kabur. USS Maddox yang hanya mengalami kerusakan tak berarti akibat tembakan satu butir peluru senapan mesin kaliber 14.5 mm milk P-4 melanjutkan pelayarannya dan kemudian bergabung dengan rekannya kapal perusak USS Turner Joy.


Satu unit kapal terpedo Vietnam Utara melesat di bawah hujan tembakan USS Maddox. Asap di belakang kapal terpedo adalah ledakan peluru meriam yang jatuh di air.


Insiden Teluk Tonkin itu sampai ke Washington, tapi Presiden Johnson menolak berkomentar dan memcrintahkan misi De Soto dilanjutkan lagi. Tanggal 4 Agustus, USS Maddox dan USS Turner joy melaksanakan patroli bersama di sepanjang Teluk Tonkin yang berjarak sekitar 18 km dan pantai Vietnam Utara. Misi patroli dua destroyer AS dalam cuaca buruk sontak berubah tegang ketika radar kapal menangkap adanya serangan dari kapal­kapal torpedo Vietnam Utara. USS Maddox dan USS Turner Joy pun melakukan manuver untuk menghindari serangan torpedo sambil melepaskan tembakan gencar ke sasaran scsuai yang ditangkap radar.

Mayjen Walt didampingi Admiral Ulysses S. Grant Sharp, Commander-in Chief, Pacific, sedang mengadakan brifing kekuatan AL AS di Vietnam.

Laporan serangan torpedo terhadap dua des­troyer itu sampai ke Washington dan kali ini men­dapat tanggapan yang serius dari Presiden Johnson. Tanpa perlu meminta persetujuan Kongres AS, Presiden Johnson memerintah AU US dan AL AS untuk melancarkan serangan udara tcrhadap pangkalan kapal-kapal torpedo Vietnam Utara.

Operasi gempuran udara bersandi Pierce Arran itu dilancarkan pada 5 Agustus siang hari. Puluhan pesawat pengebom tempur F-8 menghantam pangkalan kapal-kapal torpedo Vietnam Utara yang berbasis di Quang Khe. Serangan serupa dilanjutkan lagi oleh pesawat tempur yang berpangkalan di USS Constlellation dengan sasaran pangkalan kapal-kapal torpedo di pelabuhan Hon Gai. Sekitar 25 kapal patroli torpedo Vietnam Utara berhasil dihancurkan.

Serangan udara AS ke Vietnam Utara dengan tujuan melawan kekuatan komunis itu ternyata langsung disetujui oleh Kongres AS. Pada tanggal 7 Agustus Senat AS bahkan memanggil Presiden Johnson dan mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan AS yang akan dikirim ke Vietnam dalam jumlah besar. Sebagai panglima tertinggi, Presiden Johnson diberikan wewenang dan komando penuh terhadap semua pasukan AS di Vietnam termasuk fasilitas apa pun yang akan dibutuhkan dalam pertempuran. Pasukan dan persenjataan AS dalam jumlah besar pun kemudian dikirim ke Veitnam hingga akhirnya mencapai lebih dan dua juta personel.

USS Ticonderoga (CVA 14) tengah menyiapkan pesawat tempurnya.

Kehadiran pasukan AS di Vietnam yang diharapkan akan memenangkan perang secara mudah ternyata jauh dari harapan. Sejumlah kota yang menjadi markas besar pasukan AS di Vietnam seperti Saigon, Bien Hoa, Hanoi, dan lainnya justru rawan serangan gerilya Viet Cong dan mulai memakan korban prajurit AS. Kecaman mulai muncul dan politisi AS yang membuat Presiden Johnson berang dan tak sabar.

Lieutenant Commander Dempster M. Jackson, USN, Executive officer USS Maddox (DD-731), berdiridi samping bekas lubang peluru yang ditembakkan oleh senapan mesin kapal torpedo Vietnam Utara

Untuk menunjukan bahwa operasi militer AS di Vietnam sukses, Presiden Johnson kemudian memerintahkan militer AS melancarkan operasi tempur skala besar yakni Operation Flaming Dart di kota Da Nang. Tapi operasi tempur yang didominasi oleh gempuran udara itu tak membuat perlawanan gerilya Viet Cong surut. Serangan balasan Viet Cong yang dilancarakan di kota Qui Nhon bahkan berhasil menewaskan 21 tentara AS. Presiden Johnson pun makin berang dan memerintahkan untuk segera dilancarkan operasi tempur Flaming Dart II.

Aksi pemboman di Brinks Hotel yang dilancarkan oleh pasukan komando Viet Cong. Hotel yang dijadikan markas oleh pasukan AS/ ARVN itu rusak berat. Dua personel militer AS tewas dan 125 orang lainnya termasuk anggota miiiter dan warga sipil luka-luka. Aksi sabotase itu membuat marah pemerintah AS dan operasi militer berskala besar pun dilancarkan.

Operasi tempur yang diperintahkan oleh Presiden Johnson terus berlanjut dan cenderung menjadi serangan udara yang membabi buta seperti Operation Rolling Thunder, Operation Starlite dan lainnya. Perang Vietnam pun terus berlanjut dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi AS. Militer AS akhirnya harus mengakui bahwa perang di Vietnam tak bisa dilanjutkan lagi. Ketika Johnson digantikan Presiden Nixon secara berangsur pasukan AS mulai dipulangkan.

Perang Vietnam yang dipicu dan insiden Teluk Tonkin yang sebenarnya sengaja diciptakan ternyata arus dibayar mahal. Lebih dan 60.000 pasukan AS tewas, biaya perang yang dikeluarkan AS mencapai satu miliar dolar, sehingga perekonomian AS sampai mengalami depresi. Kendati 10 juta bom dan peluru meriam telah ditembakkan dan berhasil membunuh 900.000 personel musuh, AS telah mengalami kekalahan telak dalam perang berdarahdarah yang berlangsung 10 tahun.

Sumber: http://sejarahperang.wordpress.com/
  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Promote Your Blog

Recent Posts

Recent Comments